Antara Bangkok, Jayapura, dan Cerita Kemudahan Transaksi dengan QRIS AntarNegara
Nurul menelpon saya, suaranya yang renyah terdengar sumringah. Ternyata, traveler berjilbab dan berkacamata ini baru saja membeli banyak barang di Pasar Chatuchak, Bangkok, tanpa harus repot-repot mengambil uang di Anjungan Tunai Mandiri. Ia cukup membayar semua belanjannya hanya dengan memindai kode QR dari aplikasi e-wallet miliknya. Gampang dan cepat.
“Jadi borong baju banyak guee,” tukas ibu muda yang doyan belanja ini bersemangat.
Nurul, yang kerap bolak-balik ke Thailand, memanfaatkan pembayaran berbasis kode QRIS untuk banyak hal: membayar tiket BTS Skytrain, membeli makanan, dan berbelanja di beberapa gerai ternama di Bangkok, termasuk di Pasar Chatucak yang menjadi tujuan belanja utama turis Indonesia.
Ia mengaku mendapatkan banyak kemudahan dari sistem ini. Selain tak perlu repot menukarkan uang di money changer ataupun menarik tunai lewat ATM di Bangkok—hal yang biasa ia lakukan sebelumnya—ia juga tak perlu membawa banyak uang cash yang rawan hilang.
“Lo tau Bangkok banyak copetnya, Mak. Pakai ini gue nggak perlu keluarin dompet,” tukasnya.
QRIS di Ujung Timur Indonesia
Bukan hanya Nurul yang gembira dengan pembayaran berbasis kode QR. Tasanee, kawan dari Thailand yang bulan lalu berkunjung ke Jayapura juga mengalaminya.
Tasanee yang datang ke kota di Ujung Timur Indonesia itu—bersama saya—cukup terkejut ketika ternyata hampir semua supermarket, toko, kafe, bahkan warung tenda pinggir jalan sudah menerima transaksi dengan menggunakan kode QR. Bahkan di Skow, daerah perbatasan Papua Nugini dengan Indonesia, kami bisa memakainya.
Traveler kawakan yang awalnya khawatir kekurangan uang rupiah tunai—apalagi di ujung timur Indonesia yang tadinya kami pikir belum terlampau maju—menjadi lega dan langsung berkali-kali menggunakannya.
“I don’t even have to bother carrying my wallet everywhere. It is enough just to rely on my mobile phone. Happyy, I could eat everything I want,” cerita wanita berkulit rada gelap yang hobi kulineran ini.
Tasanee mengaku telah menggunakan ini di beberapa kota di Indonesia. Bukan hanya karena mudah dan praktis, menurutnya kurs saat menggunakan kode QRIS antarnegara lebih rendah ketimbang kurs saat menukarkan uang di money changer ataupun menarik tunai di ATM. Dengan memakai QRIS antarnegara ini, ia bisa menghemat ratusan ribu bath.
Selain praktis, ia merasa lebih aman membeli di tempat yang menggunakan kode QR karena umumnya yang menggunakan kode QR adalah merchant-merchant yang telah terpercaya. Karena seringkali ada penjual-penjual nakal yang melakukan kecurangan saat pembayaran cash, entah dengan kembalian yang kurang atau yang lainnya.
Semua Berkat QRIS Antarnegara
Ya, sejak Agustus 2022 lalu, wisatawan Indonesia dapat bertransaksi di Thailand dengan menggunakan sistem pembayaran berbasis QR Code. Dan sebaliknya, warga Thailand pun dapat bertansaksi di Indonesia dengan hanya memindai kode QR di handphone-nya. Seperti yang dilakukan Nurul di Bangkok dan Tasanee di Jayapura.
Hal ini terjadi sejak adanya penandatanganan kerja sama antara lima bank di Asia Tenggara yakni Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT).
Kelima bank ini sepakat untuk meningkatkan kerja sama konektivitas pembayaran di kawasan ASEAN melalui Regional Payment Connectivity (RPC) atau pembayaran lintas negara, khususnya di lima negara tersebut. Salah satu bentuk penerapan RPC adalah penggunaan QR Cross Border. Bank Indonesia memberi nama sistem ini sebagai “QRIS Cross Border atau QRIS Antarnegara”.
Dengan penerapan sistem pembayaran berbasis Kode QR ini, warga Indonesia yang akan bertransaksi di Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina bisa langsung memindai kode QR di negara tujuan tanpa harus melakukan registrasi atau mengunduh aplikasi setempat. Mereka bisa langsung membayar dengan memindai kode NETS (Singapura), PromptPay (Thailand), dan DuitNow (Malaysia).
Dan begitupun sebaliknya. Warga Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina bisa langsung bertransaksi dengan memindai kode QRIS di Indonesia.
QRIS antarnegara ini sudah bisa digunakan di Thailand sejak Agustus 2022 lalu. Untuk Malaysia, kini sudah memasuki tahap uji coba, sementara Singapura masih dalam proses pengembangan/inisiasi dan ditargetkan dapat dimulai pada akhir tahun 2023.
Keputusan untuk menjadikan kode QR sebagai pembayaran di negara-negara ASEAN disebabkan makin meningkatnya pemakaian QR. Kalau melihat data dari Analis UnaFinancial seperti dikutip bisnis.com, pada Juli 2023, jumlah pengguna aplikasi QR di Singapura, Malaysia, dan Indonesia tembus 997.000 pengguna. Dan pada 2025, jumlah pengguna ini diperkirakan akan meningkat sebesar 78%, mencapai total 1,77 juta orang.
QRIS AntarNegara dan Ekonomi Indonesia
QRIS Antarnegaraini bukan hanya mempermudah traveler seperti saya, Nurul, dan Tasanee, namun di lingkup yang lebih besar, punya impact untuk ekonomi di negara ASEAN, khususnya UMKM yang menjadi penyokong pariwisata.
Bagi UMKM, kemudahan pembayaran ini bisa berarti peningkatan jumlah omset. Seperti halnya yang dialami Imelda Hunggu Hau, perajin tenun ikat dari Kampung Raja Prailiu, Waingapu, Sumba Timur. Di kampung ini terdapat sebuah galeri yang menjual tenun ikat produksi ibu-ibu dan pembayarannya juga sudah bisa menggunakan kode QR.
“Dulu itu (sebelum pakai QRIS) orang banyak tanya, ada QRIS tidak, ada QRIS tidak, karena banyak yang mau beli tapi uangnya tak cukup. Jadi akhirnya kita kasih pakai (QRIS). Setelah itu buat kita jadi lebih mudah, pencatatan uang masuk mudah. Terus itu, jadi semakin banyak yang membeli (tenun) karena tinggal scan saja,” cerita Imelda.
Harapan akan meningkatkan omset para pelaku UMKM ditunjang dengan kabar gembira bahwa sektor pariwisata di ASEAN dan Indonesia sedang menggeliat kembali selepas pandemi ini. Kunjungan wisatawan mancanegara ke ASEAN pada tahun 2022 mencapai angka yang fantastis, yaitu meningkat sebanyak 1.706 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah wisatawan dari inter-negara ASEAN pun cukup tinggi. Kita lihat contohnya di Indonesia saja misalnya. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah wisatawan dari negara ASEAN yang tiba ke Indonesia dari Januari 2022 hingga April 2023 mencapai 3.615.452 orang atau sekitar 40 persen dari total jumlah wisatawan (yang berjumlah 9.061.962 jiwa). Cukup besar jika dibandingkan total wisatawan dari negara Asia lainnya yang “hanya” mencapai 2.224.089 wisatawan atau sekitar 20 persen dari jumlah wisatawan seluruhnya.
Angka yang cukup besar ini menandakan bahwa minat wisatawan ASEAN untuk mengunjungi negara ASEAN lainnya ternyata cukup tinggi.
Nah, kedatangan wisatawan ini biasanya dibarengi dengan transaksi keuangan di toko-toko dan UMKM—membeli souvenir dan makanan atau keperluan lainnya. Karena secara psikologis—menurut teori konsumsi—jika ada kemudahan bertransaksi, konsumen akan lebih tergerak untuk membelanjakan uang mereka untuk membeli produk-produk tersebut. Apalagi dengan segala kelebihan QRIS Antarnegara yang dikemukakan Nurul dan Tasanee tadi.
Semoga saja, dengan semakin meningkatnya angka kunjung wisatawan dan segala kemudahan yang ditawarkan QRIS Antarnegara, akan muncul Nurul, Tasanee, dan Imelda lain yang merasakan manfaat QRIS Antarnegara. Dan imbasnya, pariwisata dan ekonomi ASEAN, khususnya Indonesia, bisa terus melejit. Sesuai moto yang digaungkan Bank Indonesia “QRISnya satu, menangnya banyak!”
***
* This article made by Rahma Ahmad as part of participant of BI Digital Content Competition 2023*
Sumber:
- www.databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/04/ini-negara-asean-yang-banyak-kirim-turis-asing-ke-indonesia-pada-2022
- www.bisnisindonesia.id/article/indonesia-bakal-jadi-pengguna-qr-terbesar-di-asean-pada-2025
- Badan Pusat Statistik
- Website Bank Indonesia
***
* This article made by Rahma Ahmad as part of participant of BI Digital Content Competition 2023*