Rumus Agar Mata Tetap Sehat bagi Blogger

DSCF9342.JPG

Sebagai travel writer dan travel blogger, saya tak bisa lepas dari yang namanya laptop dan handphone. Setiap hari saya mesti menulis sambil menatap layar laptop dan layar handphone saya.

Ketergantungan terhadap gadget dan laptop ternyata bukan hanya dialami oleh saya seorang. Menurut Riset We Are Social pada Januari 2018 seperti yang dilansir di Kompas.com, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari sepertiga harinya (alias 9 jam) untuk menggunakan handphone.  Belum lagi ditambah dengan penggunaan pc atau laptop yang dibutuhkan saat bekerja.

Hal ini dikemukakan Dr. M. Sidik, SpM (ketua Persatuan Ahli Mata Indonesia) dalam talkshow di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Penglihatan Sedunia dan Hari Obesitas Sedunia.

Menurut Dr Sidik, lamanya frekuensi menatap gadget dan laptop ini bisa menimbulkan masalah penglihatan. Ini dapat merangsang miopia alias rabun jauh alias mata minus. Selain itu, menatap layar gadget terlalu lama juga dapat menyebabkan mata lelah atau istilah kerennya CVS (Computer Vision Syndrom). Gejala mata lelah bukan kayak tubuh yang lelah yang butuh pijetan, tapi gejalanya antara lain penglihatan jadi buram, penglihatan ganda, sakit kepala, mata berair, terasa silau kalau melihat cahaya, dan ngerasa pegal di sekitar alis, pelipis, dahi, atau leher.

Bener lho, mata gue akhir-akhir ini sering lelah. Hampir semua gejala itu gue rasain. Ditambah perih kayak kena sabun.

Nah, agar mata ga mengalami kelelahan, apalagi sampai mengalami rabun jauh, Dr Sidik memberi rumus: 20-20-20. Setelah 20 menit menatap layar komputer atau gadget, alihkan dan istrihatkan mata selama 20 detik dengan melihat objek sejauh 20 feet (6 meter). Melihat objek jauh akan membuat saraf mata agak rileks dan mengurangi gejala mata lelah.

Okelah coba.

DSCF9265.JPG
Liat yang ijo begini bagus lho buat mata.

Selain itu, Dr Sidik juga memberi tip untuk menjaga kesehatan mata, baik itu untuk anak-anak, maupun dewasa.

  • Saat membaca atau belajar, pastikan cahaya di sekitar cukup baik untuk menerangi buku yang dibaca. Dulu ketika belajar arsitektur, saya diajarkan untuk menempatkan lampu belajar di meja, sehingga tidak menimbulkan bayangan pada buku atau materi yang sedang dibaca.
  • Konsumsi makanan sehat. Makanan sehat terutama yang mengandung vitamin A bagus untuk saraf mata, namun tidak bisa menurunkan minus ya. Salah besar itu mitosnya.
  • Hindari paparan UV-B dengan menggunakan kacamata hitam dan topi saat berkegiatan di luar.
  • Hindari rokok dan alkohol.
  • Untuk anak-anak, sebisa mungkin ajak untuk berkegiatan di alam terbuka. Karena menurut penelitian yang pernah saya baca, warna hijau pada alam dapat membuat mata menjadi rileks dan mencegah rabun jauh,

Dr Sidik juga mengungkapkan bahwa dari data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1999-2000, ternyata ada sebanyak 285 juta orang penduduk bumi memiliki masalah dalam penglihatan. Dan hampir 39 juta orang di antaranya menderita kebutaan. 246 juta orang lainnya mengalami gangguan penglihatan (low vision). 

Sedihnya, 90 persen dari para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara-negara berkembang dengan pendapatan atau upah yang rendah. Termasuk Indonesia. Kalau hal ini dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan apa pun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan ini diperkirakan akan membengkak menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.

Karena itu, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah RI untuk menurunkan angka kebutaan ini, di antaranya adalah dengan pencanganan program Vision 2020: Right to Sight, pada 15 Februari 2000.


Dalam acara yang sama, Yudhi Adrianto, S.GzRD dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia mengungkapkan masalah obesitas yang kini melanda banyak orang Indonesia. Termasuk para travel blogger seperti saya yang kalau ga jalan-jalan, kerjaannya di depan laptop dan makan-makan. Mau beli baju tinggal buka toko online, mau ke satu tempat naik ojek online. Hal ini mengakibatkan rata-rata orang Indonesia jadi kurang bergerak dan ujung-ujungnya menyebabkan obesitas.

soto-betawi.jpg
Makanan bersantan gini ga baik untuk tubuh.

Menurut Yudhi, penyebab obesitas memang salah satunya adalah aktivitas fisik yang kurang dan pola makan yang salah. Misalnya saja makan yang lebih banyak mengandung karbohidrat dibandingkan dengan serat. Atau makan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi seperti gorengan.

Namun masih banyak yang tidak sadar dengan obesitas ini, padahal penyakit ini bisa memicu penyakit lain seperti jantung, radang sendi, jantung, diabetes, varises, dan lain sebagainya.

whatsapp-image-2019-10-08-at-17.22.33-2.jpeg
dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes (Direktur P2PTM Kemenkes) 

Kementrian Kesehatan mencoba mengurangi dampak dari obesitas ini dengan memberikan edukasi ke masyarakat. Menurut dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes (Direktur P2PTM Kemenkes RI), pemerintah mengkampanyekan 8 cara. Yakni:

  1. MPASI mulai usia 6 bulan
  2. Tidak makan sambil nonton atau main game
  3. Buatkan anak bekal untuk dibawa ke sekolah
  4. Perbanyak aktivitas fisik di luar ruangan
  5. Makan dengan aneka ragam bahan pangan dan cukup sayur
  6. Tidak merokok dan minum alkohol
  7. Makan dengan pola isi piringku
  8. Melakukan aktivitas fisik dengan benar, teratur, dan terukur.

Mari kita jaga mata dan tubuh kita agar tidak terkena gangguan penglihatan dan obesitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!