Belajar dari Eko Pujianto, Cah Ndeso yang Menjadi CEO
“Tempat lahir boleh di mana saja, tapi tempat mimpi harus setinggi langit di atas sana.”
Itulah salah satu kalimat yang ada di buku biografi Eko Pujianto berjudul “Cah Ndeso Menjadi CEO. Membawa UMKM Naik Kelas Hingga IPO“, yang diluncurkan dua hari lalu di Gramedia Matraman, Jakarta.
Kalimat ini sangat tepat untuk menggambarkan proses perjalanan panjang yang dilalui oleh seorang Eko Pujianto. Seorang pria yang lahir di desa namun kemudian bisa menjadi CEO salah satu perusahaan boga ternama di Indonesia, PT Sari Kreasi Boga Tbk, yang menggawangi merek Kebab Turki Baba Rafi.
Ya, Eko lahir dan besar di salah satu desa di Wonogiri, Jawa Tengah dari keluarga petani yang sederhana. Namun kerja kerasnya bisa membawa ia menjadi seorang entrepreneur yang masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia kategori Retail and Commerce pada 2023.
Ayah 3 anak ini juga pernah dinobatkan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai CEO termuda yang berhasil membawa perusahaan masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) di usianya yang masih 28 tahun.
Belajar Lewat Pengalaman Orang
Buku “Cah Ndeso Menjadi CEO” ini terdiri dari 275 halaman dan 7 bab, yang berisi pengalaman Eko sejak masih kecil, masa sekolah, hingga menjalani bisnis.
Yang menarik, ternyata bakat berbisnis Eko sudah ada sejak dulu. Di dalam buku ini diceritakan saat SMA, Eko yang menjadi ketua OSIS dan siswa terbaik, sempat berdagang buku-buku persiapan UN. Saat mahasiswa pun, di sela-sela kesibukannya belajar dan menjadi Presiden BEM UNS, ia membangun usaha tur dan travel.
Dalam peluncuran buku biografinya kemarin, Eko juga mengatakan “nasib” lah yang membawanya menjadi seorang bussinessman. Ia, yang tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan S2 seperti banyak kawan-kawannya, memilih mencari ilmu lewat jalur lain, yakni menjadi asisten dan bahkan supir seorang mentor bisnis, Witjaksono.
“Saya percaya ilmu bisa didapat lewat berbagai cara, bisa lewat pengalaman dan terjun langsung ke lapangan,” tuturnya.
Walaupun harus bekerja keras dan “berat” mengikuti ritme sang mentor yang hampir 24 jam, namun ia sangat bersyukur karena itu adalah pengalaman berharga yang menjadi bekalnya kini.
Berbekal “ilmunya” Eko mendirikan 10 Koperasi Pertanian (Duta Tani) pada 2017. Pada tahun yang sama, 2017, SKB Food yang nyaris gulung tikar kemudian menunjuk Eko untuk melakukan restrukturisasi organisasi, membangun relasi, dan kolaborasi. Hingga akhirnya pada 2020, Eko ditunjuk menjadi Direktur Utama PT SKB Food.
Buku yang Mesti Dibeli dan Dibaca
Buku “Cah Ndeso Menjadi CEO” ini diluncurkan bukan hanya sekadar sebagai catatan perjalanan hidup, namun Eko juga menginginkan buku ini bisa men-delivery pesan penting, bahwa semua orang punya kesempatan yang sama untuk sukses.
Di dalam buku banyak diungkap tentang bagaimana prosesnya dalam menerapkan teori Quantum Leap atau memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri untuk meraih hasil terbaik dalam hal apa pun.
Buku yang ditulis oleh Rochmad Widodo dan diterbikan Penerbit Biografi Indonesia ini banyak diapresiasi oleh tokoh-tokoh nasional. Mulai dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri Ketanagakerajaan, hingga Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut memberikan kata pengantar dalam buku.
Buku yang wajib dimiliki karena banyak qoute-qoute menarik dan prinsip hidup yang tertulis di buku ini. Apalagi semua royalti dari penjualan buku ini didedikasikan untuk kegiatan sosial, terutama bagi para “Cah Ndeso” yang sedang berupaya menggapai mimpinya seperti Eko.
“Takdir kita dipengaruhi oleh karakter kita, kalau takdir kita baik karakter harus baik, kalau karakter buruk takdir juga buruk, yang nature itu DNA kita, sementara yang nurture itu lingkungan kita, tempat kita tumbuh dalam keluarga dan pertemanan”