Pagi Hari di Labirin Marrakesh
“An early-morning walk is a blessing for the whole day”
Begitu petuah sastrawan Amerika. Berjalanan lah pagi-pagi agar menemukan apa yang ingin kau temukan. Itu sebabnya, ketika travelling, saya selalu menyempatkan bangun pagi untuk melihat kehidupan pagi-pagi masyarakat lokal.
Ketika memasuki kota tua Marrakech di sore hari, yang ada dalam benak saya adalah labirin Madina, kota tua Marrakech. Kota tua Marrakech memang terdiri dari gang-gang. Satu gang dengan gang lain terkadang tak tersambung, terkadang buntu. Membingungkan bak labirin.
Saat sampai di Marrakech, Momo, guide kami, langsung mengajak kami melewati lorong-lorong labirin. Kami menuju Omar Riad, penginapan kami yang terletak di tengah labirin. Otak saya berusaha menghapal dan mememori bentuk dan “warna” labirin ini. Pertama kami melewati lorong lebar berisi toko-toko mungil yang menjual aksesori, tas, karpet (oh, saya mesti ke situ, pikir otak saya), lalu belok kiri melewati lorong sempit yang hanya muat dilalui dua motor dan di ujungnya ada pintu besar indah dengan lengkungan khas Maroko berwarna biru (oh, saya mesti foto di sana), belok lagi menuju lorong dengan dinding tinggi menjulang berwarna merah dengan beberapa pintu tapi tanpa jendela (catnya dari apa ya… ). Dan kemudian otak saya menyerah.
Saya mengikuti saja langkah Momo di depan saya, masih berbelok-belok beberapa kali hingga akhirnya berhenti di suatu lorong sempit yang hanya berukuran tak lebih dari dua meter. Ada pintu kayu berwarna cokelat di sana. Tak ada jendela di dinding yang berwarna merah bata itu. Sama seperti lorong-lorong sebelumnya.
Omar, pemilik penginapan, mengajak kami masuk. Begitu pintu dibuka, hanya tampak ruang kecil berdinding keramik mozaik dengan meja di sebelah kirinya. Tak tampak ruangan lain.Ruang ini ternyata hanyalah foyer, penyambut tamu yang datang.
Riad sebenarnya ada di balik foyer itu. Sebuah courtyard ada di sana. Di tengahnya ada sebuah pohon jeruk (hingga pulang kami masih berdebat apakah buahnya asli) dan air mancur kecil yang tak menyala. Dua buah meja makan ada di sana.
Saya melihat sekeliling. Di keempat sisi courtyrad ini ada ruangan-ruangan yang sudah diubah menjadi ruang tidur. Menengok ke atas, tampak jendela-jendela yang ternyata jendela kamar. Di sisi lainnya ada balkon dengan tiang dan lengkungan khas Maroko.
Woo…begini ternyata riad, rumah tradisional Maroko. Kami memang meminta Momo mengajak kami menginap di Riad. (Tulisan tentang RIad ini menyusul belakangan yaa)
Esok pagi-pagi, saya mencoba keluar dari Riad untuk melihat kehidupan masyarakat dan menyusuri labirin ini. Namun baru dua belokan, saya berbalik. Otak saya ternyata kemarin tak bekerja baik, ia tak merekam jejak saya menuju kemari. Saya kembali ke Riad dan meminta Ana, salah satu kawan yang memorinya lebih bekerja, menemani saya.
Kami berjalan acak, sambil mengingat jalan yang kami lalui. Entah ke arah mana kami melangkah, yang penting kami bisa kembali nantinya. Berjalan melewati lorong-lorong di pagi hari, ternyata kami menemukan hal-hal menarik sepanjang perjalanan. Toko-toko yang saya kagumi kemarin memang belum buka, namun kami masih bisa melihat banyak orang beraktivitas, mulai dari anak sekolah berbaju dokter (yang ternyata baju seragam mereka), ibu-ibu berangkat ke pasar, kedai kopi, hingga keledai-keledai pembawa barang. Ya, keledai pun masuk ke dalam gang sempit!
Yang baru saya ketahui, ternyata masyarakat di sana tak mau difoto. Rupanya, masyarakat Maroko memang tak suka difoto turis. Kabarnya ini karena dulu banyak yang memfoto mereka tanpa izin, lalu mencetaknya di koran, majalah, bahkan postcard dan menyebarkannya ke mana-mana. Pantas saja!
Sekejap mensasarkan diri saya di pagi hari membuat saya langsung jatuh cinta pada Maroko.
0 Comments
ririn wandes
Wah
Keseruan nya terasa sekali berada disana.
Ada yang kesasar mutar-mutar disitu gak mbak?
rahma
Banyaak.. apalagi macam aku yang ga apal-apal jalan. Kayak labirin banget deh.
Sandra Surya Rini
mbak untuk book mohammed ini kemana ya? dan bagaimana paket ke maroko ini? mohon jawabannya
rahma
Halo Sandra,
Selama ini teman saya menghubungi Momo lewat FB messenger. Ini FBnya: https://www.facebook.com/moroccotravelvisit.
Atau bisa juga ke kawan saya, orang Indonesia yang tinggal di sana. Namanya Mbak Imazahra. Bilang aja kenal dari saya.
cumilebay.com
Anak sekolah baju nya kayak jas dokter yaaa, itu lorong2 menarik sekali, aku perna liat foto2 nya di buku net geo kalo ngak salah
rahma
Hooh, kalo punya lensa tele oke banget. Soale mereka ga mau difoto 😀
Emak Pelancong
Seruuu.. saya juga suka masuk medina. DI Fes mirip2, dan banyak banget gang kecilnya. Kalau awal2 memang banyak yang suka nyasar katanya.
rahma
Hahaha…saya beberapa kali tetep nyasar mbak. 😀