Mengintip Kenangan Enam Presiden di Balai Kirti

jalan-1

Enam buah patung mantan Presiden RI ada di tengah ruangan berdinding kaca. Tiap patung punya gaya berbeda, menggambarkan gerakan khas saat Sang Presiden sedang berorasi di depan rakyatnya. Di belakangnya tampak secuil bangunan bergaya Belanda dengan kanopi berbentuk segitiga.

Foto enam buah patung gagah yang diunggah di salah satu akun sosial milik kawan saya itulah yang kemudian membawa saya datang ke sebuah museum di tengah kota Bogor yang bernama Museum Kepresidenan Indonesia.

Museum yang juga diberi nama Balai Kirti—yang diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti Tempat Kemahsyuran—dibangun sejak tahun 2013, dan diresmikan penggunaannya oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan November 2014. Balai Kirti memang digagas oleh mantan orang nomer satu di Indonesia itu dengan tujuan untuk lebih mengenalkan keseharian dan peninggalan pahlawan-pahlawan yang telah berjasa memimpin Indonesia kepada khalayak umum.

Bangunan Transparan

Tak sulit untuk menemukan bangunan ini. Letaknya ada di tengah kota, bersebelahan dengan Gereja Zeboath dan Kebun Raya Bogor. Selain itu, tampilan museum ini agak berbeda dengan sekitarnya. Jika bangunan di sekitarnya bergaya kolonial khas Belanda, bangunan ini bergenre modern dengan bentuk kotak. Walaupun begitu, ia tak tampak egois dan berdiri sendiri. Hal ini disebabkan penggunaan kaca di seantero ruang yang membuat museum terlihat “transparan” dan menyatu dengan bangunan tua di sekelilingnya.

Museum yang dirancang oleh Adjie Negara ini terdiri dari 3 lantai, namun saat ini hanya lantai 1 dan 2 yang bisa dikunjungi. Lantai paling atas, berupa roof garden, rencananya nanti akan dijadikan restoran dan toko buku.

jalan-10

Selfie di Patung Presiden

Begitu masuk ke dalam Museum, dinding berisi Garuda Pancasila, naskah Proklamasi dan Pancasila berdiri tegak menyambut pengunjung yang datang ke sana. Di kanan kiri dinding ini terdapat semacam art work merah yang berisi gambar keenam putra bangsa yang pernah memimpin Indonesia. Warna merah yang kontras dan dinding kaca yang menyusupkan sinar membuat ruang ini terasa hangat namun memikat mata.

jalan-2
Begitu masuk, ada dinding ini. Dinding yang bertuliskan Pancasila.
jalan-3
Sisi di sebelah kanan pintu masuk. Suka banget ama artwork warna merah itu..
jalan-4
Ruang audio. Ruang ini tak setiap saat dibuka, sehingga jika ingin menikmati video di sana, Anda harus meminta kepada guide untuk memutarkannya.

Tak jauh dari sana ada ruang besar dengan atap yang tinggi menjulang. Di tengah ruang inilah berdiri dengan gagah enam buah patung mantan Presiden Indonesia, mulai dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Ruang ini menjadi ruang favorit para pengunjung, sehingga tak jarang ruang ini penuh dengan orang yang ingin ber-selfie-ria di depan patung para pemimpin bangsa.

Menurut Rozinah Nabihah, kepala  Museum Kepresidenan Indonesia, patung ini menggambarkan gaya para pemimpin ketika mereka sedang berpidato. Gaya Soekarno yang berkobar-kobar, Soeharto yang kalem, Habibie yang penuh rasa ingin tahu, GusDur yang jenaka, Megawati yang selalu mengepalkan tangannya, hingga SBY yang penuh perhitungan seksama, tergambar dengan jelas di sana.

Memorabilia Presiden

jalan-5
Patung enam Presiden

Di lantai dua, Anda bisa masuk ke Galeri Kepresidenan. Di sini, terdapat barang-barang peninggalan para mantan Presiden, baju kenegaraan, foto-foto milik pribadi, serta foto dengan para petinggi negara lain. Di sini juga terdapat audio video yang menampilkan hasil kerja Sang Presiden selama menjabat.

Yang unik adalah barang-barang pribadi milik para mantan Presiden. Di galeri milik Soekarno misalnya, terdapat replika tongkat komando yang kerap dibawanya. Konon, replika tongkat komando ini harus dibuat berkali-kali karena selalu patah saat dikerjakan. Tongkat akhirnya berhasil dibuat setelah para perajin menggunakan jenis kayu yang sama dengan kayu tongkat asli.

Di galeri milik Soeharto, selain replika tulisan tangan miliknya, ada kacamata, pipa rokok, dan telepon rumah bersepuh emas yang selalu ada di meja kerja Soeharto. Di galeri milik Habibie, Anda bisa melihat kamera leica kesayangannya serta buku kerja bertuliskan tangan Habibie. Sementara di galeri Gus Dur, ada peci dan sarung yang sering digunakan beliau dalam berbagai kesempatan.

Galeri milik Megawati tak kalah menariknya. Di sini, selain ada baju kenegaraan, ada pula perangkat minum teh dan bunga edelweiss, bunga abadi yang ternyata digemari putri Soekarno itu. Di galeri SBY, ada toga yang dipakai SBY saat menerima gelar kehormatan dari Universitas Pertahanan Indonesia. Berbeda dengan galeri lainnya, di sini terdengar lagu-lagu ciptaan SBY.

Namun sayangnya, di seluruh galeri ini, pengunjung dilarang menyalakan kamera miliknya. Kamera baru boleh dinyalakan di dua ruang terakhir.

jalan-8
Sudut lain yang dapat digunakan untuk ber-narsis-ria. Di ujung, ada lubang yang sengaja dibiarkan kosong. Anda bisa berfoto di ujung lubang, lalu berkhayal menjadi “the next President of Indonesia.”
jalan-7
Di ruang ini, Anda bisa berpura-pura berpidato di dalam Istana Bogor
jalan-9
Perpus yang kereen abis

Ruang lain yang cukup menyita perhatian saya adalah perpusatakaan kepresidenan yang menyediakan buku-buku favorit para presiden dan buku yang menceritakan tentang para presiden tersebut. Dari buku-buku yang tersaji, Anda bisa melihat secuil kepribadian mereka. Habibie misalnya, ternyata lebih suka membaca buku-buku sains berbahasa Jerman. GusDur lebih menikmati membaca buku-buku tauhid dan agama, sementara SBY lebih menyukai buku-buku umum dan ketatanegaraan.

Bagi saya, museum ini cukup menyenangkan. Selain dapat melihat kenangan para presiden—walaupun jumlahnya tak banyak—bangunan dan interior museum ditata dengan apik dan modern. Artwork-artwork terlihat menghiasi beberapa sudut museum, sehingga memancing pengunjung untuk bernarsis ria. Museum ini juga bisa menjadi tujuan wisata sejarah dan edukasi, untuk lebih mengenal para pemimpin bangsa. Bukankah kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang”?

Cara Menuju Ke Sana

Balai Kirti terletak di sebelah gereja Zebouth. Jika Anda menggunakan moda kereta, Anda dapat turun di stasiun Bogor, lalu meneruskan perjalanan dengan angkot 01,02, atau 10. Jika kondisi jalan raya lancar, tak sampai 10 menit Anda sudah sampai di depan gerbang.

Museum ini dibuka untuk umum, baik perseorangan maupun rombongan. Tak ada biaya yang dikenakan untuk masuk ke sini. Namun, Anda perlu mengirimkan permohonan kunjungan seminggu sebelumnya. Permohonan ini dapat dikirimkan melalui email ke museumkepresidenanindonesia@gmail.com. Tak perlu takut, permohonan Anda pasti disetujui jika museum tidak padat pengunjung atau tidak ada acara kenegaraan di sana. Jangan lupa untuk berpakaian sopan, tidak mengenakan jeans, baju ketat, kaos, baju tanpa lengan, dan sendal jepit.

Artikel ini telah dimuat di Tabloid RUMAH edisi 329-XII

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!