Tuk..Tuk…Kebuuut
Kurang afdol rasanya kalo ke Thailand nggak mencoba naik Tuk-Tuk, kendaraan khas Thai yang udah jadi ikon pariwisata mereka. Kalo menurut gue, tuk-tuk sebenernya persilangan antara bemo ama bajaj. Bentuk luarnya kayak bemo, tapi duduknya ngadep ke sopir, jadi kayak bajaj.
Ada kejadian lucu ketika gue dkk naik tuk-tuk ini. Sang sopir (bapak-bapak tua peranakan China), minta harga 80 bath. Kc nawar 60 bath, yang akhirnya disetujuin si sopir (ditandai dengan anggukan). Tapi…udah lama kita duduk di dalem tuk-tuk, kendaraan ini nggak jalan-jalan juga. Pas gue liat ke dapan, si sopir ternyata lagi sibuk nulis-nulis sesuatu. Nggak lama kemudian, si bapak tua itu berbalik menghadap kita dan menunjukkan telapak tangannya. Dan ternyata… di telapak tangannya itu ada tulisan “60”, dan beberapa tulisan lain yang dicoret-coret. Oalah…ternyata dari tadi si bapak sibuk menuliskan harga toh. Setelah gue dkk mengangguk tanda setuju dengan tulisan si bapak, langsung dia tancap gas. Bener-bener tancap gas alis ngebut. Gila bener… tadinya gue berniat moto sambil naik tuk-tuk, tapi berhubung gue mesti pegangan kenceng-kenceng biar nggak mental ke luar, niat moto-moto terpaksa harus gue lupakan.