Solo Backpakcing ke Azerbaijan: Ditolak Cewek Ukraina di Penginapan
Pesawat Buta Airways yang saya naiki dari Istanbul mendarat di Heydar Aliyev Airport, bandara utama kota Baku, Azerbaijan. Semua penumpang, kecuali saya, bertepuk tangan.
Rupanya tepuk tangan itu adalah bentuk apresiasi terhadap pilot yang telah berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat. Saya beberapa kali mengalami hal ini di Jordan, Mesir, dan Iran. Tapi tepukan tangan di sini paling kencang.
Begitu turun, saya langsung takjub, ternyata bandaranya besaar dan modern. Tak seperti bayangan saya soal Azerbaijan, negeri yang baru saya dengar setahun yang lalu saat berkunjung ke Iran.
Saya pikir, negeri ini hanyalah negeri pecahan Rusia yang miskin.
Imigrasi saya lalui dengan mudah. Tak ada pertanyaan, mereka hanya melihat e-visa saya, lalu langsung menstamp paspor saya di halaman belakang. Yaa, entah kenapa beberapa negara suka memulai stamp dari halaman belakang. Kamboja, UAE, Oman, salah satunya. Kalau negara Arab, saya mahfum. Karena mereka menulis juga dari kanan. Nah kalau Azerbaijan, bahasanya kan Rusia campur Turki….
Cuma Sebelas Ribu
Keluar dari airport, saya mencari bus menuju kota. Airport Express Bus namanya. Warnanya merah, letaknya tak jauh dari pintu kedatangan. Tujuan akhir Baku Airport Express Bus ini adalah 28 May di pusat kota, yang tak jauh dari hostel saya. Shyahriar, kawan couchsurfing saya, sudah menunggu saya di sana.
Untuk menaiki bus ini, saya mesti membeli Baki Card. Ada dua jenis Baki Card yakni single trip dan multitrip. Single trip, sesuai namanya, cuma dipakai sekali jalan. Sementara multitrip, bisa diisi ulang.
BakiCard ini bisa dipakai untuk membayar berbagai macam transportasi (termasuk subway dan bus) dan juga bisa dipakai untuk membayar di supermarket.
Kawan saya sebenarnya sudah menyuruh saya membeli multitrip card, agar tak repot beli setiap naik bus. Tapi saya salah pencet, jadi beli single trip. Tak terlalu mahal sih. Single trip dari airport menuju Baku hanya sebesar 1.3 manat alias sekitar 11 ribu rupiah. Murah untuk perjalanan sekitar 40 menit.
Ternyata Kaya
Sepanjang perjalanan menuju kota, saya lagi-lagi dibuat takjub. Baku ternyata sangat kaya. Di sepanjang jalan terlihat bangunan-bangunan megah nan modern. Salah satunya adalah Heydar Aliyev Center, sebuah gedung pertunjukan yang dirancang oleh arsitek favorit saya: Zaha Hadid.
Heydar Aliyev ini adalah presiden ketiga Azerbaijan, namun punya pengaruh yang besar di sana.
Dialah yang “menemukan” sumber kekayaan Azerbaijan berupa minyak dan gas alam, setelah bangsa ini lepas dari tangan Rusia di tahun 1991. Karena itulah, ia dianggap sebagai bapak kemakmuran Azerbaijan.
Kini anaknya, Ilham Aliyev, meneruskan kedigdayaan ayahnya. Ia giat membangun banyak bangunan ikonik lain seperti gedung pertunjukan, terminal bus besar, jembatan, dan sebainya. Ia juga kerap menyelenggarakan berbagai event internasional bergengsi seperti F1 dan Piala Eropa.
Begitu saya turun di perhentian akhir, kawan saya sudah berdiri di sana. Dia kemudian mengantar saya berjalan kaki ke hostel dan membeli simcard. Yaa, dia melarang saya membeli simcard di bandara karena harganya tiga kali lipat dibanding di kota. Saya mah nurut aja ama akamsi.
Simcard merek Bee Line akhirnya saya dapatkan dengan harga 11 manat. Saya lupa berapa gigabyte yang saya dapatkan, namun cukup banyak untuk tiga hari di Baku, Azerbaijan.
Baca Juga: Solo Backpacking ke Azerbaijan: Negara Muslim yang Tak Muslim
Dicuekin Temen Sekamar
Saya tinggal di hostel Stay Inn Baku yang letaknya hanya tiga blok dari 28 May. Hostelnya lumayan besar, dengan dapur dan ruang makan yang juga besar.
Saya tinggal di female dorm, bersama dengan 4 orang yang sepertinya berasal dari Ukraina atau negara pecahan Rusia lainnya. Terdengar dari bahasa yang mereka gunakan.
Suatu malam, mereka (4 orang cewek di kamar saya dan 3 cowok berbahasa Rusia lainnya) sedang berkumpul di dapur. Mereka sedang masak dan makan bersama. Maksud hati, saya ingin ramah, jadi saya berbasa-basi, “wow, the smell is very good. What are you girls cooking?”
Belum selesai kalimat saya, tiba-tiba salah satu cewek Ukraina itu berucap: “No english. Can’t join”. Enggak pakai nengok pula, tetep sibuk menyantap makanannya. Yang lainnya pun cuek juga, makan aja tanpa mengindahkan kehadiran saya.
Siyal….saya ditolak.
Saya balas aja dengan nada kesal, “Never think to join you. I already had a dinner with my very friendly Azer friend.”
Awas lo besok gw masak indomie goreng. Ga akan gw bagi!!
Tip:
Tukar uang bisa dilakukan di bandara. Saya hanya menukar 100 dolar dan dapat 160 manat. Dan ternyata, selama 3 hari di sana, saya cuma menghabiskan 50 manat!
Baca Juga: Solo Travelling ke Azerbaijan: Menikmati Laut Caspia di Baku Boulevard
28 Comments
mar
Hi Mbak, mau tanya dong, mungkin gak kalau trip azer nyambung ke kazakh – uzbek? karena sptnya kalo dari indo pesawat lebih banyak akses ke baku drpd ke almaty/ tashkent.
rahma ahmad
mungkin banget, tapi ga lewat darat. Bisa naik pesawat, dan lumayan murah ketimbang dari Indonesia langsung. Ada Azerbaijan Airline, direct dari Baku ke Tashkent hanya (waktu itu) 1 jutaan. Kalau mau ke Alamaty ada Air Astana, direct juga dari Baku.
Dewi
Hai mbak….kl soal dicuekin….jalan3 ke rropa barat walaupun duduk sampingan mtk banyak yg cuek.. diajak ngobrol pu. Hny jwb singkat dan males2an..
Pdhl pgn bgt saling cerita. Sptnya orang2 dr negara berkembang malah lebih ramah ya
rahma ahmad
Hooh betul mbak, lebih ramah org Asia sebenernya. Tapi sejauh saya travelling, emang orang Ukraina, Rusia dan negara pecahan Rusia yang paling jutek. Pengaruh didikan Soviet yg keras kayaknya.
Pingback:
Pingback:
Pingback:
morishige
Saya dapet stempel di kanan pas masuk Vietnam lewat Tay Trang di utara. Hahaha…
Baca pas bagian di dapur, saya kok jadi ikut kesel, ya? Tapi kadang saya merasa, karena dibesarkan di timur, keramahan itu penting banget. Lebih banyak dampak positifnya ketimbang negatif. Jadinya saya lumayan talkative kalau di hostel, meskipun lihat-lihat lawan bicara juga. Kalau gesture-nya udah enak, bisa lanjut ngobrol. Kalau enggak ya cuma “hello” aja.
Dyah
Wah, jadi pengin ke Azerbaijan juga. Belum pernah ke sekitaran negara ex-USSR, nih. Boleh juga tuh, 3 hari habis 30-an dollar.
rahma ahmad
Cuss mbak… 😀
Milo
Jadi bikin indomi goreng kah? Penasaran.
rahma
Nggak jadii…krn bsknya mrk sampe malem buta ga ada di hostel. Dugem kayaknya
dianisekaring
Waah mantap banget Mbak. Aku belum pernah solo traveling, apalagi ke Azerbaijan 🙂 Selalu ada cerita baru kalau ke negara baru ya Mbak. Ceritanya menarik sekali.
rahma
Mesti jajal deh solo travelling sekali-kali. Sensasinya beda.
makasih dah mampir yaa…
Ina krisia
Kayanya gw udh pernah baca ini..baca lagi tetep menarik.
Fanny Fristhika Nila
Huufttt masih ada yaaa yg begitu sikapnya terhadap turis lain. Ntah mereka memang ga ramah, ato rada rasis.. Aku malah lebih ngerasa orang2 lokal Korea Utara yg aku datangin kemarin jauuuuuh lebih ramah mba. Mereka komunis sosialis, mereka tertutup, tapi terhadap turis ramah :). Jauh beda dr anggapan selama ini.
Aku baca ini, dan ngeliat kotanya modern trus murah pula, kok jd pgn ke Azerbaizan :D.
rahma
Wah seru banget ke Korut. Mesti pake tur ya ke sana. Mupeng ih…
Sabda Awal
saya agustus 2019 ke azerbaijan mbak, tinggal di rumah temen saya 9 hari. dijamu ama mereka. orang azeri ramah2 kali lho, bahkan kita sempet bikin kebab (barbeque ala azerbaijan).
kalo bahasa mereka mirip turki, 11-12 lah antara malay n indo gitu.
kebanyakan orang bisa bahasa turki n azeri. kalau bahasa rusi kebanyakan golongan tua, anak2 muda disana udah pakai bahasa azeri.
kalau liat dari kotanya memang kayak kaya dari bangunan2nya, tapi dari semua temen yang saya temui, mereka pengen keluar negeri. apa2 mahal n gaji rendah.
banyak tempat yang saya kunjungi, kayak nizami street, hayder aliyev center, qiz qalasi, flame building, sahidler xiyabani, baku boulevard, old city dll
kalo untuk makanan susah adaptasi hihi, rasa makanannya asin n asam. udah nyobaik ayrin, dolma, n doner belum mbak?
eh, nanti saya kepanjangan sharingnya, haha salam kenal, salam blogger! mampir ke blog saya ya mbak
rahma
Hahaha…..wah asik bgt 9 hari. Iyah mereka ramah-ramah bgt. Kalau makanan mirip-mirip deh ama Turki, jadi masih bisa kucerna (kecuali ayran).
Beneer soal gaji rendah. Kata temenku, gaji tinggi kebanyakan buat orang Arab dan orang asing lain yg kerja di sini. Warga pribuminya gajinya kecil, makanya banyak yg kabur cari kerja ke Dubai
tipscantiks
Wkkka aku aja di pesawat menuju Jogja pernah dijutekin sama penumpang di sebelahku yg orang Cina. Padahal cuma pinjem bolpen. Langsung deh auto bikin janji ke diri sendiri kalo ga disapa mending ga usah nyapa duluan. Seru ya ternyata negara kaya
jack boy
Nah ini yg tarveler perlu tau. Bolpen bagi wisatawan itu wajib disiapkan. Gmana dia g jengkel. Bnyk masyarakat kita g sadar. Dikantor pos aj mana ada masyarakat sangu bolpen.
rahma ahmad
Yes, puplen itu mesti dibawa. Tapi kadang udah dibawa, keselip atau ilang lupa taruh di mana dan terpaksa minjem.
Aku sih selama ini kalau orang pinjem pulpen kasih aja, ga repot dan ga nyusahin ini. Kecuali pulpennya mesti bongkar koper, baru deh ngomel.
omnduut
BUAHAHAHA!
Kejadian sama kayak aku pas di Kroasia, aku (ngerasa dijutekin) karena lawan bicara gak bisa bahasa Inggris. Padahal mereka tetap bisa ramah walau ngomong pake bahasa alien sekalipun ya kan hehe.
Melihat ongkos bus dari bandara ke kotanya segitu murah, kok jadi pengen ke sana. Hmmm.
rahma
Bener. Dari gesture tubuh kan dah keliatan ramah apa nggaknya ya. Senyum aja deh dikit.
Tapi katanya ciri khas orang Rusia (dan eks rusia) emang gitu. Dingin dan ga peduli ama org.
Duh aku jg mupeng ke kroasia dan bosnia.
Uchi
Blom tau dia aroma indomi goreng ya mb… hihi
rahma
Hooh, indomi micin kan baunya semerbak banget. Kalah dah semua aroma
Uchi
otomatis minta maaf dan minta indomie dong dianyee. tinggal bales no englis no indomie. haha
rahma
Wjwk, cerdas. Sayang kmrn pas beneran bikin indomie mereka ga ada.