Rekomendasi Penginapan di Solo: Musafir Guest House
Berpergian bersama keluarga besar adalah hal yang sangat menyenangkan. PR-nya adalah mencari penginapan yang nyaman, muat banyak orang, tapi harganya terjangkau. Di Solo, kami menemukan tempat yang cocok: Musafir Guest House.
Saya terlahir di keluarga besar yang doyan kumpul dan jalan-jalan. Dulu waktu saya kecil, kami pernah berombongan pergi ke Padang, Medan, Bali, dan Jogja. Kebersamaan ini meninggalkan jejak menyenangkan di hati kami, memorinya terbawa hingga kami dewasa.
Nah, kebiasaan itu kami teruskan hingga saat ini. Setiap ada kesempatan jalan-jalan bersama, akan kami lakukan. Seperti halnya dua hari lalu, ketika kami harus menghadiri acara keluarga di Salatiga. Karena lokasinya jauh dan waktu tempuh ke sana cukup lama, kami tak mau rugi; seusai acara kami melanjutkan jalan-jalan ke kota Solo.
Mencari Penginapan di Solo
Saya lah yang ditugaskan membuat rencana perjalanan dan mencari penginapan. Di Solo bertebaran penginapan, namun tak mudah mencari penginapan untuk keluarga yang sesuai kriteria kami: muat banyak orang (38 orang!), bersih, nyaman, homey jadi bisa kumpul-kumpul, dan strategis. Plus parkirnya besar karena kami pakai bus dan harganya murah!
Kawan saya merekomendasikan satu penginapan yang pernah ia inapi: Musafir Guest House namanya.
Saya langsung intip di google dan ternyata letaknya di tengah kota, tak jauh dari Alun-Alun Selatan Solo. Harganya pun tak terlalu mahal: 265.000 untuk kamar standar (lilac) dan 397.500 untuk kamar eksklusif (jasmine), plus 150.000 untuk ekstrabed.
Oya, ini harga weekend dan peak season ya;, soalnya emang saya pergi di akhir pekan saat libur panjang. Dan kami bisa nego harga karena semua kamar kami pakai.
Ok lah, masuk kriteria.
Berasa Rumah Sendiri
Musafir Guest House ini terdiri dari dua bangunan yang menyatu. Bagian depannya berupa rumah bergaya kolonial yang kece banget. Hehehe…ini jugalah yang menjadi salah satu alasan saya memilih tempat ini, maklum saya doyan banget rumah-rumah lama bergaya Belanda begini. Sementara bagian belakang dan sampingnya ditambahi dengan bangunan baru dua tingkat.
Begitu masuk bangunan depan, kami langsung senang. Interiornya homey banget! Di tengah ruang depan ada karpet bundar dan lampu chandelier. Di lorong juga ada karpet merah. Semua furniturnya dari kayu.
Hmm… lumayan buat selfie nih!
Karena bentuknya rumah, Musafir Guest House dilengkapi dengan fasilitas layaknya rumah. Selain ada dapur di bagian belakang, di depan juga ada teras. Teras ini jadi tempat favorit Mama, Om dan tante-tante saya kalau ngobrol pagi-pagi. Di tengah-tengah ada ruang makan yang jadi tempat favorit kami untuk ngemil sambil ngobrol hingga larut malam.
Sementara, tempat favorit bocah-bocah adalah ruang tamu karena ada congklak di sana. Dan pastinya halaman depan karena mereka bisa lari-lari! Apalagi karena kami menggunakan bus, parkiran jadi kosong. Bebas lah mereka…
Berasa rumah sendiri, ya? Untungnya semua kamar terisi oleh keluarga kami sehingga tak perlu khawatir yang lain terganggu dengan kami.
Dua Tipe Kamar
Ada dua jenis kamar yang ada di sini. Di bangunan bagian depan ada 4 kamar eksklusif (tipe Jasmine) yang ukurannya lumayan besar. Kasurnya juga besar, ukuran king sepertinya.
Kamar mandinya dilengkapi dengan bathub dan taman. Sayangnya saya mandinya malam-malam, jadi ga berani buka gorden. 😀
Di bagian belakang ada banyak kamar standar (tipe lilac) yang ukurannya lebih kecil. Ukurannya pas untuk 2 orang sebenarnya, tapi beberapa kamar bisa ditambahi satu extrabed. Tapi risikonya, kalau ditambah extrabed, jadi susah untuk solat di dalam kamar. Beberapa orang akhirnya solat di masjid di dekat penginapan.
Selain itu, kekurangannya ada di kamar mandi. Di kamar saya, toiletrisnya nggak ada, hanya ada sabun cuci tangan saja. Untungnya saya selalu bawa toiletris sendiri dari rumah, jadi nggak terlalu masalah buat saya. Kekurangan kedua adalah: shower-nya tak punya keran di bawahnya, jadi kalau mau wudhu saya harus angkat kaki ke westafel.
Dekat dengan Banyak Makanan
Satu hal lagi yang jadi pertimbangan saya memilih guest house ini adalah: lokasinya dekat dengan Alun-Alun Selatan sehingga keponakan-keponakan kecil saya bisa main ke sana. Selain itu, dia dekat pula dengan banyak restoran, salah satunya Soto Gading 1 yang jadi favoritnya Pak Jokowi.
Persis di samping guest house juga ada resto kecil yang menjual nasi kari dan nasi liwet. Sayang, saya nggak sempat mencobanya.
Oya, harga yang tadi saya cantumkan di atas belum termasuk sarapan pagi ya. Saya sengaja nggak memesan makan pagi supaya bisa kulineran pagi-pagi.
Overall, saya puas tinggal di sini. Sepertinya kalau ke Solo lagi, saya bakal menginap di sini lagi.
****
2 Comments
Lita Chan Lai
Rumahnya luas sekali ya….halamannya juga luas. Kalau bawa keluarga besar cocok nih di sini.
Kalau satu rumah sewanya berapa ya?
rahma ahmad
tergantung nego hehehe…dikasih diskon kok kalau banyakan semuanya. Aku ber-38 orang, ambil 14 kamar, jadi dapet harga spesial.