Cerita Umrah Mandiri: Ketika Allah Memanggil

Umrah itu panggilan. Walaupun uang dan waktu ada, kalau Allah belum panggil, ya enggak akan berangkat. Ini terbukti, ada kawan yang berhasil berangkat walau penerbangan hampir dibatalkan, ada pula yang terpaksa gigit jari karena tiketnya di-refund sepihak.

Sembilan bulan lalu saya dikabari kawan kalau Saudia Airlines mengeluarkan tiket promo gila-gilaan untuk penerbangan ke Jeddah. Gimana nggak gila, tiket pulang pergi Solo-Jeddah hanya dijual dengan harga 5,1 juta rupiah!! Harga yang jauh lebih murah ketimbang tiket sekali jalan ke Jayapura.

Tanpa pikir panjang, saya langsung mencari tanggal kosong di bulan Ramadhan. Dari dulu saya memang berniat umrah di bulan Ramadhan, namun dana belum mencukupi. Harga umrah Ramadhan yang dibanderol travel umumnya berkisar 40-50 juta; belum pas untuk kantong saya.

Saya pun kemudian mengajak beberapa kawan baik yang sudah saya kenal sebelumnya dan akhirnya terkumpul lah 10 orang lainnya yang akan berangkat bersama-sama.

Bismillah.

Drama Dimulai, Penerbangan Dibatalkan

Tiket yang kami beli ini adalah tiket promo Solo-Jeddah pp dan harus transit di Jakarta. Terdengar lucu memang, kami yang sebagian besar warga Jakarta harus pergi ke Solo dulu, kemudian terbang kembali ke Jakarta, baru lanjut ke Jeddah.

Tapi tak apalah, demi umrah Ramadhan, semua itu kami rela jabani.

Sebulan setelah tiket dibeli, ada drama menghampiri. Bukan hanya saya yang mengalaminya, namun semua orang yang membeli tiket promo ini. Penerbangan leg Jakarta-Jeddah dibatalkan, sementara leg lainnya masih sesuai jadwal. Ada pula yang lebih ekstrem, tiketnya di-refund padahal mereka tidak mengajukan refund sama sekali.

Semuanya ribut dan panik. Banyak desas desus yang mengatakan alasan dibalik pembatalan leg tersebut, salah satunya keterlibatan para agen travel yang takut jamaahnya berkurang drastis karena serbuan tiket promo ini. Ya, karena pengaruh medsos, promo ini memang tersebar masif sekali.

Saran-saran berseliweran di sana-sini. Ada yang mengatakan sebaiknya diam menunggu saja, ada yang menyarankan untuk menelpon perwakilan Saudia Airline di Indonesia, ada pula yang memberi info untuk menelpon perwakilan Saudia di negara lain karena perwakilan Indonesia kurang responsif.

Setelah mendengar pengalaman dan saran dari yang telah melakukannya, saya memilih opsi terakhir. Gambling sebenarnya, karena ada kawan saya yang melakukan hal yang sama, namun esoknya tiketnya malah di-refund secara sepihak.

Bismillah. Kami akhirnya menelpon perwakilan Saudia Airline di Kanada. Ternyata, telepon tidak bisa diwakilkan satu orang, kami masing-masing harus menelpon sendiri karena mereka bisa mendeteksi nomor telepon genggam kami; nomor telepon genggam yang digunakan menelpon harus sama persis dengan nomor yang didaftarkan saat membeli tiket.

Alhamdulillah, walaupun kami mesti mengeluarkan dana lumayan untuk sambungan internasional, penerbangan kami berhasil dipulihkan kembali.

Drama Baru: Simpang Siur Tiket Lewat OTA dan Beda Jadwal Penerbangan

Dari 11 orang yang pergi bersama, hanya 6 orang yang berhasil memperoleh jadwal baru, karena enam orang ini membeli langsung di website maskapai. Empat orang lainnya, yang membeli di OTA (Online Travel Agent) masih belum mendapat kepastian. Satu orang tak ada masalah karena ia terbang dari Inggris.

Setelah bolak-balik komplain ke Saudia Airline dan OTA yang lumayan menguras waktu dan energi, alhamdulillah empat bulan sebelum keberangkatan, semua tiket berhasil dikonfirmasi.

Namun masalah baru muncul, penerbangan baru kami jadi berbeda jadwal. Ini artinya, transportasi dari bandara menuju penginapan akan terpisah juga. Prosesi umrah juga akan berbeda. Namun tak apa lah, yang penting kami bisa sampai ke sana. Soal transportasi dan sebagainya, kami pikirkan belakangan.

Tapi ternyata, drama tiket tidak berhenti di situ. Dua minggu sebelum berangkat, dua orang di antara kami, Bams dan Bu Indah, mendapat telepon dari Trip.com yang mengabarkan kalau tiket penerbangan Jakarta-Jeddah mereka tidak valid dan akan dibatalkan! Gila, tinggal dua minggu lagi.

Setelah dua kali bolak-balik Semarang-Jakarta (mereka tinggal di luar kota) dan ngotot-ngototan dengan perwakilan Saudia Air di Jakarta, alhamdulillah tiket mereka berhasil dikonfirmasi. Padahal, mereka sudah pasrah dan berniat membeli tiket baru seandainya tiket Saudia itu benar-benar dibatalkan.

Kalau Allah memanggil, ada aja jalannya, ya.

Tertipu Agen Penginapan

Cobaan yang kami alami bukan hanya soal tiket dan penerbangan yang dibatalkan. Beberapa bulan sebelum keberangkatan, kami mulai mencari informasi penginapan, transportasi dan lain sebagainya. Beberapa dari kami masuk ke grup-grup umrah mandiri, termasuk saya, Laila, dan Ruru.

Saya mencoba memesan hotel lewat OTA (Online Travel Agen). Ternyata, agak sulit mencari hotel untuk Ramadhan, terutama di Mekkah. Hotel-hotel yang biasanya ada, sudah di-booking oleh para agen travel. Yang tersisa hanya hotel mahal yang ada di dekat masjid, yang harga per malamnya bisa di atas 3 juta rupiah. Enggak mungkin, kan, saya booking itu.

Pilihan jatuh pada Kiswah Tower Hotel yang direkomendasikan banyak orang. Selain harganya masuk bujet kami, letaknya hanya 900 m dari masjid dan tersedia shuttle 24 jam. Hotel ini juga menyediakan mesin cuci gratis sehingga kami tak perlu repot mencari laundry.

Baca Juga: Panduan Lengkap Umrah Mandiri

Namun beberapa kawan masih ingin mencari penginapan alternatif yang lebih murah dan dekat. Setelah tanya sana-sini, salah satu kawan mendapatkan informasi soal apartemen (DAR dalam bahasa Arab) yang lokasinya di Ajyad, tak terlampau jauh dari masjid. Harganya sekitar 350 SAR per malam. Booking dilakukan lewat Abdurrahman, orang Indonesia yang ada di sana.

Entah kenapa, saya sebenarnya kurang sreg dengan penginapan ini. Saya berkali-kali bertanya soal lokasi dan soal si Abdurrahman ini. Tapi karena sang kawan meyakinkan saya soal Abdurrahman, ditambah testimoni positif dari orang-orang di grup yang benar-benar telah menggunakan jasa dia, saya pun menyerah. Bookingan di Kiswah Tower saya batalkan.

Di akhir Februari, tiba-tiba datang kabar mengejutkan: Abdurrahman ini penipu! Banyak orang yang tertipu olehnya, termasuk kami yang dengan polosnya sudah melakukan pembayaran full, sehari sebelum hal ini terungkap.

Hati kecil saya ingin berkata, “tuh benar kan feeling gue,” tapi saya tahan karena bagaimanapun ini bukan murni kesalahan Laila. Ia juga sudah bersusah payah mencari penginapan murah untuk kami, yang saya tahu sangat sangat tak mudah.

Untunglah, semua kawan saya bukan tipe orang yang julid ataupun sulit. Mereka dengan rela mengikhlaskan uang yang (kami anggap) hilang bersama Abdurrahman.

Saat itu juga, saya langsung bergerak mencari alternatif penginapan baru. Tak mudah ternyata, karena tinggal sebulan lagi menjelang Ramadhan. Semua hotel penuh. Kiswah Hotel yang sebelumnya saya booking masih tersedia, namun harganya melonjak drastis. Jika awalnya satu orang hanya perlu mengeluarkan dana sekitar 3 jutaan untuk 7 malam, sekarang harus mengeluarkan sekitar 5-6 jutaan. Lumayan banget bedanya.

Satu-satunya yang tersisa, dan sesuai bujet kami, adalah Ibis Hotel.

Bersambung.

Next: Cerita Umrah Mandiri: Penginapan Mekkah yang Jauh Sekali – Jilbabbackpacker

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!