Monks Alms Giving, Sedekah Para Biksu di Luang Prabang
Salah satu tujuan utama saya ke Luang Prabang adalah melihat upacara Monks Alms Giving alias sedekah kepada para biksu.
Jam 5.30 pagi. Matahari bahkan belum nampak, namun saya sudah bangun dan bersiap-siap menuju Sakkaline Road, jalan utama di Luang Prabang yang akan dilalui oleh para biksu di upacara alm giving.
Almgiving adalah tradisi turun temurun yang dilakukan penduduk lokal untuk memberi sedekah kepada para biksu yang ada di sana. Pagi-pagi, para biksu berbaju oranye ini akan keluar dari wat (kuil)nya, berjalan melewati jalan-jalan di Luang Prabang, dan kemudian kembali ke kuilnya untuk makan bersama. Karena kuil di sini jumlahnya puluhan, biksu yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga menjadi daya tarik utama di tempat ini.
Saya memilih Sakkaline Road karena menurut pemilik hotel, wat (kuil) di jalan ini jumlahnya cukup banyak. Salah satunya adalah wat yang paling besar, Wat Xiengthong. Katanya, karena wat ini terbesar, biksu yang akan keluar dari sini akan banyak.
Hanya bermodalkan minyak wangi tanpa mandi pagi, saya berjalan kaki menuju lokasi. Sebenarnya, dari hostel ke sana jaraknya hanya sekitar 500m. Dekat. Tapi di tengah jalan menuju Sakkaline Road, 3 buah anjing besar menghadang saya. Karena jiper berat, akhirnya saya mesti mencari jalan memutar yang jaraknya dua kali lipat dari seharusnya. Nasib…
Hujan deras plus jalan yang mesti memutar karena dihadang anjing membuat saya telat datang ke lokasi. Ceremony dilakukan tepat pukul 06.00, sementara saya sampai di situ pukul 06.15, padahal saya ingin lihat proses awalnya. Saya jadi tak puas sehingga esok paginya, saya kembali lagi ke sini.
Berbeda dengan kemarin, hari ini matahari cerah ceria. Tapi saya tetap membawa payung besar, bukan untuk jaga-jaga jika hujan turun, tapi untuk jaga-jaga kalau ada anjing besar lagi. Tapi hari ini, 3 anjing itu sedang tenang rupanya. Saya lewat, mereka diam saja.
Saya sampai di lokasi pukul 5.50, sepuluh menit sebelum waktu ceremony dimulai. Beberapa turis nampak sudah bersiap-siap untuk melihat acara. Di tengah jalan, tampak meja-meja kecil, di atasnya ada susunan keranjang dari bambu. Di dalam keranjang itu ada beberapa buah biskuit, makanan kecil dalam bungkus daun pisang. Rupanya, keranjang itu dijual kepada turis yang ingin memberi sedekah kepada para biksu.
Di trotoar, tampak beberapa penduduk lokal duduk dengan membawa keranjang. Di sebelahnya, berderet kursi-kursi plastik yang disediakan para agen tur untuk tamu mereka. Ya, turis juga bisa ikut serta dalam acara ini.
Di sisi lain, di dalam wat, para biksu sudah bersiap-siap. Berbaris rapi di depan pintu gerbang, menunggu aba-aba untuk keluar. Tepat pukul 06.00, lonceng berbunyi, menandakan waktunya para biksu itu keluar. Para biksu—tua dan muda, kecil dan besar–kemudian berbaris keluar. Bergabung dengan biksu-biksu dari kuil lain sehingga menciptakan barisan biksu yang tak terputus-putus. Luar biasa….
Sayangnya, menurut salah satu backpacker Polandia yang pernah ke sini sebelumnya, sekarang ini lebih banyak turis yang melakukan alm giving. Orang lokal hanya segelintir saja, membuat acara ini kurang bermakna bagi dia.
One Comment
Pingback: