Menggairahkan Desa Wisata Lewat Teknologi

Indonesia tidak akan menjadi besar karena obor di Jakarta, tapi menjadi besar karena lilin-lilin di desa.

Seuntai kalimat dari Bung Hatta inilah yang menjadi dasar seorang Reza Permadi berusaha membangun desa lewat sektor pariwisata.

Ya, nama Reza Permadi memang tak bisa dipisahkan dari desa, terutama desa wisata. Selain menjadi juri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, ia juga adalah salah satu penggagas Atourin Visitor Management System (AVMS), sebuah platform digital pariwisata yang menjembatani desa wisata dengan para wisatawan.

Ide pembuatan platform digital ini berawal dari masa pandemi. Saat itu, pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini membuat virtual tour untuk beberapa desa wisata. Perjumpaan dengan Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan para penggiat desa wisata inilah yang membuka mata Reza bahwa ternyata masih banyak kendala yang dihadapi untuk mengembangkan desa wisata ini, terutama soal manajemen dan pemasaran.

“Selama ini teman-teman di desa wisata tidak tahu ke mana mereka harus menjual paket ini selain pasrah menunggu teman-teman dari agen travel datang. Jadi pasarnya ya segitu-gitu aja. Karena itu, kami coba bikin semacam marketplace supaya pasarnya lebih luas karena wisatawan bisa membeli paket-paket desa wisata secara online. Kurang lebih semacam shopee-nya desa wisata, lah,” tukas Reza.

Diawali Kegelisahan

Ide membuat platform digital wisata ini juga timbul karena kegelisahan Reza melihat belum ada portal khusus yang menjual desa wisata secara digital. Padahal, tren pariwisata digital sedang berkembang pesat. Calon wisatan “zaman now” akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk meneliti destinasi secara daring sebelum bepergian, melakukan pemesanan hotel, dan maskapai, lewat online.

“Sebagai negara yang punya banyak destinasi wisata, termasuk desa wisata, sektor pariwisata di Indonesia kebanyakan masih berjalan konvensional. Padahal, para konsumennya atau wisatawan sudah semakin banyak yang go digital,” tuturnya.

Karena itulah, Reza berharap, dengan adanya marketplace (platform digital) ini, desa-desa waisata ini bisa menjemput bola dan tidak lagi hanya pasrah menunggu kedatangan wisatawan yang dibawa oleh para agen.

“Alhamdulillah sekarang ini banyak desa wisata yang berhasil menjual paket wisatanya secara online, bukan hanya langsung B2C ke wisatawan tapi juga B2B ke para agen yang melihat paket-paket wisata di situs kami,” tukasnya.

Bukan Hanya Sekadar Menjual Desa

Yang dilakukan oleh Reza dan kawan-kawan bukan hanya sekadar membuat wadah penjualan untuk desa wisata, namun juga melakukan pendampingan.

Pengurus desa wisata yang akan masuk ke platform Atourin dilatih mengenai tata kelola desa wisata supaya pengunjung bisa nyaman., cara mengambil foto yang bagus agar pengunjung tertarik datang, hingga bagaimana cara menghitung harga paket yang akan dijual. Bahkan seringkali tim Atourin membantu mencari paket yang cocok untuk dikembangkan di desa wisata tersebut seperti halnya yang mereka lakukan di salah satu desa di Pulau Pramuka.

“Desa yang juga masuk dalam Kampung Berseri Astra (KBA) ini awalnya hanya fokus ke masalah konservasi saja. Kemudian kami menganjurkan untuk membuat paket konservasi yang melibatkan para wisatawan sehingga upaya konservasi ini bisa menular ke masyarakat di luar pulau,” tutur Reza.

Dan sekarang, paket konservasi ini cukup diminati para wisatawan, sehingga akhirnya menjadi salah satu pemasukan juga bagi desa tersebut.

Atourin juga membuat grup WA yang berisi semua desa wisata yang bergabung dengan mereka. sehingga para penggiat desa wisata ini bisa berdiskusi tentang apa saja, termasuk kendala yang mereka hadapi.

Ingin Semua Desa Wisata Go Digital

Kini, sudah ada 204 desa wisata yang tergabung dalam platform Atourin. Tentu saja ini tak didapat Reza dengan mudah, seperti halnya membalikan telapak tangan. Awalnya, hanya ada 90 desa wisata yang bergabung. Semua ini mereka dapatkan dari hasil bergrilya mengubungi desa wisata.

“Kami mencari data desa wisata dari situs Jadesta Kemenpar, lalu kami hubungi satu-satu. Banyak yang menolak,” kenangnya.  

Walaupun jumlah desa wisata yang bergabung dengan Atourin meningkat pesat, Reza masih terus berusaha mendorong semua destinasi desa wisata di Indonesia go digital di tahun 2030. Cita-cita mulia ini tentu tak mudah dan butuh koloborasi dari banyak pihak. Karena itulah ia bekerja sama dengan Kemenparekraf dan Bakti Kominfo.

Melalui jaringan desa wisata dan data yang dimiliki Kemenparekraf, Atourin bisa lebih banyak membina desa wisata. Kemenparekraf juga bisa membantu menghimpun para penggiat desa wisata dengan lebih mudah. Sementara, Bakti Kominfo memberikan bantuan berupa infrastuktur digital di desa-desa wisata yang belum tersentuh internet, seperti halnya di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur yang memiliki potensi wisata alam dan budaya yang khas

Atourin juga digandeng sejumlah pemerintah daerah untuk mendigitalkan desa wisata mereka. Yang terbaru misalnya, Atourin membantu Pemerintah Belitung Timur mendigitalkan 10 desa wisata, Provinsi Kalimantan Tengah untuk mendigitalkan 20 desa, dan 10 desa di Kabupaten Samosir dengan menggunakan platform Atourin.

Bilibante, salah satu desa di Lombok yang menjadi mitra Kemanparekraf dan Atourin

Kolaborasi dengan KBA dan DSA

Selain dengan pemerintah, Atourin juga berkolaborasi dengan Astra. Seperti diketahui,  melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA) dan Kampung Berseri Astra (KBA), Astra membantu mengembangkan berbagai potensi di suatu desa, baik itu produk lokal, UMKM, hingga sektor pariwisatanya.

“DSA dan KBA ini punya potensi yang besar. Kami sedang memulai upaya supaya banyak kampung binaan Astra ini masuk ke platform kami,” kata Reza.

Salah satu desa wisata yang telah menjadi mitra Atourin adalah Kampung Berseri Astra Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Awalnya, masalah desa yang terpilih menjadi Kampung Berseri Astra 2022 ini adalah soal branding.

Dulu mereka hanya menjadi penonton saja, padahal desa mereka ini sering dilintasi para wisatawan yang berkendara dengan mobil VW teruka atau sepeda onthel. Kemudian mereka berbenah dan mulai membuat berbagai produk wisata. Atourin membantu mereka lewat pemasaran dan menjembatani BUMN untuk melakukan CSR di sana. Sekarang ini, Desa Bugisan menjadi salah satu desa wisata yang memiliki penjulan terbesar di Atourin, yakni hingg 64 jutaan di tahun 2023 lalu.

“Semoga selanjutnya akan muncul DSA dan KBA dengan pariwisatanya dan pemasaran digitalnya seperti Bugisan ini,. Dan selanjutnya seluruh desa wisata di Indonesia akan semakin maju” ujar Reza optimis.

Desa wisata Bugisan. Sumber: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/
Paket atraksi dan homestay di Desa Sejahtera Astra (DSA) Bugisan, yang ada di portal Atourin

***

Kontribusi nyata Reza bagi Indonesia, khususnya untuk desa wisata, berhasil membawanya terpilih sebagai penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2023 Bidang Teknologi

Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Sumber:

  • Wawancara dengan Reza Permadi
  • https://jadesta.kemenparekraf.go.id/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!