Panduan ke Sapa: Pengalaman Naik Kereta Dari Sapa ke Hanoi
Ketika memutuskan akan ke Vietnam, saya meminta satu hal yang tak boleh diganggu-gugat. Saya mau naik overnight sleeeper train!
***
Sebagai pecinta kereta, saya tak mau melewatkan pengalaman naik kereta malam di Vietnam, apalagi Vietnam termasuk salah satu negara yang punya sleeper train berbentuk kompartemen yang tak akan saya temui di Indonesia.
Kami dua kali menggunakan sleeper train. Yang pertama dari Sapa ke Hanoi dan yang kedua dari Nin Binh ke Danang. Dua-duanya akan saya ceritakan di sini.
Kereta dari Sapa ke Hanoi
Sayangnya, tidak ada kereta langsung dari SaPa ke Hanoi. Kami harus ke stasiun Lo Cai di Loi An, sekitar satu jam dari kota Sapa. Kami mesti merogoh kocek sekitar 50.000 VND untuk menyewa sebuah mobil Avanza untuk menuju ke sana, karena memang tak ada angkutan umum.
Jarak satu jam sebenarnya tak terlampau jauh, namun masalahnya adalah: medannya berliku-liku.!! Mirip dengan kelok 44 di Sumatera Barat. Atau Alas Roban di Jawa Tengah. Alhasil, dua kawan saya tidak bertahan; salah satunya malah mesti memuntahkan isi perutnya di tengah jalan.
Bye-bye sudah kopi vietnam dan segala macam makanan yang dibeli di cafe indah di Sapa.
Beli Bekal Sambil Ngobrol Bahasa Vietnam
Setelah sekali berhenti di tengah jalan, akhirnya kami sampai di stasiun Lo Cai, stasiun terdekat dari Sapa. Stasiun yang terdiri atas bangunan dua lantai, berwarna krem dengan bentuk kaku khas negara Komunis. Di dalamnya hanya ada satu loket karcis, satu loket penjaga, dan satu konter makanan yang tak buka. Sisanya pintu-pintu berwarna krem yang terututup rapat; yang membuat saya jadi teringat dengan Puskesmas kecil di dekat rumah.
Untunglah sebelum berangkat kami telah membeli bekal di supermarket di Sapa. Plus segelas teh hangat untuk Endah yang saya beli di warung sebelah stasiun; warung kecil milik sepasang manula Vietnam yang terus menerus mengajak kami ngobrol dalam bahasa Vietnam. Saya ladeni pastinya…. dengan bahasa Indonesia saja karena toh mereka juga tak bisa bahasa Inggris.
Mungkin orang yang melihat dari kejauhan akan berpikir kalau kami segitu jagonya bahasa Vietnam, karena si nenek sepanjang mengobrol tertawa terbahak-bahak. Entah karena apa.
Begini Rupanya Kompartemen Kami
Kereta menuju Hanoi berangkat pukul 21.30, namun kereta sudah datang pukul 21.15. Dengan semangat ’45 saya mendorong koper ke kereta, tak sabar melihat kompartemen yang akan kami tempati. Apakah akan seperti kompartemen di Darjeeling yang penuh cerita, kereta Trans Siberia yang saya idamkan tapi gagal saya naiki, atau malah mirip kereta di Uzbekistan yang membuat saya terjebak bersama kakek-kakek tua?
Baca Juga: India Trip: Begini Ternyata Kereta India!
Sambil menuju gerbong kami (yang ternyata di paling ujung), saya mengintip ke dalam gerbong lainnya, penasaran dengan isinya. Di gerbong pertama, terlihat kompartemen dengan gaya oriental yang didominasi warna merah. Ada dua bed di sana dan meja kecil di antaranya. Di atas meja tersaji beragam snack, makanan, dan minuman.
Hmm…sudah pasti ini bukan gerbong kami. Ini terlalu mewah, sementara saya membeli tiket dengan harga yang paling murah, hanya 374.250 VND atau sekitar 280 ribu rupiah.
Setelah melalui serangkaian gerbong, akhirnya kami sampai di gerbong kami. Toa/Coach: 12 Chá»—/Seat: 25. Nomer coach ada di pintu kereta sementara no seat ada di pintu kompartemen.
Kami segera membuka pintu, berharap setidaknya menemukan makanan di atas meja. Ternyata, kompartemen kami polos saja, hanya ada 4 ranjang bersusun. Tak ada hiasan apalagi makanan. Namun setidaknya ini sangat bersih dan AC-nya berfungsi dengan baik.
Masing-masing bed juga dilengkapi dengan lampu tidur, seprei yang bersih, selimut, dan bantal yang akhirnya tak saya gunakan karena terlalu tinggi dan keras untuk leher saya.
Ternyata, Jalurnya Bikin Mual!
Perjalanan kereta dari Sapa ke Hanoi memakan waktu kurang lebih selama 8 jam, sehingga saya berharap bisa tidur sangat pulas agar punya tenaga untuk berkeliling Hanoi esok paginya. Tapi nyatanya, tidak. Jalur kereta yang berliku-liku membuat saya terbanting-banting beberapa kali. Bahkan air minum di atas meja mesti disingkirkan agar tak jatuh ke bawah.
Ya, baru saya sadari, Sapa menuju Hanoi ini memang melintasi pegunungan sehingga jalur keretanya pun berliku. Pantas saja beberapa traveler asing yang saya temui enggan naik kereta ini dan lebih memilih naik bus.
Saya akhirnya dapat memejamkan mata setelah menegak sebutir obat flu. Lumayan. Saya baru terbangun di pagi hari karena ada suara lagu mars ala Vietnam yang sangat keras, yang keluar dari speaker di lorong kereta. Entah itu lagu apa, saya menduga itu lagu kebangsaan Vietnam, namun cukup bisa membangunkan seisi kereta.
Saya segera keluar menuju westafel untuk mencuci muka, menggosok gigi, dan membuat sereal. Seperti halnya kereta di China, kereta Vietnam ini dilengkapi dengan air panas sehingga saya bisa membuat teh atau memasak mie gelas.
Di tengah lorong, saya bertemu pramuniaga yang mendorong kereta makanan yang di atasnya ada makanan seperti bubur dan minuman. Ia menawarkan saya teh dan saya suruh ia langsung ke kompartemen saja. Saya pikir, ini bagian dari pelayanan: teh gratis di pagi hari.
Ternyata oh ternyata…. teh ini berbayar; kami ditagih 200 VND untuk 4 gelas teh pahit. Ya, teh pahit yang tak enak rasanya. Mending bikin sendiri, deh.
***
Next: Hampir 13 jam kami berada dalam kereta dari Nin Binh Menuju DaNang. Dari tertidur pulas, terbangun tengah malam karena bunyi berdecit di bed atas, mati gaya, hingga melihat pemandangan menakjubkan di tepi rel. Baca Pengalaman Naik Kereta Sleeper Train di Vietnam (Part 2)
8 Comments
Pingback:
Pingback:
Endah Kurnia Wirawati
Dohhh kurang menikmati akibat mabok kopi plus jalur yang ternyata zigzag tiada akhir.. Hiks…
kuy lah balik ke Vietnam lagi kita. Belum naik sleeper bus kan.. hahaha..
rahma ahmad
cuss ke sana lagi yuk taun depan
Pingback:
Pingback:
Andini
Pengalaman seru naik sleeper train Vietnam. Alhamdulillah 1 tujuan traveling udah check list yaa kan hihi. Pengen lagi 😀
rahma ahmad
Semoga Airasia ke HCM nanti ada diskon muraah