Makan Mee Rebus

Bus ini sempat berenti sekali di tengah jalan, di sebuah restoran yang namanya Lucky… (lupa gue). Tempatnya lumayan gede dan rame, banyak tukang makanan enak. Tapi WC-nya itu loh, jorokkk banget, gue aja ampe males pipis walaupun kebelet.
Di sini, gue makan mee rebus. Mirip dengan mi rebus tek-tek, isinya mie pake toge dan telor rebus. Cuma aja kuahnya lebih bening (ga pake kecap), kentel dan berasa kari. Rasanya…enak banget!!

Stasiun Puduraya

Bus sampe di stasiun Puduraya jam 10 malam. Begitu keluar dari bus, dalam sekejap gue dah dikerubutin supir taksi. Harga yang mereka tawarkan adalah harga borongan, yang kalau nggak tahu pasarannya, bisa dikibulin abis-abisan. Dari stasiun itu ke Bukit Bintang (tempat gue nginep), mereka minta harga RM15, padahal dari yang gue baca di internet, harganya ga sampe RM10. AKhirnya setelah tawar menawar yang alot, gue berhasil mendapat taksi seharga RM9.

Stasiun Puduraya termasuk stasiun yang besar, terdiri dari 3 lantai. Di sini ada bus yang menuju ke berbagai daerah di Malaysia, ada juga bus yang menuju ke Genting, dan ada bus yang menuju ke Singapura. Stasiunnya nggak jauh beda dengan stasiun lebak bulus atau blok M, kotor dan banyak orang.

The Trecker Lodge

Sebenernya, gue niatnya nginep di Green Hut Lodge, yang banyak direkomendasiin orang-orang di internet. Gue da booking via telp, dan waktu itu si penerima telp nggak bilang kalo gue mesti bayar duluan via internet, jadi gue pun santai-santai aja (hehe..maklum, masih amatiran). Ternyata, sampai di sana, nggak ada kamar yang tersisa, karena menurut mereka gue dikategorikan belom booking sama sekali. Uhh..

Bayangan dong, jam 11 malem, gue mesti nyari hotel. Untung aja, hotel yang direkomendasiin ama green hut, yakni The Trekker Lodge, masih punya kamar kosong. Kamar itu cuma tersedia untuk 3 malem, karena malem ke-4 nya udah ada yg booking. Ufff…pas bener.

Kalau dilihat dari luar, hotel ini ga menarik sama sekali. Terletak di daerah kumuh, di jalan Nagasari. Tapi bagian dalamnya lumayan bersih, ada fasilitas internet dan dapet makanan pagi gratis pula (berupa roti dan selai atau mesis). Gue dapet kamar yang ada di deket dapur, terpisah dengan kamar lainnya. Tadinya gue males juga deket dapur, tapi ternyata ada untungnya juga. Kamar jadi lebih privat dan lebih deket ke sumber makanan 😀

Di tempat ini ada berbagai jenis kamar. Ada yang privat dengan kamar mandi di dalem, ada yg dormitory dengan ranjang susun. Gue dapet kamar standar (tanpa kamar mandi), jadi kamar mandinya kudu share. Gapapa juga sih, karena kamar mandinya cukup bersih. Tapi ya, sedikit repot karena ukuran kamar mandinya kecil dan sering dipake bule-bule buat nyuci baju.

Bukit Bintang,Surganya Backpackers

Gue memutuskan untuk tinggal di dearah bukit bintang. Daerah ini amat terkenal karena banyak terdapat pusat perbelanjaan besar seperti Sungei Wang, Lot 10, BB Plaza, dan sebagainya. Banyak juga hotel-hotel berbintang lima sampai hotel bintang 3. Restoran juga menjamur, mulai dari restoran mahal (yang ngintip aja gue nggak berani), sampe tenda-tenda yang menawarkan macam-macam hidangan.

Di kalangan backpacker tempat ini juga amat disenangi karena di sekitar area ini terdapat banyak sekali hotel-hotel murah, tempat nongkrong, café-café, restoran, pub plus tenda-tenda kaki lima yang menjual makanan (halal dan tak halal). Ada satu jalan, namanya Jalan Alor, yang sangat terkenal karena banyak tenda yang menjual makanan murah meriah dari berbagai negara.

Bukit bintang juga strategis karena dekat sekali dengan petronas tower dan dekat dengan perhentian bus Puduraya. Selain itu, ada 2 stasiun monorail, sehingga kawasan ini mudah sekali dijangkau dengan cara murah (red: tanpa perlu naik taksi).

Saat malam, bukit bintang ini lebih penuh dan lebih ramai. Untunglah hotel gue deket dengan tempat ini sehingga gue nggak perlu jauh-jauh berjalan ke sini.

Makanan India

Di deket hotel gue, ada banyak tempat makan yang menarik. Paling menarik minat gue sih makanan India. Jadi, gue memutuskan untuk mencoba restoran India yang paling rame, yang adanya persis di ujung jalan Nagasari.

Di sini, gue ketemuan dengan TKW asal Surabaya. Ibu Halimah namanya. Dia udah dua tahun kerja di restoran India itu. Girang banget dia ketemuan ama gue, kayak ketemuan sodara sendiri. Sampe-sampe gue mau diajak jalan-jalan dan ditawarin tinggal di rumahnya. Mungkin gitu kali yah kalau tinggal di negeri orang. Ketemuan sodara sebangsa kayak ketemu sama keluarga sendiri.

Skyway Genting Highland

Hari kedua di KL ini gue isi dengan beranjangsana ke Genting Highland, tempat judi yang berada di ketinggian sekitar ?? m di atas permukaan laut. Bus untuk menuju ke sana bisa didapetin di Puduraya seharga RM 7.5 (one-way. Bus RM 3,5 dan tiket skyway RM4). Bus berangkat setiap 45 menit sekali, dimulai pukul 7 pagi. Gue bersyukur telah membeli tiket skyway di sini, karena ternyata antrian di loket tiket di Genting panjaaaang banget.

Di perjalanan ke Genting, gue ngeliat Batu Cave, tempat pemujaan Hindu yang terletak di dalam gua di bukit batu. Keliatannya bagus banget, tapi sayangnya gue nggak sempet ke sana. Letaknya juga lumayan jauh dari KL.

Setelah ber-bus selama 45 menit, sampe juga gue di stasiun skyway. Tadinya gue pikir tempat ini cuma perhentian sementara, abisnya tempatnya kecil dan ga bagus banget. Ditambah lagi dengan nggak adanya tulisan atau petunjuk apapun kalo itu stasiun skyway. Ternyata, stasiunnya ada di lantai 3. Dan begitu sampe di lantai 3 ini, suasana yang sepi di luar tadi langsung berganti. Di sini berderet toko-toko souvenir dan restoran-restoran.

Beda dengan tempat-tempat lain, di sini pengunjungnya kebanyakan berparas Melayu. Cuma segelintir aja yang bermuka bule. Mungkin bule-bule nggak ada yang naek skyway kali ya, mereka da nginep di hotel yang memang tersedia di atas sana.

Skyway alias kereta gantung adalah salah satu transportasi untuk mencapai genting. Ada lagi sih transportasi lain semacem bus, tapi makan waktu lebih lama. Skyway ini bisa diisi 6 orang, lebih gede dikit daripada kereta gantung di taman mini. Skyway akan menanjak, menuju ke dataran tinggi di atas sana,melewati lembah yang isinya pohon pinus. Menurut gue, nggak ada yang istimewa dari perjalanan ini, selain deg-degan karena tergantung di atas ketinggian. Pasalnya lembah di bawah isinya hanya hutan aja; monoton banget. Lebih bagus lembah-lembah di Indonesia, macem dieng atau puncak Bogor deh..

Inside Genting

Setelah 15 menit naik skyway, sampe juga gue di pusat judi ini. Terdiri atas sebuah bangunan besar yang isinya restoran, kasino, dan hotel. Ada pula Taman Tema Dalam alias taman bermain indoor. Di taman indoor ini ada berbagai macam permainan seperti roller coster, balon terbang, dan lain-lain. Suasananya mirip pasar malem gitu deh..
Selain di dalam, di sini ada taman bermain outdoor yang mirip Dufan (lebih gede dan bagusan dufan malah :D). Katanya, pemandangan di luar juga bagus, bisa lihat KL dari jauh. Tapi waktu gue dateng, lagi bekabut tebal sehingga gue nggak bisa membuktikan benar atau nggaknya kabar burung itu 😀

Karena permainannya nggak terlalu seru, gue memutuskan untuk masuk ke Snow World, area salju buatan. Karena di Indonesia lom ada yang kayak gini (cat: waktu itu snow world yang kelapa gading belom ada), gue antusias banget. Masuknya sih murah, cuma RM 12. Tapi gue mesti bayar biaya lagi kalo mau foto-foto, seharga RM18 (karena ga boleh bawa kamera atau handpohne ke dalam area). Uhh..ga mungkin kan ke situ tapi ga foto-foto. Dasar kapitalis !!

Nasi Lemak

Restoran di genting emang banyak banget, tapi harganya itu loh, kagak pas banget di kantong gue. AKhirnya setelah muter-muter, gue menemukan tempat makan di deket tempat naik skyway. Cuma RM 5,25 gue da dapet nasi lemak kumplit. Nasinya mirip nasi uduk, putih tapi ada rasanya. Lauknya ayam kuah (yang mirip gulai), ikan teri jengki, terus disirami pake kuah warna kuning dan coklat (ga tau kuah apa). Rasanya, enak nian…

KL Central

KL Central adalah stasiun pusat di KL. Semua moda transportasi yang ada di KL, terpusat di sini. Di stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara ini juga ada bus, ada kereta api, ada pula monorail dan KTM. Kalau mau naik bus ke KLIA (Kuala Lumpur Int Airport) atau LCCT (terminalnya airasia), di sini juga tempatnya.

Di sini juga ada city check ini buat beberapa penerbangan (Malaysia Airlines, Cathay Pasific, Royal Brunai dan Emirates). Jadi kalo naik keempat penerbangan itu, enak juga. Bisa masukin koper duluan, terus bisa jalan-jalan lagi. Gara-gara ini, gue sempet berantem ama temen seperjalanan gue. Gue, yang sempet nanya ama mas-mas tukang tiket skybus, ngotot kalau nggak ada city check-in buat airasia. Tapi temen gue, yang dapet info dari temennya, ngotot kalau di sana ada city check-in. Terbukti, setelah cek ke KL Central, gue lah yang bener..

Dianter Sopir Bus ke KL Central

Dari genting, ada berbagai tujuan bus. Ada yang ke Puduraya seperti yang gue naikin tadi, ada yang ke KL Central, ada pula yang ke Pasar Rakyat. Sebenernya, tujuan gue adalah ke KL Central, namun berhubung bus yang ke KL Central masih lama banget berangkatnya, gue mutusin naik bus yang berangkat tercepat, yakni bus Pasar Rakyat.

Sebenernya, gue dan temen gue ga tahu pasar rakyat itu di daerah mana, nekat aja. Siapa tahu ada sesuatu yang menarik untuk dilihat. Ternyata, walaupun namanya pasar, di sana nggak ada apa-apa. Gue bingung mau naik apa karena ga ada monorail sama sekali. Untung ada supir bus yang baik hati, yang mengantar gue ke stasiun monorail terdekat (stasiun Imbi)..