Solo Backpacking ke Georgia: Rekomendasi Rute di Old Town Tbilisi

Saya menghabiskan tiga hari di Tbilisi, Georgia. Sangat cukup untuk mengeksplor seluruh kota Tbilisi hingga ke sudutnya.

Berbeda dengan Baku di Azerbaijan yang modern dan metropolitan, Tbilisi di Georgia ini lebih homey. Atmosfernya mirip Yogyakarta yang banyak bangunan tua dan peninggalan bersejarah.

Untuk mengitari Tbilisi ini, sebenarnya saya bisa naik bus kota. Harganya murah, tak sampai 1 lari per kali naik. Tapi saya lebih suka mengitarinya dengan berjalan kaki karena di setiap sudut Tbilisi ada hal menarik untuk dilihat. Walaupun jalan kaki ini membuat saya selalu ngos-ngosan dan kelaparan, sebab kontur Tbilisi ini berbukit-bukit dan berundak-undak.

Baca Juga: Solo Backpacking ke Georgia: Antara Diwan Hotel, Indomie, dan Pasta Italia

Salah satu lokasi yang jadi favorit saya di sini adalah Old Town. Di sini banyak bangunan bersejarah, bangunan tua, serta cafe-cafe menarik yang sayangnya harganya lumayan mahal.  

Darimana enaknya memulai perjalan di Old Town ini? Begini rekomendasi rute di Old Town Tbilisi versi saya.

Tujuan Pertama: Clock Tower

Dari hostel tempat saya menginap, saya berjalan kaki ke arah Clock Tower, melewati gang-gang kecil yang saya tak tahu namanya, bertemu dengan beberapa orang lokal yang sedang berada di depan rumahnya. Berbeda dengan Azerbaijan yang lebih banyak senyum, di sini tak ada yang tersenyum sama sekali.

Clock tower ini bukan bangunan lama sebenarnya. Ia baru dibangun tahun 2010 oleh seorang seniman. Desainnya dibuat unik seakan miring dan hampir rubuh, namun terlihat serasi dan menyatu dengan bangunan teater di sebelahnya. Setiap jam, clock tower ini akan berbunyi. Malaikat bersayap akan keluar dari jendela di atas jam dan membunyikan bel di ujung tower.

DSCF8426

Tujuan Kedua: Peace Bridge

Dari clock tower, saya berjalan lagi ke arah Peace Bridge, jembatan modern yang amat terkenal di Tblisi. Sebenarnya dari segi bentuk, jembatan ini biasa saja menurut saya. Lebih bagus jembatan lengkung di depan Polda Metro Jaya. Namun di sini sering terdapat art performance yang enak untuk dinikmati.

Tujuan Ketiga: Rike Park dan Narika Fortress

Dari Peace Bridge saya berjalan ke arah Rike Park, mencari Narika Fortress cable car station, tempat cable car menuju Narika Fortress bermula.

Narika Fortress ini sebenarnya bisa dicapai dengan berjalan kaki, tapi jalannya menanjak lumayan curam. Sementara jika menggunakan cable car, biaya yang mesti dikeluarkan hanya sebesar 2.5 lari (sekitar 12 ribu) untuk sekali jalan. Lebih murah kalau dibandingkan dengan membeli minuman sehabis lelah memanjat.

Dari pelataran Narika Fortress ini, saya bisa melihat kota Tblisi dari ketinggian. Di kejauhan akan tampak gereja Orthodok menjulang tinggi, dengan latar belakang pegunungan. Indah. Apalagi menjelang sore hari, saat matahari mulai kembali ke peraduannya. 

DSCF8265
Pemandangan dari Narika Fortress

DSCF8277

Tujuan Keempat: Old Town

Dari arah Narika Fortress, saya turun ke arah Old Town, melewati gang-gang kecil yang dipenuhi bangunan-bangunan tua. Saya sengaja tak menggunakan GPS saya saat itu, membiarkan kaki saya melangkah semaunya. Dan hasilnya saya nyasar ke gang kecil.

Di ujung gang ada anjing galak yang terus menyalak ke arah saya. Saya bingung, mesti putar badan lalu lari atau diam saja di situ. Tak ada orang di sana kecuali saya, tak ada yang bisa saya minta tolong. Akhirnya saya sampai pada kesimpulan:  saya putar badan, pura-pura tenang berjalan ke arah sebaliknya, lalu kemudian lari sekencang-kencangnya. Uff….

Di area Old Town ini sebenarnya banyak gereja kecil dan museum. Tapi entah kenapa, saya tak tertarik memasukinya. Mungkin karena efek hampir dikejar anjing tadi, saya jadi lapar berat. Saya lebih tertarik mencari makanan halal, sambil kembali ke hostel untuk beristirahat.

Baca Juga: Makanan dan Restoran Halal di Tbilisi Georgia

DSCF8447

DSCF8312
Salah satu sudut Old Town Tblisi

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!