Restoran dan Makanan Halal di Jepang
Kali pertama berkunjung ke Jepang, saya sulit menemukan restoran dengan makanan halal di Jepang.
Alhasil, saya dulu cuma mengandalkan onigiri berisi telur atau onigiri kosong dengan campuran kacang merah, plus susu, plus lauk pauk yang saya bawa dari rumah.
Kini, enam tahun kemudian, menemukan restoran halal di Jepang tidaklah sulit. Jepang memang mulai serius melirik dan menggarap pangsa pasar muslim, sehingga restoran halal mulai bermunculan terutama di kota-kota besar seperti Kyoto, dan Tokyo.
Ini dia hasil perburuan restoran halal di kota Kyoto, Tokyo, Kanazawa dan Kawaguchiko.
Restoran Halal di Kyoto
Ada 3 restoran halal yang berhasil saya temukan di Kyoto.
1. Restoran Ayam-Ya.
Lokasinya sekitar 600m dari stasiun Kyoto. Restoran ini menyediakan menu khas Jepang seperti Ramen dan Nasi Ayam Karage. Harganya sekitar 680-800 Yen per mangkuk.
Kami memesan Spicy Miso Ramen, Ramen Soy Sauce, dan Nasi Karage. Menurut saya, yang juara adalah Spicy Ramennya. Rasanya cukup enak, potongan ayamnya banyak, cuma kurang pedas.
Wkwk, dibandingin dengan ramen di Indonesia pasti jauh sih pedesnya. Kalau mau lebih pedas, sebenarnya bisa tambah extra chili, tapi mesti bayar lagi siih…
Yang perlu diingat, tempat ini nggak sepanjang hari dibuka. Mereka tutup di hari Minggu dan National Holiday. Mereka hanya buka pada pukul 11-15.00 siang (last order setengah jam sebelumnya), lalu jam 18.00-22.00.
Awalnya saya tak tahu ini, saya datang jam 14.33. Untung sang pelayan yang berasal dari Sunda masih mau menerima order saya, mungkin karena muka saya melas banget kali ya..
Ayam-Ya ini punya satu cabang lagi, letaknya di Karasuma (dekat Shijo Karasuma Station). Beda dengan yang yang dekat Stasiun Kyoto, restoran yang di sini nyaris tak terlihat.
Letaknya di gang kecil, dan menyatu dengan restoran bernama Miki (kalau saya tak salah ingat ya). Saya mesti bolak-balik 3 kali, dan baru menemukan restoran ini…..yang ternyata tutup! Nasiiib…
PS: Ayam-Ya Kyoto Station ini punya musala dan toilet yang cukup bersih.
Baca juga: Dimsum Halal di Hongkong
2. Narita Restoran
Restoran ini amat terkenal di Kyoto. Letaknya di daerah Gion, dan kalau gugling di GPS pasti langsung ketemu. Ada dua restoran halal yang bersebelahan, yakni Naritaya Yakiniku Halal Restaurant dan Naritaya Ramen Halal Restaurant.
Saya menskip Yakiniku Restoran karena harganya cukup mahal (mulai dari 1.200 Yen). Saya lebih memilih makan ramen saja.
Dibanding Ayam-Ya, harga di sini lebih mahal. Jika tak salah ingat (saya lupa mencatatnya), harganya sekitar 700-1000 Yen. Saya kali ini memilih soy-sauce ramen karena yang spicy harganya 900 Yen.
Untuk rasa, saya lebih suka Ayam-Ya. Karena ya mungkin ini ga ada pedes-pedesnya sama sekali kali ya…
PS: Naritaya juga menyediakan musala kecil. Namun tidak terlalu bersih (agak lembap). Begitu juga dengan toiletnya, yang cukup sempit dan tak terlalu bersih.
3. Ramen Factory Tofokuji
Saya tak sengaja sebenarnya ke sini. Awalnya, ketika saya berada di Fushimi Inari, ada seorang mahasiswa magang asal Indonesia yang mengajak ngobrol.
Dia kebetulan bekerja di salah satu restoran ramen yang baru buka, yang letaknya sekitar 50m dari Tofokuji Station, satu stasiun sebelum Inari Station (dari arah Kyoto).
Sebenarnya, tempat ini tidak tepat disebut restoran, karena tidak menjual makanan seperti restoran umumnya. Konsep yang mereka gadang-gadangkan adalah ramen factory, alias tempat belajar membuat ramen sendiri. Setelah ramen dibuat, hasil bisa dimakan sendiri.
Walaupun belum berlabel halal, mereka mengusung konsep halal dan menargetkan konsumen muslim. Daging dan segala hal yang dipakai di sini sudah halal, namun katanya, baru 3 bulan lagi label halalnya keluar.
Saya percaya saja, karena umumnya orang Jepang tidak akan berbohong soal begini.
Membuat ramen ternyata tak segampang yang saya kira. Tahapannya cukup panjang, mulai dari mengikat ayam, membuat adonan mie, meninju si adonan (sambil bayangin mantan pacar biar ninjunya kuat) hingga merebus dan meracik kuah.
Sekitar 30 menit lebih saya membuat mie ramen saya sendiri.
Karena hari itu baru dibuka, saya dapat kesempatan belajar gratis. Hahaha…nasib baik. Lumayan bisa belajar bikin ramen sambil makan siang gratis, kan?
PS: Gara-gara ke sini, saya jadi masuk koran lokal Jepang, Asahi Shimbun lho…
Ramen Factory, abaikan modelnya 😀
Restoran Halal di Tokyo
Ada beberapa tempat yang menjual makanan halal di Tokyo. Naritaya dan Ayam Ya yang saya makan di Kyoto juga membuka cabangnya di sini.
Naritaya ada di sekitar Asakusa, dan Ayam Ya ada di Okachimaci di Ueno.
Karena di dekat apartemen saya di Asakusa ada kebab Turki, ibu saya lebih memilih ini. Bosan katanya makan ramen. Akhirnya selama di Tokyo, saya lebih banyak makan kebab. Cukup banyak penjual kebab di sini, terutama di daerah Asakusa, Takeshita Street dan Ueno.
Ada dua stall Kebab yang saya coba. Di Asakusa, yang saya coba adalah Saray Kebab di Asakusa dekat Kaminarimon dan Kebab (yang saya lupa namanya) di Takeshita Street. Di Asakusa, selain menjual doner kebab (wrapping kebab), juga menjual nasi dan french fries.
Oya, stall di Tokyo rata-rata baru buka sekitar jam 11 dan sudah tutup sekitar jam 9. Jadi kalau mau makan pagi, beli dari malem aja deh…
Restoran Halal di Kawaguchiko
Ada satu restoran halal di area Kawaguchiko, namanya Indo Aladin Restaurant. Letaknya hanya sekitar 20m dari stasiun Kachi-Kachi Ropeway, dekat dengan tempat naik jetty boat.
Walaupun berembel-embel “Indo”, nyatanya ia sama sekali tak menjual makanan Indonesia, atau makanan melayu lainnya. Restoran ini murni restoran India dengan menu India. Roti naan, kari hingga pizza ada di sini.
Awalnya kami memilih menu nasi biryani, namun ternyata kami kehabisan.
Akhirnya kami memilih makan nasi safron dan chicken tika (3 potong) serta chiken masala (2 potong). Entah apa bedanya kedua ayam tersebut karena kami mendapat satu jenis ayam yang sama 😀
Entah karena sudah sangat lapar, atau karena memang enak, ayam dan nasi habis dalam sekejap. Tapi memang, nasi safronnya sangat enak. Lembut dan rasanya enak di lidah. Ibu saya sampai penasaran ingin buat ini di Indonesia.
Harganya juga tak terlalu mahal. Sekitar 700-1500 Yen per porsi. Kami menghabiskan dua piring nasi safron (untuk bertiga) dan 5 potong ayam, dan mesti mengeluarkan uang sekitar 1500 bertiga.
Mau tau itenerary saya di Jepang? Klik Itenerary 10 Hari di Jepang
21 Comments
Pingback:
Faiza
Kalau onigiri halal gak mba?
rahma
Ada yang halal ada yang nggak. Kalau aku sih beli onigirinya yang rasa telor atau kacang merah aja, biar aman
huda nurjanti
wkwkwk.. ga seperti di sini ada onigiri tuna or ayam..
rahma
Ada siih…macem2 banget. Cuma ga ada tulisan latinnya, jepang semua. Kalau nanya susah jg, pada ga bisa bha inggris
Justin Larissa
Yang di Takeshita Street apakah Mamo Kebab, Mba? Soalnya pas kesana aku makan itu kebab wkwk enaaakkk
sitinuraini012
Alhamdulillah sekarang di semua negara rata-rata banyak makanan halal…
rahma
Betuul….jadi ga khawatir kelaparan kalau pas travelling
Anissa
Trims infonya mbak rahma
rahma
Sama-sama. Semoga bermanfaat
Neurina F Islamiyah (@nerinneurina)
Assalamualaikum Mbak, salam kenal 🙂
Baca ulasan tentang makanan jadi bikin saya kangen wisata kuliner lagi di Jepang :))
Sekedar ingin berbagi informasi Mbak, Indo Aladin Restaurant memang restoran India. Karena dalam bahasa Jepang, ‘Indo’ mengacu pada India 🙂
^^v
rahma
Alaikum salam,
Wah, makasih infonya. Siip, berarti setiap yang tulisannya Makanan Indo di Jepang, artinya makanan India ya?
Pingback:
Pingback:
rahma
Makasiiih Mas Agung…..semoga bermanfaat buat yang mau ke sana
Endah Kurnia Wirawati
asyikk!! jadi gampang cari makanan halal di Jepang ya ma..
rahma
Hooh, jadi ga usah bawa indomi banyak-banyak 😀
Lisna
Bookmark, keknya gw bakal banyak nanya soal makanan ke mba rahma ni kalo inshaa Allah mau ke Jepang, hohoho.
rahma
Siap…:Kapan mau ke sana? 😀
mysukmana
jaman sekarang kalo gak halal banyak gak lakunya..apalagi umat muslim di akhir jaman makin banyak ya kak 🙂
rahma
Bener…:D