5 Makanan dan Restoran Halal di Tbilisi Georgia
Georgia adalah negara Kristen Ortodok yang 80 persen penduduknya menganut agama ini. Hanya 9 persen yang menganut Islam, terutama di bagian selatan yang berbatasan dengan Azerbaijan.
Walaupun didominasi kristen, ternyata banyak resto yang memajang tulisan halal di sini. Termasuk di area Gudauri dan Kazebgi, dua tempat wisata ski dan salju yang terkenal di Georgia. Walau harganya lebih mahal dibanding restoran non-halal, masih menjual wine dan bir, dan wallahuallam itu daging belinya di suplier halal apa nggak, paling nggak mereka sudah mencoba menyediakan menu non-pork dan memasak makanan tanpa alkohol.
Baca Juga:Â Solo Backpacking ke Georgia: Antara Diwan Hotel, Indomie, dan Pasta Italia
Banyaknya restoran halal ini disebabkan sekarang ini banyak penduduk Saudi yang berwisata ke sini. Georgia punya destinasi salju yang lebih murah dari Eropa, yang diminati penduduk Saudi yang selalu mencari yang adem macam Puncak. Pemerintah Georgia emang giat banget mempromosikan negaranya ke Saudi, termasuk dengan membuka jalur penerbangan langsung dari Jeddah ke Tbilisi dan menggratiskan visa buat mereka.
Nah, ini beberapa restoran dan makanan halal di Tbilisi yang sempat saya coba
Nayeb Halal Persian Iranian Restaurant
Sesuai namanya, restoran ini dimiliki oleh orang Iran. Pelayannya pun orang Iran. Pengunjungnya juga banyak yang orang Iran. Kecuali saya.
Harga makanan di Nayeb Halal Persian Iranian Restaurant memang mahal, mulai dari 12 Lari (sekitar 50 ibu rupiah), tapi jauh lebih murah dibanding harga Taj Mahal Restaurant. Maklum, restoran halal di Tbilisi hanya ada beberapa, sehingga harganya jadi lumayan mahal.
Menunya lumayan bervariatif, ada masakan ala Iran, Timur Tengah, dan masakan asli Georgia.
Pertama kali ke sini, saya memesan nasi biryani. Harganya setelah pajak 15 lari, sekitar 75ribu rupiah. Porsinya lumayan besar, bisa buat dua orang. Saya cuma berhasil makan setengahnya, dan setengahnya lagi saya bungkus buat makan malam. Wkwk, iritisasi.
Kali kedua, saya memesan Khinkali, semacam dumpling isi daging dan sayuran khas Georgia. Saya sebenarnya sudah naksir ini dari awal saya sampai di Tbilisi, tapi saya ga berani makan. Takut ga halal.
Buffet Shawarma Halal
Ini sebenarnya tak sengaja saya temukan, saat sudah capek jalan dan pengen ngaso sambil minum chai (teh), saya liat ini. Bentuknya bukan restoran, tapi semacam kedai permanen di sebelah taman.
Menunya ngga banyak, cuma kebab, kentang goreng dan chicken wing. Sebenarnya saya bosen makan kebab, tapi chicken wingnya ternyata sudah habis. Mau ga mau. Saya lupa harga kebabnya berapa. Tapi plus chai harga totalnya jadi 11 lari.
Baca Juga:Â Solo Backpacking ke Georgia: Rekomendasi Rute di Old Town Tbilisi
Bawa Makanan Sendiri
Tapi, atas nama irit dan malas nyari restoran halal, saya cuma makan di restoran saat makan siang dan kalau bersisa dimakan waktu malam. Selebihnya, saya beli roti, buah, dan jus di supermarket untuk sarapan pagi dan kalau perlu saya masak nasi instan di microwave. Nasi instan ini saya titip ke teman dari Korea.Â
One Comment
Pingback: