Lombok (day 4) — Kembali ke Mataram

Setelah menghabiskan malam di Gili, esok pagi kami kembali ke daratan. Biar ombak ga terlalu gede, kami memutuskan naik perahu paling pagi, yakni perahu jam 8. Tapi ternyata, ombaknya jauuh lebih gede dari kemarin, dan pelampungnya lebih sedikit! Untung kali ini, kami bertemu Pak Man, orang Jawa yang punya usaha rumah makan di Gili. Berkat lelucon dari Beliau, perjalanan terasa cepat.
Di Bangsal, gue dkk udah dijemput rental mobil. Rental cukup murah, untuk avanza harganya Rp 250.000/ hari (tanpa supir dan bensin). Ga tau deh emang harganya segini atau ini harga khusus, karena yang punya rental ini kakaknya temen gue. Tapi dari hasil browsing sana-sini, gue menemukan bahwa rental mobil di sini rata-rata Rp 350.000 (avanza). Lebih mahal dari rental di Bali ya?
Karena Fean bisa nyetir, kami memutuskan untuk sewa mobil tanpa supir.  Gampang kok ternyata jalan sendiri di Lombok. Kotanya kecil, petunjuk jalannya jelas, dan penduduknya enak untuk ditanyai. Oya, sebelum gue sampe Lombok, banyak yang mewanti-wanti gue dua hal. Pertama, penduduk di sini kasar-kasar, ga ramah, mata duitan. Kedua, hati-hati nyetir sendiri karena banyak orang jahat yang suka malak di jalan.
Alhamdulillah, kami enggak menemukan kedua hal itu sama sekali. Malah bisa gue bilang, orang Lombok baik-baik. Banyak banget yang mau ditanyain jalan, bahkan ada satu orang yang lagi rela memutuskan pembicaraannya lewat telepon karena ingin menjawab pertanyaan gue.
Rental Mobil: Mbak Windy (081917904080)

Mataram City Tour
Setelah dari Gili, gue dkk city tour di Mataram aja. Capek juga liat laut dan berenang mulu. Karenanya kami mencari penginapan di Mataram aja, biar enggak terlalu capek. Dari hasil rujukan nyokap (yang ngambil brosur hotel ini di rumah tetangga), gue dkk pergi ke Hotel Wisma Nusantara 2.
Ternyata rujukan nyokap ga salah. Hotel ini letaknya dekat banget dengan Mal Mataram, satu-satunya mal yang ada di sana. Artinya, hotel ini letaknya tepat di tengah kota Mataram. Selain itu, harganya murah. Ada kamar yang harganya Rp 50.000- Rp 300.000/malam.
Fean ambil kamar yang harganya Rp 50.000 (pakai kipas angin dan kamar mandinya ga pake shower). Gue juga pengen ambil itu, tapi ternyata udah abis. Alhasil gue ambil kamar yang Rp 80.000, dengan AC model kuno, kamar mandi pake shower. Lumayan banget, kan??
Ga mau berlama-lama di hotel, kami segera meluncur ke beberapa tempat di Mataram. Yang pertama di datangi adalah Pura Jaganatha Mayura, yang terletak hanya 10 menit dari hotel. Pura ini ga terlalu bagus menurut gue, kotor dan enggak terawat. Sebenernya di depan Pura ini ada Pura Meru, Pura terbesar di Mataram. Tapi entah mengapa, gue males ke sana.
Setelah itu, lawatan dilanjutkan ke Pura Lingsar, yang letaknya kurang lebih ½ jam dari kota. Pura ini menjadi terkenal karena di sana terdapat ikan tuna sakti, yang konon enggak pernah mati dan jumlahnya tetap. Untuk melihat ikan tuna ini, harus pakai pawang dan membeli telur asin untuk memancing ikan keluar. Sama seperti Pura Mayura, pura ini kondisinya enggak terawat baik. Sayang banget..
Gak jauh dari Lingsar, terdapat Taman Narmada. Di sini terdapat mata air abadi yang konon bisa membuat awet muda. Saking terkenalnya mata air ini, ada merek air kemasan lokal yang memakai nama ini. Dibanding semua tempat yang gue kunjungi tadi, Narmada ini paling rapi dan terawat. Oya, rata-rata pura di sini enggak mematok harga khusus untuk masuk. Mereka hanya menyediakan kotak untuk tempat memasukkan uang seikhlasnya.
Karena hari masih sore, kami memutuskan untuk mampir ke Ampenan, sebuah kota pelabuhan tua. Di sini, kita bisa melihat sunset sambil mengamati nelayan-nelayan lokal melaut. Di sore hari, tempat ini dipenuhi penduduk lokal. Tapi jangan mengharap tempat ini bagus ya, namanya juga perkampungan nelayan.  Kabarnya, di Ampenan ini ada restoran seafood yang enak. Tapi kami gak nemu tuh!
Malamnya kami melebur dengan anak muda Mataram, yang nongkrong di Jalan Udayana.  Kalau malam minggu, pinggir jalan ini rame banget sama anak muda yang nongkrong sambil makan. Yap, di siniemang terkenal sebagai pusat kuliner malam minggunya Mataram. Puluhan gerobak makanan menjual dagangannya di sini. Tapi sayangnya, makannya hanya 3 macem: sate babulak (sate khas Lombok), jagung bakar, dan minuman instan.  
Wisma Nusantara 2: Jl. Beo 10, Cakranegara, Lombok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!