Solo Backpakcing ke Azerbaijan: Ditolak Cewek Ukraina di Penginapan

Pesawat Buta Airways yang saya naiki dari  Istanbul mendarat di Heydar Aliyev Airport, bandara utama kota Baku, Azerbaijan. Semua penumpang, kecuali saya, bertepuk tangan.

Rupanya tepuk tangan itu adalah bentuk apresiasi terhadap pilot yang telah berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat. Saya beberapa kali mengalami hal ini di Jordan, Mesir, dan Iran. Tapi tepukan tangan di sini paling kencang.

Begitu turun,  saya langsung takjub, ternyata bandaranya besaar dan modern. Tak seperti bayangan saya soal Azerbaijan, negeri yang baru saya dengar setahun yang lalu saat berkunjung ke Iran.

Saya pikir, negeri ini hanyalah negeri pecahan Rusia yang miskin.

IMG_20190607_133441

Imigrasi saya lalui dengan mudah. Tak ada pertanyaan, mereka hanya melihat e-visa saya, lalu langsung menstamp paspor saya di halaman belakang. Yaa, entah kenapa beberapa negara suka memulai stamp dari halaman belakang. Kamboja, UAE, Oman,  salah satunya. Kalau negara Arab, saya mahfum. Karena mereka menulis juga dari kanan. Nah kalau Azerbaijan, bahasanya kan Rusia campur Turki….


Cuma Sebelas Ribu

Keluar dari airport, saya mencari bus menuju kota. Airport Express Bus namanya. Warnanya merah, letaknya tak jauh dari pintu kedatangan. Tujuan akhir Baku Airport Express Bus ini adalah 28 May di pusat  kota, yang tak  jauh  dari hostel saya. Shyahriar, kawan couchsurfing saya, sudah menunggu saya di sana.

Untuk menaiki bus ini, saya mesti membeli Baki Card. Ada dua jenis Baki Card yakni single trip dan multitrip. Single trip, sesuai namanya, cuma dipakai sekali jalan. Sementara multitrip, bisa diisi ulang.

BakiCard ini bisa dipakai untuk membayar berbagai macam transportasi (termasuk subway dan bus) dan juga bisa dipakai untuk membayar di supermarket.

Kawan saya sebenarnya sudah menyuruh saya membeli multitrip card,  agar tak repot beli setiap naik bus. Tapi saya salah pencet, jadi beli single trip. Tak terlalu mahal sih. Single trip dari airport menuju Baku hanya sebesar 1.3 manat alias sekitar 11 ribu rupiah. Murah untuk perjalanan sekitar 40 menit.

IMG_20190607_161808
BakiCard
IMG_20190607_183918
mesin isi ulang BakiCard

Ternyata Kaya

Sepanjang perjalanan menuju kota, saya lagi-lagi dibuat takjub. Baku ternyata sangat kaya. Di sepanjang jalan terlihat bangunan-bangunan megah nan modern. Salah satunya adalah Heydar Aliyev Center, sebuah gedung pertunjukan yang dirancang oleh arsitek favorit saya: Zaha Hadid.

Heydar Aliyev ini adalah presiden ketiga Azerbaijan, namun punya pengaruh yang besar di sana.

Dialah yang “menemukan” sumber kekayaan Azerbaijan berupa minyak dan gas alam, setelah bangsa ini lepas dari tangan Rusia di tahun 1991. Karena itulah, ia dianggap sebagai bapak kemakmuran Azerbaijan.

Kini anaknya, Ilham Aliyev, meneruskan kedigdayaan ayahnya. Ia giat membangun banyak bangunan ikonik lain seperti gedung pertunjukan, terminal bus besar, jembatan, dan sebainya. Ia juga kerap menyelenggarakan berbagai event internasional bergengsi seperti F1 dan Piala Eropa.

1911-2019-094335643383481056672-01.jpeg
Heydar Aliyev Center
IMG_20190607_210335
Salah satu sudut Baku di malam hari

Begitu saya turun di perhentian akhir, kawan saya sudah berdiri di sana. Dia kemudian mengantar saya berjalan kaki ke hostel dan membeli simcard. Yaa, dia melarang saya membeli simcard di bandara karena harganya tiga kali lipat dibanding di kota. Saya mah nurut aja ama akamsi.

Simcard merek Bee Line akhirnya saya dapatkan dengan harga 11 manat. Saya lupa berapa gigabyte yang saya dapatkan, namun cukup banyak untuk tiga hari di Baku, Azerbaijan. 

Baca Juga: Solo Backpacking ke Azerbaijan: Negara Muslim yang Tak Muslim


Dicuekin Temen Sekamar

Saya tinggal di hostel Stay Inn Baku yang letaknya hanya tiga blok dari 28 May. Hostelnya lumayan besar, dengan dapur dan ruang makan yang juga besar.

Saya tinggal di female dorm, bersama dengan 4  orang yang sepertinya berasal dari Ukraina atau negara pecahan Rusia lainnya. Terdengar dari bahasa yang mereka gunakan.

IMG_20190609_095424

Suatu malam, mereka (4 orang cewek di kamar saya dan 3 cowok berbahasa Rusia lainnya) sedang berkumpul di dapur. Mereka sedang masak dan makan bersama. Maksud hati, saya ingin ramah, jadi saya berbasa-basi, “wow, the smell is very good. What are you girls cooking?”

Belum selesai kalimat saya, tiba-tiba salah satu cewek Ukraina itu berucap: “No english. Can’t join”. Enggak pakai nengok pula, tetep sibuk menyantap makanannya. Yang lainnya pun cuek juga, makan aja tanpa mengindahkan kehadiran saya.

Siyal….saya ditolak.

Saya balas aja dengan nada kesal, “Never think to join you. I already had a dinner with my very friendly Azer friend.”

Awas lo besok gw masak indomie goreng. Ga akan gw bagi!!

Tip:

Tukar uang bisa dilakukan di bandara. Saya hanya menukar 100 dolar dan dapat 160 manat. Dan ternyata, selama 3 hari di sana, saya cuma menghabiskan 50 manat!

Baca Juga: Solo Travelling ke Azerbaijan: Menikmati Laut Caspia di Baku Boulevard

28 Comments

  • mar

    Hi Mbak, mau tanya dong, mungkin gak kalau trip azer nyambung ke kazakh – uzbek? karena sptnya kalo dari indo pesawat lebih banyak akses ke baku drpd ke almaty/ tashkent.

    • rahma ahmad

      mungkin banget, tapi ga lewat darat. Bisa naik pesawat, dan lumayan murah ketimbang dari Indonesia langsung. Ada Azerbaijan Airline, direct dari Baku ke Tashkent hanya (waktu itu) 1 jutaan. Kalau mau ke Alamaty ada Air Astana, direct juga dari Baku.

  • Dewi

    Hai mbak….kl soal dicuekin….jalan3 ke rropa barat walaupun duduk sampingan mtk banyak yg cuek.. diajak ngobrol pu. Hny jwb singkat dan males2an..

    Pdhl pgn bgt saling cerita. Sptnya orang2 dr negara berkembang malah lebih ramah ya

    • rahma ahmad

      Hooh betul mbak, lebih ramah org Asia sebenernya. Tapi sejauh saya travelling, emang orang Ukraina, Rusia dan negara pecahan Rusia yang paling jutek. Pengaruh didikan Soviet yg keras kayaknya.

  • morishige

    Saya dapet stempel di kanan pas masuk Vietnam lewat Tay Trang di utara. Hahaha…

    Baca pas bagian di dapur, saya kok jadi ikut kesel, ya? Tapi kadang saya merasa, karena dibesarkan di timur, keramahan itu penting banget. Lebih banyak dampak positifnya ketimbang negatif. Jadinya saya lumayan talkative kalau di hostel, meskipun lihat-lihat lawan bicara juga. Kalau gesture-nya udah enak, bisa lanjut ngobrol. Kalau enggak ya cuma “hello” aja.

  • Fanny Fristhika Nila

    Huufttt masih ada yaaa yg begitu sikapnya terhadap turis lain. Ntah mereka memang ga ramah, ato rada rasis.. Aku malah lebih ngerasa orang2 lokal Korea Utara yg aku datangin kemarin jauuuuuh lebih ramah mba. Mereka komunis sosialis, mereka tertutup, tapi terhadap turis ramah :). Jauh beda dr anggapan selama ini.

    Aku baca ini, dan ngeliat kotanya modern trus murah pula, kok jd pgn ke Azerbaizan :D.

  • Sabda Awal

    saya agustus 2019 ke azerbaijan mbak, tinggal di rumah temen saya 9 hari. dijamu ama mereka. orang azeri ramah2 kali lho, bahkan kita sempet bikin kebab (barbeque ala azerbaijan).

    kalo bahasa mereka mirip turki, 11-12 lah antara malay n indo gitu.

    kebanyakan orang bisa bahasa turki n azeri. kalau bahasa rusi kebanyakan golongan tua, anak2 muda disana udah pakai bahasa azeri.

    kalau liat dari kotanya memang kayak kaya dari bangunan2nya, tapi dari semua temen yang saya temui, mereka pengen keluar negeri. apa2 mahal n gaji rendah.

    banyak tempat yang saya kunjungi, kayak nizami street, hayder aliyev center, qiz qalasi, flame building, sahidler xiyabani, baku boulevard, old city dll

    kalo untuk makanan susah adaptasi hihi, rasa makanannya asin n asam. udah nyobaik ayrin, dolma, n doner belum mbak?

    eh, nanti saya kepanjangan sharingnya, haha salam kenal, salam blogger! mampir ke blog saya ya mbak

    • rahma

      Hahaha…..wah asik bgt 9 hari. Iyah mereka ramah-ramah bgt. Kalau makanan mirip-mirip deh ama Turki, jadi masih bisa kucerna (kecuali ayran).

      Beneer soal gaji rendah. Kata temenku, gaji tinggi kebanyakan buat orang Arab dan orang asing lain yg kerja di sini. Warga pribuminya gajinya kecil, makanya banyak yg kabur cari kerja ke Dubai

  • tipscantiks

    Wkkka aku aja di pesawat menuju Jogja pernah dijutekin sama penumpang di sebelahku yg orang Cina. Padahal cuma pinjem bolpen. Langsung deh auto bikin janji ke diri sendiri kalo ga disapa mending ga usah nyapa duluan. Seru ya ternyata negara kaya

    • jack boy

      Nah ini yg tarveler perlu tau. Bolpen bagi wisatawan itu wajib disiapkan. Gmana dia g jengkel. Bnyk masyarakat kita g sadar. Dikantor pos aj mana ada masyarakat sangu bolpen.

      • rahma ahmad

        Yes, puplen itu mesti dibawa. Tapi kadang udah dibawa, keselip atau ilang lupa taruh di mana dan terpaksa minjem.

        Aku sih selama ini kalau orang pinjem pulpen kasih aja, ga repot dan ga nyusahin ini. Kecuali pulpennya mesti bongkar koper, baru deh ngomel.

  • omnduut

    BUAHAHAHA!
    Kejadian sama kayak aku pas di Kroasia, aku (ngerasa dijutekin) karena lawan bicara gak bisa bahasa Inggris. Padahal mereka tetap bisa ramah walau ngomong pake bahasa alien sekalipun ya kan hehe.

    Melihat ongkos bus dari bandara ke kotanya segitu murah, kok jadi pengen ke sana. Hmmm.

    • rahma

      Bener. Dari gesture tubuh kan dah keliatan ramah apa nggaknya ya. Senyum aja deh dikit.
      Tapi katanya ciri khas orang Rusia (dan eks rusia) emang gitu. Dingin dan ga peduli ama org.

      Duh aku jg mupeng ke kroasia dan bosnia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!