Pengalaman Menggunakan Java Mifi di Singapura, Malaysia, dan Vietnam
Awal bulan lalu, secara impulsif saya mengajak dua teman saya backpacking ke tiga negara Asia Tenggara: Singapura, Vietnam, dan Malaysia.
Kalau impulsif begini, biasanya saya tak terlalu menyiapkan itenerary detail. Semuanya, kecuali hotel dan angkutan antarkota, saya cari infonya on the spot alias ketika sampai di negara tujuan. Mulai dari destinasi yang mau dituju, makanan halal, hingga angkutan, dicari ketika sampai di sana.
Cara ini tentu aja ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya, trip saya lebih fleksibel; malah sangat-sangat fleksibel. Kekurangannya, ada info atau destinasi yang kadang-kadang miss, yang tidak sempat saya cari di sana.
Untungnya kali ini, kedua kawan saya punya tipe travelling yang sama sehingga mereka tak terlalu keberatan jika pergi tanpa itenerary detail.
Baca Juga: 17 Tip untuk Female Solo Traveler
Dibantu Internet Mifi
Satu hal yang membantu ketika backpackingan tanpa itenerary adalah internet. Ya, sekarang ini internet mudah sekali didapatkan di luar negeri.
Dulu, nih, di zaman awal saya travelling, internet hanya bersumber dari WiFi di hotel atau cafe, sehingga semua info dan itenerary mesti dipersiapkan ketika masih di Indonesia. Bahkan, waktu saya travelling ke China tahun 2008 lalu, saya menuliskan semua alamat dan destinasi dalam bahasa Mandarin!
Baca Juga: Backpacking Bareng Mama Ke China
Di trip terakhir saya selama sebulan ke Portugal dan Spanyol, saya menggunakan SIM Card lokal. Pertimbangannya, selain karena saya tinggal di sana dalam waktu cukup lama, saya butuh nomer lokal untuk menelpon penginapan yang akan saya inapi. Maklum, ada beberapa penginapan yang nggak punya Whatsapp.
Nah, pada trip kali ini, saya dan kawan-kawan memutuskan menggunakan JavaMifi. Ada dua alasan simpel mengapa kami memilih menggunakan JavaMifi. Pertama, karena kami (terutama saya) malas ganti-ganti SIM Card. Soalnya ini, kan, ini trip tiga negara. Agak repot kalau di setiap negara mesti buka-buka slot SIM Card.
Saat di di trip Spanyol sebelumnya, saya membeli SIM Card dan memasrahkan sang penjual memasangkan SIM itu di smartphone saya. Saya tak menyadari kalau SIM Card lokal itu diletakkan di slot 1, bukan di slot 2 seperti seharusnya.
Alhasil, internet banking saya tak bisa digunakan dan saya harus mengkonfirmasi ulang sesampainya di Indonesia. Untung saya masih punya simpanan di bank lain dan membawa kartu kredit sehingga tak menimbulkan masalah.
Kedua, tak ada yang bersedia mengorbankan hape-nya untuk jadi modem dan memberi tethering ke yang lain. Ini penting lho, karena saat ke Eropa kemaren, saya merelakan hape saya untuk jadi “modem”. Alhasil, hape saya jadi cepat panas dan baterenya pun cepat habis.
Cara Memesan Java Mifi
Saat saya memposting di IGS soal Java Mifi ini, banyak ternyata yang menanyakan cara memesannya. Gampang, kok.
Java Mifi ini bisa dipesan lewat agen, situs resminya, atau bisa langsung dibeli di booth JavaMifi di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dan Terminal 2 Bandara Juanda Suarabaya.
Kalau memesan lewat situs resminya, akan ada pilihan apakah modem tersebut mau dikirimkan ke alamat rumah atau diambil di booth yang ada di bandara. Saya tentu aja pilih ambil di booth karena saya takut lupa bawa kalau dikirim ke rumah. Maklum…faktor U.
Karena saya pergi ke tiga negara yang berbeda: Singapore, Malaysia, dan Vietnam, saya pilihnya Multi Countries (ada di bagian bawah pilihan). Di situ ada pilihan negara-negera seperti Middle East, Asia, sampai ke Worldwide alias seluruh dunia.
Setelah diklik, ada lagi 3 pilihan, yang harganya berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah kuota per harinya. Kalau cuma buat apload IGS, cari jalan, dan gogling informasi secukupnya, pilihan 1 G per hari (FUP) cukup, kok.
Setelah memilih, isi alamat (jika mau dikirim ke rumah) dan bayar. Kalau bayarnya pake cc atau debit, tak perlu deposit. Tapi kalau pilih pembayaran via transfer bank, mesti bayar deposit 500 ribu rupiah yang nanti akan dikembalikan setelah pemakaian selesai.
Langsung Aktif Begitu Sampai
Selain dapat modem, ternyata di paket Java Mifi juga ada universal adaptor. Jadi sebenarnya ga perlu bawa adaptor lagi. Lumayan kalau nggak punya adaptor, kan. Tapi berhubung kemaren saya ke negara yang nggak perlu adaptor karena plugnya sama dengan Indonesia, adaptor dari JavaMifi ini nggak kepake sama sekali.
Begitu sampai di negara tujuan, sinyalnya langsung aktif dan langsung bisa digunakan. Ketika saya pindah negara pun, tak perlu melakukan apapun. Langsung aktif dan bisa dipakai.
Selama saya gunakan, sinyalnya cukup kencang dan stabil. Hanya di beberapa tempat di pegunungan di SaPa, di perjalanan naik kereta, sinyalnya menghilang.
Di awal-awal saya di Vietnam sempat ada masalah, setiap 5 menit sinyalnya hilang dan modem harus sering di-restart untuk mendapatkan sinyal lagi. Namun setelah saya konsultasikan ke contact JavaMifi, dia memberikan langkah langkah gampang untuk memperbaikinya. Setelah itu tak ada kendala lagi. Lancar jaya….
Bagaimana dengan ketahanan baterainya? Di website, sih, diklaim tahan hingga 15 jam. Terus terang, saya tak tahu berapa lama baterai modem yang saya gunakan bertahan, karena setiap lihat colokan, kawan saya langsung men-charge-nya!
Bisa Dikembalikan ke Indomart
JavaMifi ini bisa dikembalikan langsung di booth di Bandara Soetta atau dikirim ke alamat kantornya melalui TIKI/JNE/J&T. Tapii… berhubung penerbangan saya dan kawan saya (yang membawa modem ini) nggak bareng dan saya malas jalan ke JNE, saya akhirnya memutuskan untuk mengembalikannya lewat garai Indomart dekat rumah.
Ya, JavaMifi bisa dikembalikan lewat Indomart. Caranya, tinggal bilang ke kasir dan sebut kode pesanan JavaMifi. Nanti dapat deh struk bukti pengembalian dan tinggal di-upload di situs JavaMifi. Gampang, kan?
4 Comments
Pingback:
Novroz
Makasih infonya, sangat berguna
Tiesa
Yeayyy, akhirnya diposting juga tutorial javamifinya. Makasi mbak Rahma…
Mau jalan lg nih, males gonta ganti sim card lokal spt biasanya. Roaming pun mahal kan..
Aku mau order javamifi aja
rahma ahmad
Siaaap….biar bisa apdet jg di IG kaan