Begini Cara Menuju Kota Luang Prabang dari Airport
“Berapa hari enaknya di Luang Prabang” tanya saya.
“Dua-tiga hari cukuplah”, katanya. “Bosen ntar lo kelamaan di sana.”
Dan…..saya menyesal mengikuti saran kawan saya itu karena ternyata Luang Prabang jauh lebih menyenangkan dibanding yang diceritakan kawan saya itu.
Saya memutuskan pergi ke Luang Prabang sebagai kado bagi diri saya sendiri di hari ulang tahun saya di bulan Juli lalu. Saya memilih Luang Prabang, dan mengabaikan Viantianne, karena beberapa alasan. Selain dana yang terbatas, Viantianne tak terlalu menarik minat saya. Lain halnya dengan Luang Prabang. Dari gambar yang saya lihat di internet saja, mata saya sudah tertambat dengan bangunan-bangunan ala Portugis yang menarik.
Saya tiba di Luang Prabang setelah menginap semalaman di KL. Persiapan yang minim, karena saya baru membeli tiket seminggu sebelum keberangkatan, membuat saya kebingungan ketika sampai di Luang Prabang International Airport. Bandara ini begitu kecil dan minim informasi. Saya bingung, mesti naik apa ke dari airport Luang Prabang ke penginapan saya yang ada di tengah kota. Untunglah, saya bertemu seorang backpacker asal Kolombia yang pernah tinggal di Indonesia untuk bekerja. Dia yang kemudian mengajak saya mencari angkutan bareng ke kota.
Untuk mencapai kota, ternyata tak susah. Begitu keluar dari pintu kedatangan, yang cuma satu-satunya, di pojok kanan akan ada counter taksi resmi. Tinggal beli tiket di sana. Untuk mencapai kota yang jaraknya kurang lebih 4km saja dari sini, biaya yang harus dikeluarkan sekitar 7USD. Biaya ini untuk sekali antar pertiga orang ke satu tujuan. Jadi kalau jalan sendiri, biayanya segitu. Kalau berdua, ya segitu juga, asalkan tujuannya sama. Karena itu, saya dan kawan baru saya itu memutuskan untuk bergabung saja dan berhenti di hotel kawan saya itu. Dari situ, saya tinggal jalan kaki ke hotel saya yang letaknya tak jauh dari situ.
Kalau tak mau pakai angkutan resmi sebenarnya bisa saja. Di luar aiport ada tuk-tuk yang bisa disewa dengan harga sekitar 25.000 kip (sekitar 40.000 ribu rupiah). Tapi saya belum pernah coba sih. Kalau beramai-ramai, bisa minta ke hostel untuk menjemput di aiport. Kata rombongan backpacker asal Malaysia yang bertemu saya di sana, harganya sekitar 100.000kip/mobil. Ada juga yang nekat jalan kaki karena jarak bandara Luang Prabang ke kota cuma 4km. Hmm….
Baca juga: Menyaksikan Sedekah Biksu
Saya tinggal di View Khem Khong Hotel di pinggir sungai Mekong. Hostel ini dimiliki oleh pria berkebangsaan Prancis (yang saya lupa namanya). Di depan hotel ada makanan halal (Chennai Restaurant) yang menyediakan makanan India. Harganya lumayan mahal, seporsi nasi goreng yang rasanya standar aja harganya mencapai 25.000 kip (40ribu). Tapi memang, makanan di Luang Prabang ini tergolong mahal untuk ukuran kantong saya.
Di sebelah Chennai Restoran ini ada restoran milik View Khem Khong Hotel. Lokasinya juga di pinggir sungai. Di sepanjang sungai ini memang berderet restoran yang menawarkan view sunset di sore hari.
Restoran View Khem Khong ini cukup terkenal karena lokasinya yang enak, harganya murah dibandingkan restoran lain di Laos, dan rasa yang enak (katanya). Tapi, karena tak berlabel halal, saya hanya berani minum jus kelapa plus sepiring mango sticky rice. Jus kelapa itu adalah hadiah ulang tahun saya dari si pemilik hotel….*thanks to Angga, an indonesian scholarship student in France who spoke French to the hotel owner. Bapake jadi tambah baik setelah itu.
Baca juga: Berburu Souvenir di Night Market