Wisata Kota Tua: Beranjangsana Naik Ojek Sepeda
Puluhan sepeda tua terparkir di halaman museum Fatahillah, Jakarta. Di dekatnya berdiri beberapa lelaki yang memakai rompi bertuliskan “Onthel Wisata Kota Tua”. Mereka itulah para serdadu bersepeda yang siap mengantar wisatawan berkeliling kota tua dengan sepeda onthel.
Bagi pencinta sejarah ataupun bagi para penikmat arsitektur, Kota Tua Jakarta (The Oud Batavia) adalah tempat yang tepat untuk memuaskan dahaga. Kota yang pernah dijuluki sebagai Jewel Of The East (permata dari timur) ini menyimpan banyak catatan sejarah.
Kota tua Batavia adalah kota yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di tahun 1620. Kota ini dibangun di atas reruntuhan kota Jayakarta, yang direbut VOC dari tangan Fatahillah. Nama Batavia sendiri diambil dari kata “Batavieren”, sebuah suku di Eropa yang menjadi cikal bakal bangsa Belanda.
Batavia yang awalnya hanya seluas 15 hektar dan berada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa lalu diperluas hingga ke tepian sungai Ciliwung. Pemerintah Belanda berusaha menciptakan kota yang mirip dengan kota Amsterdam. Kanal-kanal yang saling berpotongan tegak lurus pun dibuat, layaknya kanal di Amsterdam. Di kiri-kanan kanal tersebut, didirikan bangunan-bangunan bergaya Eropa. Lalu di pusat kota, dibangun gedung-gedung pemerintahan, termasuk sebuah stadhuis (balaikota). Kini, gedung bekas balaikota itu dijadikan sebuah museum dan dikenal dengan nama Museum Fatahillah (Museum Sejarah Jakarta).
Naik Ojek
Para pelajar SMA sedang menyewa sepeda |
Menikmati kota tua dapat dilakukan dengan beragam cara, salah satunya adalah dengan naik ojek sepeda onthel. Di sekitar kota, ojek sepeda bertebaran di mana-mana, antara lain di depan Stasiun Kota, di pelataran museum Fatahillah, dan di depan Museum Bank Mandiri. Namun yang berada di bawah pengawasan pihak Museum Fatahillah hanyalah para pengojek yang mangkal di depan museum Fatahillah.
Selain menyediakan jasa ojek sepeda (yang artinya Anda akan dibonceng oleh si pemilik sepeda), Onthel Wisata Kota Tua juga menyediakan jasa penyewaan sepeda. Para pengunjung dipersilakan mengayuh sendiri sepedanya, dengan hanya membayar uang sewa Rp 20.000/jam.
Untuk menyewa jasa ojek, uang yang harus dikeluarkan hanyalah sebesar Rp 30.000. Dengan uang sebanyak itu, Anda akan diajak berplesiran ke 5 tempat: Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari, Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, dan Toko Merah. Batas waktu tak ditentukan. 1 jam boleh, 2 jam silakan saja. Para pengojek ini akan sabar menunggu. Jika ingin pergi ke tempat-tempat di luar 5 tujuan utama itu (misalnya ke Masjid Luar Batang atau ke Petak Sembilan), akan dikenakan biaya tambahan.
Lima Tujuan Utama
Tur akan dimulai dari pelataran Museum Jakarta. Lalu setelah mengitari museum ini, sepeda akan digenjot ke gang-gang ke sekitar museum. Di sini dapat ditemukan bangunan-bangunan bergaya kolonial dengan jendela-jendela besar. Sayangnya, banyak bangunan yang dalam kondisi memprihatinkan.
Selepas dari gang tersebut, bersiaplah untuk berpegangan karena sepeda kan melewati jalan raya, menyelip di antara kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan raya. Siapkan pula kacamata dan sapu tangan karena udara panas dan debu akan menerpa Anda.
Pelabuhan Snda Kelapa |
Lalu, setelah sekitar 10 menit di jalan raya, sampailah ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Di pelabuhan ini, selain dapat melihat perahu-perahu kayu berlabuh, Anda juga dapat menguji nyali, naik ke atas geladak kapal dengan hanya menggunakan sebilah papan. Pilihan lainnya adalah menyusuri muara Sunda Kelapa dan menyusup di antara perahu-perahu besar dengan menggunakan sampan kecil. Untuk hal yang terakhir ini, ada rupiah yang mesti dikeluarkan. Berapa tepatnya, tergantung negosiasi Anda dengan si tukang perahu. Sebenarnya, kegiatan ini mengasyikkan andai saja tak ada bau yang mengganggu, air yang keruh, dan sampah-sampah yang mengambang.
Lihat Pelabuhan Dari Atas
museum bahari |
Setelah puas melihat pelabuhan pertama di Jakarta itu, Anda akan dibawa menuju Menara Syahbandar dan Museum Bahari. Kedua tempat itu terletak kira-kira 5 menit dari Sunda Kelapa. Untuk masuk ke dua tempat itu, pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 2.000.
Di menara setinggi 18 meter ini, Anda dapat melihat Pelabuhan Sunda Kelapa dan sungai Ciliwung dari atas menara, merasakan bagaimana dulu tentara Hindia Belanda mengawasi pelabuhan utamanya. Sementara di Museum Bahari, tersaji berbagai informasi tentang kelautan, serta contoh-contoh kapal dari berbagai belahan Nusantara.
Selanjutnya, tukang ojek sepeda akan membawa Anda akan menuju Jembatan Intan dan Toko Merah. Kedua tempat ini terletak di jalan Kali Besar, di muara sungai Ciliwung. Area pingir sungai ini sebenarnya tempat yang indah, makanya dahulu kala para noni-noni gemar beranjangsana ke tempat ini. Sayangnya, banyaknya sampah membuat sungai jadi kotor dan bau. Selain itu, bangunan-bangunan di sana pun banyak yang tak terawat dengan baik.
Plesiran Anda pun berakhir di kedua tempat itu. Pegal dan capek yang melanda terbayar dengan sebentuk cerita tentang kota tua Jakarta.
One Comment
putri megasari
Halo, blogger. saya putri dari VIVAlog. Kirimkan data pribadi kamu ke putri.megasari@viva.co.id dengan format:
Nama:
Email:
No.Hp:
Alamat:
Judul Artikel:
Akun Twitter:
Karena yang sudah submit akan di data.
Terima kasih 🙂