Ke Rusia Saat Corona: Welcome to Moscow

Bagaimana rasanya ada di Rusia saat Corona?

Kami sampai di Demodonevo Internasional Airport Moscow pukul 9 malam. Begitu mendarat, tak tampak ada penjagaan berlebihan di sini. Kami tak dicek suhu tubuh, tak ditanyai apa-apa, bahkan tak diminta mengisi surat apapun seperti halnya yang kami lakukan di Oman sehari sebelumnya. Melenggang bebas saja seperti biasa.

Yang nampak cukup “ramai” malah gate sebelah. Di sana tampak pasukan berbaju putih dengan Alat Pelindung Diri lengkap plus desinfektan di tangannya. Entah pesawat dari negara mana yang mendarat itu, karena saya tak memperhatikannya. Saya lebih fokus mencari bagasi belt yang  ternyata lumayan jauh dari tempat turun penumpang. Ya, ternyata bagasi belt di bandara terbesar di Moscow ini sampai puluhan. Ufff….

Di pesawat Oman Air, pramugarinya juga tak menggunakan masker. Hanya saat menyajikan makanan lah mereka baru menggunakan masker. Orang-orang di sekeliling saya juga tampak tenang-tenang saja. Hanya saya tampaknya yang sibuk. Memakai masker selama penerbangan, menyemportkan alkohol ke seluruh kursi, tray makanan, layar IFE, tombol jendela, hingga ke ke seatbelt.

Bodo ah, yang penting hati tenang


 

Moscow Demodenovo Airport
Moscow Demodenovo Airport

Para penumpang yang hilir mudik di bandara juga tak tampak mengenakan masker. Hanya kami, dan beberapa orang lainnya yang menggunakannya.

Memang, menurut kawan saya yang tinggal di sana, orang Rusia lebih cuek terhadap virus ini karena mereka pernah mengalami virus dahsyat sebelumnya. Apalagi, saat saya datang, belum banyak yang terkena virus ini.

Ya, sebelum jalan, saya sempat mengecek soal perkembangan virus Covid-19 di Rusia. Menurut data, hanya 34 orang yang terinfeksi virus di seantero Rusia. Dan jumlahnya sama seperti data sebulan sebelumnya.

Masih aman, ga terlalu signifikan perkembangannya, begitu pikir saya. Makanya saya berani memutuskan untuk tetap berangkat.


Yandex vs Aeroexpress

Di luar bandara Demodovo, juga tetap terasa biasa. Mobil-mobil yang kebanyakan berbentuk sedan masih hilir mudik mengangkut penumpang. Tukang-tukang taksi pun masih ramai berkerumun di pintu keluar bandara. Mengamati dan mendekati traveler yang bisa jadi calon penumpang mereka.

Beberapa supir mendekati kami, menawarkan taksi ke kota. Saya menggeleng dengan tegas, karena saya sudah memesan taksi lewat Yandex. Yandex ini adalah situs taksi online yang populer di negara Rusia dan negara pecahannya.

Saya pernah menggunakan ini sebelumnya di Uzbek dan Georgia, sehingga tak terlalu kesulitan dengan aplikasinya. Lagipula, ada translator otomatis di aplikasi ini, sehingga saya tak perlu bingung soal komunikasi dengan si driver.

Awalnya kami akan menggunakan AeroExpress, kereta express menuju kota. Namun setelah mempertimbangkan kepraktisannya, kami lebih memilih menggunakan taksi.

Kalau naik AeroExpress, kami mesti naik subway lagi, dan mesti menggotong koper yang lumayan berat ke atas. FYI, hampir semua stasiun subway di Rusia tidak memiliki eskalator, jadi siap-siap aja deh gotong-gotong koper.

Apalagi, harga kereta express ini tak terlampu berbeda dengan total yang kami keluarkan kalau menggunakan Yandex. Harga AeroExpress ini sekitar 450 rubel per orang, belum lagi ditambah harga subway sekitar 40 rubel per orang. Kalau berdua, totalnya jadi 980 rubel. Sementara kalau naik taksi, kami hanya perlu merogoh kocek sebesar 1100-1300 rubel. Ga beda jauh kan?


Nyaris Ditipu Driver Tua

Kami menunggu di tiang E, di luar pintu kedatangan, seperti janji saya dengan driver. Saya menggigil, menahan dingin karena hujan salju tiba-tiba turun dan suhu jadi minus sekian derajat. Walau jaket saya sudah lumayan tebal, saya tak pakai long john karena sebelumnya saya mampir di Oman. Susah ternyata pindah dari negara super panas ke negara super dingin begini.

Baca Juga: Persiapan Winter di Rusia

Tak lama, ada taksi kuning yang berhenti di depan kami, mengaku kalau itu adalah taksi pesanan kami.  Saya yang belum mengerti pelat nomer Rusia sempat terkecoh, karena di peta aplikasi, taksi yang saya pesan memang sudah sampai di depan saya.

Untung, tepat ketika saya akan menyerahkan koper saya ke si supir, mobil di belakang mengklakson dengan keras berkali-kali. Saya menengok kesal, tapi kemudian bersyukur, karena rupanya supir tua yang mengklakson itu adalah supir taksi yang saya pesan. Ufff…

Perjalanan ke Netizen Hotel tempat kami menginap selama di Moscow, lumayan lama ternyata. Sekitar satu jam perjalanan. Saya antusias memandang keadaan sekeliling walaupun sudah mulai gelap. Saat melirik ke aplikasi Yandex, saya kaget. Aplikasi saya mati. Taksi dianggap sudah sampai padahal kami baru berjalan selama 20 menit saja.

Rupanya, itu akal-akalan sang pengemudi, agar ia bisa menambah tarif lebih dari yang tertera. Tarif seharusnya, yang sempat saya ingat, sekitar 1100-1150 Rubel. Namun ia meminta 1300 rubel, yang akhirnya saya iyakan karena saya tak punya bukti tarif seharusnya. Lagipula, saat itu sudah malam dan saya sudah terlalu lelah. Dan lagipula, tarifnya “cuma” beda sekitar 150 rubel.

Saya sempat bertanya ke kawan saya yang tinggal di sana, katanya memang beberapa supir taksi sengaja melakukan hal itu agar bisa mendapatkan tarif lebih mahal dibanding seharusnya.

Aha, begitu rupanya. Welcome to Moscow then!

Baca Juga: Aurora Village Murmansk, Memandang Aurora dari dalam Igloo

0 Comments

  • robertus chandra wasiparwendo

    wuuuihhh…jooos bangeet..Rusiaa euy
    ati ati mbaak…saya tunggu cerita cerita ceritaa selanjutnyaa…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!