Meminta Allah Memanggil ke Baitullah

Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. (Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu)

Dari kalimat talbiyah yang diucapkan saat pergi Haji atau Umrah ini terlihat, bahwa haji itu adalah panggilan. Namun kita harus punya usaha agar segera “dipanggil” Allah menuju rumah-Nya. Menabung di Tabungan Haji salah satunya.

***

Akhir-akhir ini saya sering mendapat cerita soal haji. Contohnya Mpok Ameh, tetangga depan rumah saya yang sudah dua kali gagal berangkat haji padahal sudah membayar lebih dari seratus juta untuk haji furoda. Entah akhirnya uangnya dikembalikan atau tidak, yang jelas kini minatnya untuk mendaftar haji pupus begitu saja.

Saya juga dapat cerita sebaliknya dari Isna, kawan saya, soal Ayahnya yang tiba-tiba bisa berangkat haji. Ayahnya, yang seharusnya berangkat sebelas tahun lagi, tiba-tiba bisa berangkat dua tahun setelah mendaftar karena menggantikan kerabatnya yang meninggal.

Ada lagi cerita soal guru tahfidz di Jakarta yang punya keinginan kuat untuk berangkat ke Baitullah. Sebagai seorang guru dengan gaji tak seberapa, ia sadar ia tak punya cukup kemampuan ekonomi untuk ke sana. Namun ia tetap punya keyakinan. Setiap berangkat mengajar, ia berhenti di seberang papan reklame yang berisi gambar Kabah, mendaraskan doa dengan khidmat supaya bisa melihat Kabah betulan. Bertahun-tahun ia lakukan ini sampai suatu hari, ia mendapat tawaran berangkat haji dari orang tua muridnya.

Dari cerita-cerita inilah saya sadar bahwa haji itu panggilan dari Allah. Jika belum ada panggilan, tak akan berhasil pergi. Walaupun uangnya berlimpah dan punya kesempatan besar, jika tidak dipanggil tak akan tergerak untuk berhaji. Walaupun dana yang tersedia pas-pasan tapi niatnya sangat kuat, jika Allah memanggil, ia bisa berangkat cara yang tak terduga.

Tabungan Haji

Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu, tapi memampukan orang-orang yang terpanggil.

Jadi Daftar Haji Karena Sebuah Buku

Walaupun haji itu panggilan, bukan berarti kita harus diam saja menunggu “dipanggil”. Allah akan mengutamakan memanggil orang yang berikhtiar.

Salah satu bentuk ikhtiar adalah dengan mendaftar haji. Tapi banyak yang masih menunda mendaftar ini, salah satunya saya. Saat itu saya merasa masih terlalu muda untuk berhaji. Haji itu nanti saja kalau sudah tua, begitu mitos yang ada di otak saya.

Namun, di awal tahun 2013, saya menemukan sebuah buku yang saya lupa judulnya. Buku ini menceritakan soal tekad kuat pasangan berumur 22 tahun yang ingin pergi haji di waktu muda. Alasan mereka simpel: agar fisik masih kuat dan di sana bisa membantu orang yang lebih tua. Mereka terus berjuang mengumpulkan pundi-pundi hingga akhirnya bisa pergi haji di usia 25 tahun.

Buku ini menampar saya. Telak.

Saya yang tadinya menunda untuk mendaftar haji langsung sadar. Kalau saya tidak segera mendaftar haji saat itu, dengan kondisi antrean haji di Indonesia, bisa-bisa saya baru berangkat haji di usia tua. Di saat kondisi fisik sudah tak lagi paripurna.

Ya, anteran haji di Indonesia memang luar biasa. Sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak yang memberangkatkan jamaahnya, anteran haji di Indonesia bisa mencapai belasan bahkan puluhan tahun. Saat saya mendaftar di 2013, anteran haji di Jakarta sekitar 10-11 tahun. Kini, di Jakarta, antreannya sudah mencapai 28 tahun. Sementara di Bantaeng, Sulawesi Selatan, anteran haji bahkan mencapai 47 tahun. Wow!

Waktu tunggu haji di Indonesia
Lama waktu tunggu di beberapa provinsi dan kota/kabupaten di Indonesia

Mengapa Harus Haji di Usia Muda?

Alasan utama, ibadah haji menuntut kekuatan fisik. Rangkaian aktivitas ibadah haji cukup padat dan melelahkan. Tawaf 7 putaran mengelilingi kabah, masuk raudhah, atau sa’i, semuanya menuntut fisik yang prima.

Belum lagi jarak penginapan yang jauh dengan tempat ibadah membuat jamaah haji harus berjalan. Contohnya saat prosesi lempar jumrah. Jamaah harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh dari dari tenda penginapan di Mina menuju Jamarat, tempat melempar jumrah.

Dilansir dari https://jateng.nu.or.id/, pada pelaksanaan haji tahun 1443 H/2022 M, jamaah haji harus berjalan kaki sepanjang 4,5km sekali jalan. Jika ditotal, selama melempar jumrah, mereka bisa berjalan 27-40km.

Ditambah lagi, cuaca di Tanah Suci yang kering dan panas—atau malah dingin sekali—serta banyaknya orang dari negara lain, berpotensi menyebabkan penyakit.

Selain itu, seperti alasan pasangan muda di buku yang saya baca tadi, berhaji pada usia muda tak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga para jemaah lainnya. Selain kaitannya dengan fisik, kemampuan kaum muda menggunakan teknologi, berkomunikasi, dan memahami lokasi bisa menolong jamaah lain yang lebih tua yang kesulitan menemukan rombongan atau lokasi penginapannya.

ibadah tawaf (atas) dan Sa’i (bawah) yang membutuhkan fisik prima. Sumber: canva.com/ esqtours.com

Menabung, Langkah Awal untuk Berhaji

Ketika saya sampaikan hal di atas ke semua orang, saya menemukan fakta bahwa ternyata sebenarnya banyak yang ingin berhaji pada usia muda namun terkendala soal dana. Saat ini, untuk mendapatkan nomor porsi, calon jamaah harus menyediakan dana sekitar 25 juta rupiah. Lumayan banyak.

Bagaimana solusinya? Jawabnya simpel namun susah dilakukan: Menabung.

Banyak godaan yang menghadang untuk konsisten menabung. Kalaupun akhirnya bisa menabung, seringkali tabungan tersebut digunakan untuk keperluan ini-itu yang tidak menjadi prioritas. Apalagi kini, transaksi digital makin gampang dan marketplace makin menjamur, sehingga godaan untuk menggunakan uang tabungan makin besar.

Nah, solusi yang tepat untuk menabung dana haji adalah dengan menabung di Tabungan Haji. Apa itu Tabungan Haji? Apa bedanya dengan tabungan biasa?

Sesuai namanya, tabungan ini memang diperuntukan untuk haji. Jadi dana yang masuk tidak bisa diambil, kecuali untuk setoran awal porsi haji dan setoran pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Dengan begini, tidak risiko dana terpakai untuk keperluan lainnya.

Tabungan Haji Mega Syariah

Salah satu bank yang menyediakan opsi tabungan haji adalah Bank Mega Syariah. Di Bank Mega Syariah, tabungan haji dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah Mutlaqah. Akad ini berarti nasabah sebagai pemilik dana bersedia memberikan dana (melalui setoran tunai) ke Bank Mega Syariah (sebagai pengelola dana) dan akan mendapatkan nisbah/bagi hasil dari pengelolaan dana itu.

Ya, walaupun ini tabungan haji, nasabah bisa mendapatkan nisbah bagi hasil. Di Tabungan Haji Mega Syariah, nasabah bisa mendapatkan nisbah bagi hasil senilai 0.1% untuk nasabah dan 99.9% untuk bank. Persentase nisbah bagi hasil yang akan diterima nasabah mengikuti profit distribution bank setiap bulannya.

Jangan khawatir, pengelolaan dana di Bank Mega Syariah ini mengikuti ketentuan bahwa dana harus ditempatkan pada sektor yang tidak dilarang syariah Islam dan terjamin kehalalannya.

Sistem tabungan haji Mega Syariah juga sudah terhubung secara online melalui SISKOHAT (Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu) Kementerian Agama Republik Indonesia. Jadi kalau tabungan kita sudah mencapai 25 juta rupiah (ditambah 100 ribu untuk minimal saldo), data kita akan di-input oleh bank melalui SISKOHAT dan kita bisa melakukan pendaftaran haji di Kantor Kemenag sesuai alamat KTP.

Keunggulan lain Tabungan Haji Mega Syariah adalah:

  • Setoran awal ringan, hanya 100 ribu rupiah untuk tabungan haji dewasa, dan 50 ribu rupiah untuk tabungan haji anak.
  • Fleksibel dalam menentukan setoran selanjutnya sehingga tidak memberatkan nasabah.
  • Gratis biaya administrasi tiap bulan.
  • Mendapat bukti kepemilikan passbook (buku tabungan) tanpa ATM.
  • Gratis biaya penutupan rekening jika dilakukan minimal 6 bulan setelah keberangkatan haji.
  • Jika terjadi pembatalan haji, misalnya karena nasabah meninggal dunia, ahli waris dapat melakukan pengembalian dana pembatalan porsi haji, sesuai dengan ketentuan Kementerian Agama Republik Indonesia.
Tabungan Haji Mega Syariah

Cara Menabung di Tabungan Haji Mega Syariah

Syarat membuka tabungan haji ini mudah. Kita cukup melampirkan KTP/SIM, lalu mengisi dan menandatangani formulir. Jika tabungan dibuka untuk anak-anak, dibutuhkan juga Kartu Keluarga, KTP orang tua, dan akta kelahiran.

Ya, mengingat saat ini antrean sangat panjang, jika sudah punya anak dan ada dana, ada baiknya anak kita juga dibuatkan tabungan haji.

Membuka Tabungan Haji Mega Syariah ini bisa di mana saja, di cabang terdekat dengan tempat tinggal. Namun nantinya, pendaftaran lewat SISKOHAT harus mengikuti domisili yang tertera di KTP kita.

Agar Dipanggil, Segera lah Pasang Target

Berapa banyak harus ditabung dalam sebulan? Sesuaikan dengan kemampuan, tapi jangan lupa pasang target. Ya, pasang target berapa lama kita ingin dana terkumpul. Misalnya, kita ingin dalam dua tahun sudah bisa mendapatkan nomer porsi haji, berarti kita harus menabung sekitar 1 juta rupiah per bulan.

Setelah pendaftaran setoran awal terkumpul dan mendapatkan nomor porsi keberangkatan, jangan berhenti menabung. Lanjutkan tabungan untuk mengumpulkan dana pelunasan haji karena dana pelunasan haji ini cukup besar juga.

Misalnya, nih, biaya haji ditetapkan sebesar Rp49 juta (saya menggunakan patokan biaya haji 2023). Estimasi masa tunggu, katakanlah, 10 tahun. Dengan demikian, menabunglah minimal Rp250 ribuan per bulannya.

Intinya, sih, konsisten lah dalam menabung dan jadikan niat beribadah sebagai motivasi utama agar menabung untuk haji terasa ringan. Dan jangan lupa berdoa minta kemudahan rezeki. Yang banyak sekalian!

Tip Saat Membuka Tabungan Haji

  • Pastikan membuka tabungan haji di bank yang terdaftar sebagai BPS BPIH dan telah terkoneksi dengan SISKOHAT.
  • Persiapkan segala persyaratan dan dokumen secara lengkap agar lebih mudah saat pendaftaran
  • Pelajari fitur tabungan, keuntungan, dan kemudahan yang ditawarkan tiap Tabungan Haji
  • Selain mengumpulkan biaya haji, jangan lupa juga buat menabung untuk segala kebutuhan pendukung ibadah, ya.

Yuk, kawan-kawan, kita mulai menabung di Tabungan Haji Mega Syariah. Kurangi nongkrong di kafe, kurangi jajan yang tidak perlu sehingga ada dana untuk menabung. Saya yakin, kalau kita sudah berikhtiar, akan ada jalan mudah menuju ke Tanah Suci.

Kalau Tidak Mulai Sekarang, Kapan Lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!