Lombok (Day 2)- Menuju Gili Trawangan

Jam setengah tujuh, kami sudah keluar dari hotel dan bersiap menuju Bangsal, pelabuhan kapal Gili Trawangan. Sebenernya, pihak hotel menawarkan kami shuttle bus untuk menuju ke sana. Harganya Rp 50.000/org (sudah termasuk tiket kapal) dan berangkat jam 9 pagi. Tapi menurut gue dan kawan-kawan, jam 9 itu mah terlalu siang, dan harganya mahal. Gue dapet info, kalau naik taksi ke sana aja cuma kena biaya Rp 50.000-Rp 60.000 aja.

Saat nunggu taksi, ada bemo yang berhenti di depan kita dan nawarin charteran ke Bangsal seharga Rp 80.000. Ditawar setengahnya ga mau, mereka mentok di angka Rp 75.000 (itu mah kurangnya dikit banget). Kalau rombongan gue lebih dari 5, mungkin gue akan menggunakan itu. Tapi gue cuman bertiga, mending naik taksi deh. Adem, dan bisa lihat pemandangan di kanan kiri.

Pas nanya ke pak satpam di toko roti tempat kita beli roti, dia bilang mending naik bemo aja sebab naik taksi bisa ngabisin duit sampai 120.000. Weh, tapi kami tetep kekeh naik taksi. Kalau mahal, ya itung-itung pengalaman lah. Ternyata, taksi Senggigi-Bangsal hanya menghabiskan dana Rp 70.000 sodara-sodara!

Nyebrang ke Gili Trawangan

Taksi tiba di Bangsal, pelabuhan kecil untuk menyebrang ke Gili Trawangan. Pas gue sampe di sana jam 7.30, loket belum dibuka. Padahal menurut papan informasi yang tertera di sana, jadwal buka loket adalah jam 6. Ketika gue nanya ke pemilik perahu, mereka bilang loket buka jam 9. Mereka menyarankan untuk mencarter perahu saja, supaya lebih cepat. Jelas kami menolak. Certer perahu kan mahal, lagian gue cuman bertiga. Sebagai informasi, harga penyebrangan ke Gili Trawangan hanya Rp 10.000, ke Gili Meno Rp 9.000, dan ke Gili Air Rp 8.000. Satu perahu isinya 20 orang, dan kalau penumpang belum 20, kita mesti menunggu.

Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, loket belum juga dibuka. Untung ada tukang perahu yang mau memberangkatkan perahunya karena penumpang sudah banyak. Akhirnya gue naik perahu itu, tanpa membeli tiket resmi di loket.

Ombaknya ternyata lumayan, bikin perahu goyang kanan goyang kiri. Untunglah gue ga muntah, padahal gue sempet takut muntah. Keshie, yang gue pikir perutnya lebih tahan daripada gue, duduk diem aja sambil megangin tasnya. Ternyata, doski mabuk laut oy.

Isi perahu ini lebih daripada seharusnya. Ditambah lagi dengan muatan belasan dus narmada (semacem aqua) yang pastinya berat banget. Ditambah lagi, semua penumpang ga dibekali pelampung. Ada sih pelampung, tapi di atap perahu dan ketutup jarring. Gue yakin, kebanyakan penumpang (termasuk gue sih) mikir, cukup ga pelampung itu buat kita semua dan gimana cara ngambil pelampung yang ada di atas atap itu :P.

Setengah jam kemudian, kami sampai di Gili Trawangan. Omaigud…kereeen abisss..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!