Naik Metro di Dubai

 

Saya sampai di Dubai malam hari.  Tepat waktu sebenarnya, tapi pesawat mendarat cukup jauh dari gedung terminal.  Saya mesti naik bus cukup lama, kurang lebih setengah jam, untuk menuju gedung terminal. Untunglah, antrian imigrasi tak terlalu panjang, bisa dibilang kosong malah.

Di antara belasan loket yang tersedia, saya memilih loket dengan petugas yang paling ganteng di antara semua petugas yang ganteng-ganteng. Hehehe..dibanding Arab Saudi, petugas di sini lebih ganteng dan lebih ramah.

Petugas ganteng ini hanya melihat paspor saya sekilas, sama sekali tak menanyakan soal visa yang sudah saya buat dengan susah payah. Dia malah berkata “Muslimah, speak Arabic?”

Saya bilang, saya hanya bisa sedikit saja karena itu bukan bahasa utama saya. Eh, dia malah bersikeras dan menanyai saya dalam bahasa Arab, sambil bilang “if you can answer me in Arabic, I’ll stamp your passport.” Haiyaah Mas, modus banget ini. Bilang aja mo kenalan…

Untung, dia cuma nanya nama dan asal saya. Gampang itu maah (belagu). Hehehe..ternyata, ilmu bahasa Arab yang saya dapatkan waktu sekolah dulu berguna juga. Untung saya nggak bolos ya…

Selepas imigrasi, saya langsung berlari sekencang-kencangnya. Menurut jadwal yang ada di kepala saya, malam ini saya mestinya menuju ke penginapan, lalu pergi ke Mal Dubai untuk melihat dancing fountain yang terkenal itu. Karena waktu saya sangat mepet, saya akhirnya langsung menuju ke Mal Dubai, tanpa mampir ke penginapan dulu. Sambil lari-lari tentunya…

Jarak antara bandara ke Mal Dubai cukup jauh ternyata. Butuh kira-kira setengah jam ke sana, dengan menggunakan metro.  Metro adalah transportasi utama di Dubai. Metro ini seperti monorail, ada yang berada di bawah tanah, ada yang di atas tanah. (Peta metro Dubai, klik DI SINI)

Untuk menaiki Metro, saya harus membeli tiket yang disebut NolCard. Ada berbagai jenis Nol Card, namun untuk turis seperti saya, disarankan membeli Nol Card Red yang berwarna merah.  Nol Card ini bentuknya seperti kertas, namun dapat diisi ulang untuk 10 kali perjalanan.

Jalur Dubai Metro. Modern dan keren!!

Nol card ini hanya kartu untuk tiket ya, bukan daily pass. Jadi, kalau mau naik, mesti isi tiketnya dulu di mesin atau loket. Tapi, berbeda dengan MRT di Singapura atau Malaysia yang harganya tergantung jarak tempuh, harga tiket di sini tergantung zona. Kalau daerah asal dan tujuan berada dalam satu zona tapi kurang dari 3km, harganya 2 AED, kalau ada dalam satu zona lebih dari 3km harganya 2,5 AED. Jika berbeda zona, harganya 4,5 zone. Jika melewati 2 zona, harganya 6,5 AED. Harga ini masih ditambah dengan harga kartu sebesar 2 AED.

Pusing memang. Saya pun sempat kebingungan membaca peta zona. Akhirnya saya ambil jalan pintas, beli tiket di loket (bukan di mesin) dan bertanya pada satpam yang selalu berada di dekat loket. Beress…

Kalau nggak mau pusing lagi, beli daily pass sekalian. Nanti dailypass ini dimasukkan ke nol card yang sudah kita beli. Harga dailypass untuk semua zona 20 AED/hari. Kalau dalam sehari bakal bolak balik lebih dari 8 kali, mending beli dailypass aja. Lebih hemat.

Ga ada orang pribuminya, kan?

Oya, berbeda dengan kota-kota lain di dunia, kereta di Dubai ini dilengkapi dengan kelas gold, alias kelas yang lebih bagus. Kelas gold ini berada di gerbong paling depan dan punya jalur antrian khusus. Karena tak tahu, awalnya saya menaiki kelas ini (dengan karcis standar). Setelah saya tahu, saya merasa beruntung tadi sempat naik. Harganya dua kali lipat!! Hehehe..untung tak ada pemeriksaan ya 😀

Tapi saya tak paham, kenapa juga ada kelas gold. Bedanya Cuma di bangku dan kaca. Kalau bangku di kelas biasa menghadap ke samping (seperti mikrolet), bangku di kelas gold menghadap ke depan. Kacanya pun lebih lebar. Tapi kan, sampainya sama aja…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!