Solo Travelling ke Uzbekistan: Megahnya Makam Imam Bukhari di Samarkand

FB_IMG_1577510661644

Salah satu tujuan saya ke Samarkand, Uzbekistan, adalah untuk melihat makam Imam Besar Al Bukhari, perawi hadis asal Bukhara yang telah merawikan ribuan hadis shahih bagi umat muslim.

Dari literatur yang saya baca, Imam Bukhari bernama asli Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi. Namun karena lahir dan besar di Bukhara, ia dikenal dengan nama Al Bukhari.


Untuk menuju ke sana secara mandiri dan sendirian ternyata tak terlalu mudah, karena letaknya lumayan jauh, sekitar 25km dari Samarkand.

Biasanya, orang menyewa taksi dengan harga sekitar 100.000-150.000 som (150-250rb rupiah). Murah kalau beramai-ramai, mahal kalau jalan sendirian seperti saya. Dari sehari sebelumnya, saya sudah hilir mudik mencari teman di hostel yang mau ke sana. Namun tak ada yang berminat, karena tujuan ini memang hanya populer di kalangan umat muslim. Sementara isi hostel saya kali itu tak ada yang muslim.

Baca Juga: Solo Travelling ke Uzbekistan: Cinta dalam Sepotong Roti dan Segelas Ceri


Melihat biaya yang lumayan, awalnya saya malas-malasan ke sana. Ditambah suhu saat itu sangat panas, berkisar 40 derajat. Makin enggan bergerak lah saya. Tapi untunglah, Salim, kawan baik saya yang asli Uzbek pagi-pagi sudah menelpon saya. Dia mengatakan, “Udah jauh-jauh ke sini ga ziarah. Ngapain coba? Rugi.”

Untungnya lagi, Ismailov, ABG penjaga hostel (yang berkali-kali minta foto bareng saya terus karena menurut dia “wow you have many followers at instagram”—padahal cuma 3000an) mau mengantar saya ke tempat share taxi berada. Letaknya tak jauh dari Siyab Bazaar, di bawah jembatan layang.

Share taxi ini semacam mobil omprengan, bentuknya sedan dan bisa diisi beberapa orang. Ia baru berangkat setelah penumpang penuh. Untuk tujuan Bukhari, ongkosnya cuma 5.000 som (9000an rupiah) sekali jalan. Jauuuuh lebih murah ketimbang saya sewa mobil sendirian.


Moseleum alias kuboor alias kuburan Imam Bukhari ini sangat megah. Detail arsitekturnya menarik. Tapi sayangnya, buat pengunjung non Uzbek seperti saya, tidak tersedia guide berbahasa Inggris. Alhasil saya jadi cuma meraba-raba apa yang ada di sana, ditambah hasil dari mbah gugel yang alhamdulillah sempat saya cari sebelumnya.

FB_IMG_1577510691812

FB_IMG_1577510703816

FB_IMG_1577510697853

Kebanyakan pengunjungnya adalah penduduk dari Uzbekistan. Cuma saya seorang alien di sana, berbeda tampangnya dari yang lain. Paling hitam, paling pesek.

Setelah berkeliling, saya duduk di bangku yang banyak ada di sana. Tak jauh dari saya ada doa yang dipimpin seseorang berbaju biru berkopiah khas Uzbek. Sepertinya setiap orang yang datang akan dipimpin berdoa olehnya. Alhamdulillah doanya menggunakan bahasa Arab dan isinya adalah doa yang biasa dibaca setelah solat. Bisa mengerti sedikit lah saya, dan bisa juga ikutan mengucapkan “aamiin”.

Sebenarnya menurut Salim, orang Indonesia diperbolehkan masuk ke makam yang ada di lantai bawah. Ini disebabkan adanya hutang budi ke Indonesia, karena yang mendesak makam ini diperbaiki adalah Presiden Soekarno. Beliau mengancam Presiden Rusia saat itu, akan memboyong jenasah Imam Bukhari ke Indonesia kalau keadaan makamnya nggak terawat. Tapii…..kawan saya ini telat bilangnya. Dan tak ada petugas yang menanyakan hal ini pula.

Ah sudahlah, yang penting saya sudah berkunjung ke sana.

Baca Juga: Solo Travelling To Uzbekistan: Its Fifteen or Fifty?

10 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!