Backpacking ke Taiwan: Lost in Translation in Taichung
Perjalanan ke Taiwan ini bisa dibilang perjalanan dadakan. Awalnya saya mendapat tiket gratis dari Singapore Airline ke Hongkong karena memenangkan lomba blog dari tulisan saya Bermalam di Gurun Sahara.
Namun karena saya sudah dua kali ke Hongkong, saya memutuskan untuk menuju ke satu tempat lagi yang letaknya tak terlalu jauh dari Hongkong.
Awalnya saya ingin menuju China lagi. Namun sebagai pemegang KTP dengan kolom pekerjaan bertuliskan “wartawan”, mendapat visa China amat sulit bagi saya.
Akhirnya, Taiwan lah yang jadi pilihan saya. karena untuk pemegang visa aktif Schengen, Jepang, Australia, atau Amerika, bisa mendapat e-visa ROC Travel Authorization Certificate secara gratis. Visa ini bisa diapply online di situs resmi mereka INI.
Untuk mencapai Taiwan dari Hongkong saya menggunakan Maskapai HK Express. Murah karena saat itu sedang ada promo, saya hanya perlu membayar sekitar 350rb pp. Namun, HK Express ini tidak mendarat langsung di Taipei, tetapi di kota kecil bernama Taichung yang terletak sekitar 2 jam dari Taipei.Â
Tak Ada Bahasa Inggris
Bandara Taichung ternyata amat kecil, lebih kecil dari bandara Halim malah. Namun bandaranya bersih dan teratur. Sayang saya tak sempat memfotonya karena fokus saya cuma satu: mencari konter penjual SIMCard. Ya, saya mesti menemukan SIM card untuk membantu saya mencari informasi karena di sini jarang yang bisa berbahasa Inggris dengan baik.
Saya membeli tourism sim card. SIM card ini hanya berisi data dan tidak bisa dipakai menelpon. SIM Card khusus turis ini ada 3 pilihan, ada untuk 3, 5 dan 7 hari. Saya membeli untuk 5 hari dan harganya kalau saya tidak salah ingat sekitar sekitar 150 ribu rupiah.
Sebenarnya, Taiwan sim card ini bisa dibeli via klook dan diambil di bandara HK. Bisa juga beli di tokopedia di Indonesia. Tapi harganya lumayan beda jauh. (Lebih lengkap soal SIM card ini bisa dilihat di situs ini.)
Di Taichung Airport ini hanya ada satu konter yang menjual SIM Card, dan untungnya sang penjual bisa berbahasa Inggris. Karena bahasa Inggrisnya lumayan bagus, saya menanyakan nomer bus yang bisa saya tumpangi menuju terminal (saya akan menggunakan bus menuju taipei).
Ternyata, dia bukan hanya menjawab pertanyaan saya, tapi mengantarkan saya hingga ke pintu bus dan berpesan kepada supir bus untuk menurunkan saya di suatu tempat. Konter SIM Card-nya ditutup sementara cuma untuk mengantarkan saya ke bus! Terharu
Diteriaki Seisi Bus
Untuk menuju Taipei dari Taichung, banyak sarana yang bisa digunakan. Bisa menggunakan kereta cepat THSR, bisa juga memakai bus. Saya jelas memilih opsi memakai bus karena kereta cepat amat mahal. Harga kereta sekitar 670-750 NTD (Standard Class) dan 965-1060 NTD (Business Class). Sementara harga bus hanya 220 ND.
Banyak perusahaan bus yang bisa dipilih, antara lain UBus and Kuo-Kuang (paling murah), Aloha, Ho-Hsin. Saya memilih UBus karena menurut review, ialah perusahaan yang paling oke dan banyak jamnya. (Untuk lihat jadwal bus bisa diliat di situs ini)
Dari info bapak penjual SIM Card, saya mestinya turun di Stasiun Kereta Api Taichung karena di seberangnya berderet penjual karcis bus. Jika melihat dari google map, jarak antara bandara dengan terminal bus sekitar 1-1.5 jam. Lumayan jauh, karena itu saya tenang-tenang saja duduk adem di dalam bus walaupun semua orang di dalamnya memandang saya dengan heran.Â
Tapi belum sampai stasiun, driver bus berteriak ke saya (dalam bahasa mandarin tentunya). Saya pikir, dia berbicara dengan orang lain, karenanya saya diam saja. Lalu orang-orang di kanan kiri saya ikutan ramai, mencolek-colek saya dan menunjuk ke seberang jalan. Ternyata, ada stasiun khusus UBus, yang letaknya jauh sebelum Stasiun Kereta. Dan si driver bus mencoba memberitahu saya. Oalaaaah….
Beli Tiket dengan Bahasa Tarzan
Setelah membeli tiket bus, dengan bahasa Tarzan karena penjaga loket juga tak bisa berbicara bahasa Inggris, saya disuruh menunggu dan dengar pengumuman soal keberangkatan. Tak ada tulisan di tiket jam berapa bus akan berangkat.
Dan masalah utamanya adalah …….. semua pengumuman diteriakkan dalam bahasa Mandarin!! Tulisan LCD soal keberangkatan pun dalam bahasa yang sama. Bagaimana cara saya tahu kalau bus saya akan berangkat?
Untunglah ada semacam penjaga pintu di sana, yang walaupun tak bisa berbahasa Inggris, ia paham kalau saya akan menuju Taipei dan ia sukarela menjadi reminder saya kalau bus akan berangkat.
Karena takut ia lupa, saya cari sukarelawan kedua: tukang minum (tentu dengan imbalan saya harus beli minum di tempatnya).
UBus yang Nyaman
UBus yang saya tumpangi dari Taichung ke Taiwan lumayan nyaman. Kursinya bisa direclining dan ada charger USB-nya. Girang banget saya lihat colokan USB ini, melebihi girangnya saya lihat makanan. Tapi lagi-lagi, si supir dan kondekturnya sama sekali tak bisa berbahasa Inggris. Ga masalah sih, karena saya akan turun di perhentian terakhir yakni Taipei Bus Terminal.
Taipei here I come…..
Baca Juga: Berburu Makanan Halal di TaipeiÂ
Â
8 Comments
Pingback:
Norma
Di Taichung transit saja, atau mampir kemana? 🙂
rahma
Hanua transit mbak. Dari bandara langsung ke terminal bus
Pingback:
mysukmana
Seru..kirain judul pilem..lost in..
rahma
Wkwkw…..bisaa….nunggu produser yang mau nyari bintang pelm dulu 😀
layangseta
Huft.. penuh perjuangan. Ini namanya benar-benar petualangan
rahma
Hahaha…tapi seruu