Cara Lain Menikmati Ho Chi Minh

Cathedral Ho Chi Minh yang sedang direnovasi

Ho Chi Minh punya banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi. Kota terbesar kedua di Vietnam ini menawarkan banyak hal, mulai dari suasana kota, kultur Indochina yang masih terasa, hingga bangunan peninggalan Prancis dan Komunis Vietnam yang masih terjaga dengan baik.

Karena ini kali kedua saya mengunjungi kota terbesar kedua di Vietnam ini, saya tak terlampau ngoyo mendatangi tempat-tempat wisata itu. Saya mencari cara lain untuk menikmati Ho Chi Minh, mulai dari seliweran naik bus umum, berbaur dengan masyarakat di taman, mencoba naik ojek online, cafe hoping, hingga naik bus Hop Naik Hop On Hop Off menjelang matahari terbenam.

Naik Hop On Hop Off Menjelang Matahari Terbenam

Ho Chi Minh ternyata punya bus tingkat Hop On Hop Off ala Eropa. Jadi kita bisa berkeliling Ho Chi Minh tanpa bingung mencari transportasi sana-sini, cocok buat kaum yang inginnya langsung sampai di destinasi tapi tak mau merogoh kocek lebih dalam untuk ikut tur.

Saya sebenarnya bukan tipe yang suka ikutan mobil Hop On Hop Off macam begini. Saya lebih suka berjalan kaki ke mana-mana atau naik kendaraan umum supaya lebih merasakan kehidupan masyarakat lokal. Tapi berhubung cuaca di Ho Chi Minh amatlah panas, saya akhirnya mengambil opsi ini. Hitung-hitung sambil coba sesuatu yang baru.

Ada beberapa jenis tiket bus yang bisa dipilih. Ada tiket day tour pass 24 jam dan tiket pass 4 jam yang bisa digunakan dari jam 9 pagi hingga 4 sore. Ada pula night tour mulai mulai jam 4 sore, dengan lama perjalanan hanya 30 menit.

Untuk day tour pass yang 24 jam dan 4 jam, penumpang bisa naik turun semaunya selama masih dalam rentang waktu yang ditentukan. Sementara untuk yang 30 menit, penumpang hanya duduk manis sambil melihat pemandangan kota Ho Chi Minh dari bus double decker beratap terbuka.

Saya tentu saja memilih tiket pass 30 menit karena harganya paling murah, hanya 145.000 Dong alias 93.000 rupiah. Selain itu, mengitari Ho Chi Minh di sore hingga malam hari lebih menyenangkan; saya tak perlu terterpa udara panas Ho Chi Minh yang bisa membuat wajah saya (yang sudah hitam) tambah menggosong sempurna.

Bus ini berangkat dari Opera House dan mengitari banyak tempat, mulai dari tengah kota hingga ke pinggiran kota dan tepian Sungai Mekong. Walaupun sebentar, cukup banyak juga yang bisa dilihat.

Asyik juga ternyata.

Selain kaki tak capek, saya bisa melihat suasana Ho Chi Minh dari atas; bisa lihat gerombolan sepeda motor menunggu lampu merah, orang-orang yang duduk di pinggir jalan, atau para pekerja yang berpakaian rapi yang baru keluar dari kantornya. Plus bangunan-bangunan indah di sepanjang jalan. Apalagi saat matahari terbenam dan bus melewati jembatan yang dibangun di atas Sungai Mekong. Magic!!

Pemandangan senja di HCM, terlukis saat saya menaiki HOHO Bus

Tiket Hop Hon Hop Off bisa dibeli langsung di konter bus di depan HCM Opera House. Tapi agar lebih murah, saya beli di Klook. Lumayan, bisa beda 10 ribu rupiah…

Oya, saya pilih bayarnya dengan Kartu Debit Jenius Visa Contactless, karena walaupun ini kartu debit, dia bisa digunakan untuk transaksi online seperti halnya kartu kredit.

Menikmati Cafe Ala Vietnam

Sebagai salah satu negara penghasil biji kopi terbaik di dunia, Vietnam dikenal dengan kafe-kafenya, termasuk di Ho Chi Minh. Walaupun tidak sebanyak Hanoi dan Hoi An, cukup banyak kafe bertebaran di kota ini. Ada Trung Nguyen Cafe yang sudah melegenda dari dulu kala, ada Phuc Long yang juga terkenal dengan tehnya, ada Little Hanoi Egg Coffee yang tekenal karena kopi telurnya.

Yang paling dekat dengan penginapan saya (plus harganya terjangkau) adalah Highlands Coffee. Kedai kopi kekinian ini semacam Kopi Kenangan atau Janji Jiwa ala Vietnam, yang cabangnya tersebar di seantero Vietnam. Saya pertama kali minum di kafe ini saat menunggu kereta di Stasiun Hanoi dua tahun lalu. Sejak saat itu, jika kembali ke Vietnam, saya sempatkan untuk datang ke sini.

Cafe tradisional
Cafe Kekinian

Karena bukan penggemar kopi, saya hanya menikmati teh dan es coklat. Harganya mulai dari 45.000 VND atau sekitar 35 ribu rupiah. Setiap kali datang, tempat ini penuh dengan warga lokal yang bercengkrama. Uniknya, banyak lho pengunjung yang membawa cemilan keripik sendiri dan tak ada petugas yang melarang. Banyak juga pengunjung yang membawa laptop, menjadikan kafe sebagai tempat WFC alias Work From Cafe!

Rata-rata kafe di sini sudah menerima pembayaran kartu, jadi saya pakai Kartu Debit Jenius Visa Contactless.

Berbeda dengan di Indonesia, pembayaran cashless di sini tidak menggunakan PIN dan tanda tangan. Jadi agar aman, saya langsung set limit transaksi di aplikasi Jenius maksimal 1 juta per hari dan limit pengambilan ATM juga 1 juta per hari. Nanti kalau sudah sampai Indonesia, saya kembalikan lagi limitnya seperti semula. Cara mengatur limitnya, saya tulis di bawah ya

Naik Bus dan Ojek Online

Lagi-lagi karena udara yang panas, saya yang sebenarnya lebih suka berjalan kaki, akhirnya memilih memadukan perjalanan saya dengan naik bus umum atau naik ojek online.

Bus umum di Ho Chi Minh tak sebaik di Jakarta. Busnya masih kuno, namun tertib dan bersih. Harganya murah meriah, hanya 5.000 VND (Rp 3.500) sekali jalan. Itu sebabnya bus ini jadi pilihan saya kalau tujuan yang saya incar cukup jauh.

Saya naik bus umum ini beberapa kali, dan rasanya memang cuma saya turis yang naik ini, pakai jilbab pula. Alhasil, semua orang termasuk kondektur dan supir berusaha membantu saya menemukan tempat di mana saya mesti turun. Padahal saya, mah, tenang saja karena sudah berbekal peta dari Google Map.

Sementara, naik ojek online rasanya tak jauh berbeda dengan naik ojek di Jakarta; kebut dan salip-salipan di antara kendaraan lainnya sehingga saya mesti berpegangan erat ke belakang supaya tidak terpental. Agak berbeda dengan di Jakarta, kebanyakan motor ojek online di Vietnam lebih butut ketimbang motor di Jakarta sehingga seringkali saya merasa khawatir motornya mogok di tengah jalan. Ditambah lagi, helmnya hanya helm catok yang sudah dilarang penggunaannya di Indonesia.

Rata-rata driver memang tak bisa berbahasa Inggris. Itulah uniknya, karena seringkali si driver berupaya menjelaskan tentang suatu hal tapi saya cuma bisa bilang, “whaat?”. Tapi Jangan khawatir soal kendala bahasa ini karena ada fitur foto di chat. Saya tinggal foto aja wajah saya di depan bangunan tempat saya berdiri, pasti ketemu.

Ada dua ojek daring yang bisa kalian pakai di sini, yakni Gojek dan Grab. Dua-duanya cukup pakai aplikasi bawaan dari Indonesia, tak perlu install aplikasi baru.

Pembayarannya bisa cash, bisa juga cashless dengan menggunakan kartu kredit atau debit dari bank Indonesia. Saya pastinya pilih cashless supaya praktis dan nggak ribet mencari uang kecil untuk membayarnya. Dari Indonesia, saya sudah masukkan nomer Kartu Debit Jenius Visa Contactless sebagai default pembayaran saya. Sampai di Vietnam, tinggal pakai deh!

TIP #Jalan2Jenius: Mengambil Uang di Vietnam

Tak perlu menukar uang dari Indonesia, karena memang sulit menemukan mata uang Dong di Indonesia. Cara terbaik adalah dengan mengambil uang di ATM sesampainya di bandara. Saya menggunakan Kartu Debit Jenius Visa Contactless untuk mengambil uang di dua ATM yang berbeda, yakni Agribank dan BIVD Bank.

Ada dua biaya tambahan jika kita mengambil uang di ATM. Pertama adalah biaya dari bank Vietnam, tempat ATMnya kita gunakan. Agribank mengambil fee lebih murah, yakni 20.000 VND, sementara BIVD mengambil fee 30.000 VND. Kedua adalah biaya dari bank di Indonesia. Jenius misalnya, men-charge sejumlah 25.000 rupiah setiap penarikan.

Untuk kursnya, 500.000 Dong jika dirupiahkan sekitar 335.975 ribu rupiah. Lumayan bersaing dibanding kurs di bank lainnya, yang juga sempat saya coba. Dan enaknya sejak pakai jenius ini, saya bisa langsung melihat transaksinya (yang sudah dalam bentuk rupiah) sehingga saya bisa langsung mengira-ngira berapa kurs dan berapa rupiah yang telah saya habiskan.

TIP #Jalan2Jenius: Ambil ATM atau Bayar Cashless? Jangan Lupa Amankan Limit

Di banyak tempat belanja, kafe, dan restoran, kita bisa berbelanja dengan menggunakan kartu debit dan kartu kredit. Tapi…..seperti yang tadi saya tulis di atas, pembayaran cashless di sini tidak menggunakan PIN dan tanda tangan. Jadi agar hati tenang dan aman, saya langsung set limit transaksi di aplikasi Jenius maksimal 1 juta per hari dan limit pengambilan ATM juga 1 juta per hari. Nanti kalau sudah sampai Indonesia, saya kembalikan lagi limitnya seperti semula.

Cara mengatur limitnya, ada di Fitur Card yang ada di kanan bawah. Lalu setelah itu klik details. Akan ada limit di bagian bawah yang bisa diedit dan diatur semau kita. Kalau akan pakai banyak, tinggal naikkan lagi. Nggak sampai semenit, limit akan berubah. Enak, kan?

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jenius dan mendapatkan juara ke-2

2 Comments

  • Fanny_dcatqueen

    Baru tahu ih ada bus HOHO sekarang di Hcmc . Aku kesana dulu 2011, kayaknya belum ada deh . Memang berguna sih bus hoho ini, trutama kalo waktu mepet tp yg mau diliat banyak. Jd supaya ga buang waktu mending naik bus begini.

    Tahun depan nih suami pengen ajakin ke Sa Pa, tp pastinya lewat Hcmc. Moga ntr bisa ngulangin tempat2 yg dulu kami datangin zaman honeymoon .

    Aku juga pakai kartu yg hanya tinggal tap begini saat traveling mba. Tp bukan dari jenius sih, dari bank lain. Yg penting mah rate nya memang msh kompetitif dibanding money changer Dan tidak ada biaya bulanan atau biaya apapun. Aku suka yg begitu soalnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!