Tag Archives: kereta

Pengalaman Naik Kereta Sleeper Train di Vietnam (Part 2)

Setelah sebelumnya saya ceritakan soal pengalaman naik overnight sleeper train dari Sapa ke Hanoi, yang ini adalah cerita saya naik sleeper train dari Nin Binh menuju Danang.

***

Jarak antara Nin Binh dan Da Nang cukup jauh, sekitar 680 km, kurang lebih seperti jarak Jakarta ke Madiun. Karena itu, pilihan yang paling pas adalah naik sleeper train karena perjalanan dengan bus bisa menghabiskan waktu hingga 17 jam sementara kereta “hanya” butuh waktu 13 jam.

Jarak yang jauh dan waktu tempuh yang lama menyebabkan kereta Nin Binh ke Danang ini harganya cukup mahal. Saya harus merogoh kocek 953.000 VND atau sekitar 630 ribu rupiah untuk satu bed 1st class.

Kereta dari Nin Binh ke DaNang yang kami naiki ini sebenarnya adalah bagian dari kereta Reunification Express yang berangkat dari Hanoi menuju Saigon. Ini merupakan jalur kereta legendaris yang dibuat oleh Prancis tahun 1936. Jadi, sangat-sangat worth it untuk mencobanya.

Salah satu lokasi wisata di Nin Binh, Vietnam

Ada Tamu Asing di Kompartemen

Interior kereta ini tak jauh berbeda dengan sleeper train yang kami naiki sebelumnya, jadi kami tak kaget dan suprise lagi. Bedanya, kali ini di dalam kompartemen ada “tamu asing” alias orang lain. Ya, kalau sebelumnya kami naik berempat yang pas dengan isi kompartemen, kali ini kami hanya bertiga. Aris, kawan kami, melanjutkan perjalanannya ke Bangkok.

Tamu kompartemen kami adalah seorang laki-laki dari Turki yang tinggal di Jerman. Perawakannya yang tinggi besar membuatnya agak kesulitan naik-turun ke tempat tidurnya, yang ada di atas bed saya. Saat dia bergerak, bed-nya berdecit, membuat saya was-was kalau bed-nya akan rubuh dan menimpa saya.

Untung saya tertidur pulas.

Dari Mati Gaya Hingga Berkumpul di Lorong

Si tamu ini (yang saya lupa namanya) turun di Hue, satu kota sebelum DaNang. Untunglah, jadi kami punya waktu sekitar 3 jam lebih untuk “menguasai” kompartemen kami sebelum sampai di tujuan. Tiga jam ini kami isi dengan makan bermacam-macam bekal yang kami bawa, termasuk makan mie goreng instan halal yang kami temukan di salah satu supermarket di Nin Binh.

Ya, ternyata di Nin Binh kemarin kami menemukan satu supermarket yang menjual aneka makanan dari berbagai negara di ASEAN, termasuk Indonesia. Mie halal yang kami temukan itu berasal dari Thailand, sementara makanan dari Indonesia adalah….biskuit Roma Kelapa. Ya, Roma Kelapa yang berwarna merah itu!

Sambil makan mie goreng, saya memandang ke luar kompartemen. Ternyata, pemadangan di luar sangat indah. Jalur kereta menuju Da Nang ini melewati tepian Gulf of Tonkin alias Teluk Tonkin yang memisahkan Vietnam dengan Pulau Hainan China sehingga sepanjang jalur saya bisa melihat pantai yang biru.

Indahnya pemandangan ini membuat semua orang lebih memilih berdiri di kompartemen, sambil menikmati segelas kopi.

Luar biasa.

Tip Membeli Kereta di Vietnam

  • Kalau jadwal kalian fixed, seperti saya kemarin, sebaiknya beli tiket kereta secara online. Saya membelinya di Baolau dan 12Go. Lumayan terpercaya karena direkomendasikan banyak traveler asing.
  • Ada beberapa jenis kereta yang ada di Vietnam ini. Ada gerbong eksekutif Laman Express dan ada gerbong biasa yang dijual oleh Vietnam Railways. Harganya tentu aja jauh berbeda. Laman Express 1st class (2 bed) harganya 2 juta rupiah per orang.
  • Gerbong Vietnam Railways ini terbagi menjadi 3 kelas. 1st Class Sleeper terdiri dari 4 berth/bed, seperti yang saya gunakan. Sedangkan 2st class Sleeper terdiri dari 6 bed, sementara seat class ya hanya terdiri dari bangku aja. Saran saya sih, kalau untuk 13 jam, pilihlah yang sleeper supaya bisa tidur dengan nyaman.

India Trip: Begini Ternyata Kereta India!

Stasiun yang padat, kereta biru yang kuno, kompartemen berwarna biru menyala, lorong yang penuh orang mengobrol, restoran yang eksotis, dan pemandangan indah dari jendela; berganti dari padang tandus hingga pegunungan himalaya.

Inilah wujud kereta malam India yang tergambar di film Darjeeling Limited besutan sutradara nyeleneh Wes Anderson. Gambaran yang melekat erat di benak saya, yang akhirnya membawa saya ke sana.

Jakarta-KL-Kolkata-Darjeeling-Sikkim-Bagdogra-Kolkata-KL-Jakarta. Beginilah rute perjalanan yang harus saya dan kawan saya tempuh. Panjang memang, tapi hanya itu cara untuk mencapai Sikkim. Tak ada penerbangan langsung dari Jakarta maupun Kuala Lumpur.

Awalnya, kami merencanakan langsung terbang ke Sikkim dengan menggunakan maskapai lokal: Air India, Jet Air, Indigo, atau apapun yang murah. Namun harga yang tiba-tiba membubung tinggi membuat kami urung. Salah seorang teman saya yang berkali-kali ke India menyarankan cara lain: naik kereta. Asyiiik…!!

Baca Juga: India Trip: Welcome to India

Bagian depan Stasiun Saeldah

Stasiun yang Riweh dan Luas

Stasiun Saeldah adalah tempat kereta Darjeeling Mail yang saya naiki akan bertolak. Dari depan, tampak sudah keriwuhan stasiun berwarna hijau-putih-oranye itu. Seng-seng yang menutupi area pembangunan subway yang menimbulkan debu, serta sampah yang mengunung di sisi kiri stasiun, jadi penyambut kami. Belum lagi belasan gelandangan dan pengemis yang tidur dengan santainya di lantai stasiun yang kotor.

Kami bingung. Tak ada petugas informasi yang bisa ditanyai. Yang ada di kotak informasi di depan stasiun hanya bapak-bapak bertubuh gempal yang sepertinya hanya numpang menunggu di sana. Untung, bapak itu mengerti di mana letak kereta kami. “Nine A or B”, katanya. Saya langsung takjub. Peronnya sampai sembilan? Luar biasa!

Kami bergegas ke peron yang disebutkan, setelah sebelumnya tentu saja tersasar ke peron sebelahnya. Di tengah lautan manusia bersari yang hilir mudik, atau duduk menunggu kereta datang, kami kembali bingung. Naek gerbong yang mana? Sms yang menyatakan tiket kami confirmed memang sudah di tangan, tapi nomer gerbong dan tempat duduk belum kami ketahui.

Suasana di peron. Sumber: flickr.com

Dari beberapa blog yang saya baca, untuk mengetahui tempat duduk, kami harus membacanya di papan pengumuman yang ada di peron. Kami mencari papan itu seperti anak smp mencari pengumuman kelulusan. Ternyata, peraturannya sudah berubah. Tak perlu lagi mencari nama di peron seperti mencari nama di pengumuman kelulusan. Kami hanya perlu menanyakannya ke loket inquiry yang ada di sisi kiri stasiun. Ufff….

“Train H-1, berth B,” kata si bapak petugas loket inquiry. “B or G?” tanya saya lagi karena tulisan yang tertera di kertas yang ia berikan tak seperti B. “B”, katanya dengan yakin.


Peronnya Panjaaaang

Kami kembali lagi ke peron 9A. Bukan pekerjaan mudah, karena peron di sini begitu panjangnya. Ya, tak seperti peron di Jakarta, peron Saeldah ini sangat panjang, dua kali panjang dibanding stasiun jakarta kota. Panjang yang luar biasa ini sepertinya untuk mengakomodir keretanya yang juga panjang.

Berbeda dengan bagian depan stasiun, bagian peron tak sepenuh yang saya bayangkan. Awalnya saya pikir, peron di sini akan lebih penuh dari peron stasiun tanah abang saat kereta telat: sesak dan semuanya berdiri dengan rapat. Mungkin karena kereta kami belum datang.

Saya hanya melihat para pekerja yang sibuk mengatur tumpukan kardus barang yang akan dikirimkan via kereta. Ada juga penumpang-penumpang yang sudah duduk menunggu, di bangku, di lantai; yang walaupun tak banyak, tak menyisakan tempat duduk untuk kami.

Sambil berjalan mencari tempat duduk kosong, kami mengintip kereta lain di peron 9B. Kereta yang juga berwarna biru dan sangaaat panjang. Tiga gerbong pertama adalah gerbong barang; pantas saja banyak kardus di peron. Beberapa gerbong selanjutnya adalah gerbong kelas dua. Bangku-bangku keras berwarna biru berhadap-hadapan yang agak kotor terlihat di sana.

Lima gerbong selanjutnya adalah sleeper. Awalnya kami mau membeli ini, karena kami mengira inilah yang kami cari. Tapi setelah melihat harganya yang kelewat murah (75ribu saja), saya jadi curiga. Saya segera mencari gambar gerbong ini. Untung saja kami tak jadi menggunakan ini. Gerbong sleeper tampak tak terawat, dengan bangku biru panjang bertingkat-tingkat. Padat. Tak ada pembatas antara tempat tidur tersebut. Saya sebenarnya tipe yang cuek, tapi rasanya saya tak akan bisa tidur di sana. ;((

Saya lupa gerbong apa selanjutnya karena kawan saya sudah menemukan tempat untuk duduk. Yang jelas, masih banyak lagi gerbong yang tersisa di belakang sana.


Kereta Legendaris Langganan Pejabat

Sepuluh menit sebelum pukul 22.00, Darjeeling Mail, kereta yang akan kami naiki, datang. Kereta ini katanya adalah kereta legendaris yang telah ada sejak zaman pendudukan Inggris. Kereta ini konon digunakan oleh para tamu VIP dan pejabat. Pantas saja, Wes Anderson menjadikan kereta ini sebagai bagian dari setting filmnya.

Gerbong first class AC ini hanya ada satu. Begitu masuk, ada lorong panjang berwarna putih  gading, selebar satu orang. Di kanannya ada 8 pintu kompartemen yang tertutup rapat.Kami bergegas masuk ke kompartemen kami, kompartemen B, seperti yang dikatakan bapak di loket inquiry tadi.

Mejeng di depan kereta.

Begitu membuka pintu kompartemen B, saya jadi kembali teringat film Darjeeling Limited. Beda ternyata. Yang nyata ini lebih modern, tak eksotis seperti di film. Ada 4 buah tempat tidur berwarna merah di sana. Bertingkat dua, saling berhadapan. Di tengahnya ada sebuah meja.Di sisi kiri dekat pintu, ada lemari kecil untuk menggantung baju. Nyaman dan bersih.

Tak ada AC di dalam kompartemen, walaupun kami membeli tiket AC first class, yang sejatinya didinginkan oleh AC. Hanya ada 2 buah kipas angin yang menyala dengan kencangnya.

Bagian dalam kompartemen. Senderan kursi di berth bawah bisa dibuka dan dijadikan tempat tidur.

“Yah, 4 berth ya ternyata. Gw pikir dua, jadi gw pesennya upper ama lower,” tukas saya kepada kawan saya.

Lower berth alias tempat tidur di bawah memang lebih nyaman, lebih lebar dan tak terlalu dekat dengan kipas angin. Mengatur barang juga jadi mudah. Senderan kursi di berth bawah juga bisa dibuka dan dijadikan tempat tidur.

Ketulis di tiket ga, kalau enggak cuek aja ambil yang lower dua2nya,” jawab teman saya.

“Oke lah,” kata saya sambil nyengir lebar “Pura-pura bego aja, ga ngerti. Kali aja penumpang sebelah kita ga sadar kalau tempatnya kita ambil.”


Kami sudah mengatur barang kami, ketika seorang bapak setengah baya berwajah gelap berkemeja putih masuk. Dia duduk dengan cueknya di sebelah saya. Dia diam sambil membaca koran, tak bergeser hingga waktu lama. Saya melirik kawan saya, dengan tatapan yang berarti “keknya dia sadar nih ama tiketnya. Ga mau geser.”

Tapi kami tak kalah cueknya. Pura2 sibuk merapikan ini itu, hingga 5 menit kemudian datang 3 orang yang mengaku memiliki kompartemen itu. Petugas pun memeriksa tulisan tangan bapak inquiry yang diberikan pada saya di loket dan bilang. “This is G, not B.”

Sial, saya salah. Mesti rapi2 barang lagi, deh. Sebelum keluar saya sempat melihat bapak tadi, sedang tertawa lebar penuh kemenangan. Hmm…

Ternyata kompartemen G masih kosong. Kami kegirangan, apalagi waktu kereta berangkat. Yes, satu kompartemen cuma diisi dua orang. Kami sudah memanjatkan syukur, merapikan barang, melapisi kursi dengan seprai, bahkan sudah bersiap tidur dan memakai selimut.

Tapi tiba-tiba, petugas masuk dan berkata ke kawan saya, “you, up. Next stasiun, two passengers will come. They bought up and lower. Like you”

Yaaah….gagal deh dapet seisi kompartemen.


Di film Darjeeling Limited, pemandangan yang ada di balik jendela sangat indah. Itu sebabnya saya bertekad, di pagi hari, saya mesti bangun dan melongok ke luar jendela. Tapi ternyata, saya tidur dengan pulasnya, dan baru bangun ketika mendengar suara dalam bahasa India yang lumayan berisik. Pasangan di sebelah ternyata ribut soal chargeran hape yang tak mau menyala.

Huh, saya langsung keluar kompartemen. Ingin cuci muka rencananya. Kaget saya, ketika melihat di lorong dekat toilet ada beberapa orang yang berdiri, menggosok gigi sambil berdiri dan membawa gelas untuk kumur-kumur. Ada juga yang membuka pintu kereta dan sikat gigi di depan pintunya. Saya, yang terbiasa menyikat gigi di westafel atau di kamar mandi, jadi kaget. Rupanya orang sini bisa sikat gigi di mana saja!

Aha, saya ada di kereta India.

Baca Juga: Menyesap Teh di Puncak Darjeeling

India Trip: Begini Caranya Membeli Tiket Kereta di India

Banyak jalan menuju Roma. Banyak pula jalan dari Kolkata menuju Sikkim.

Yang pertama, yang paling mahal tapi cepat dan nyaman, tentu saja menggunakan pesawat terbang. Air India, Indigo dan Jet Airways adalah penerbangan-penerbangan yang melayani rute ini.

Opsi lainnya adalah menggunakan kereta. Ya, kereta. India termasuk salah satu negara yang mengandalkan transportasi kereta. Karena ingin merasakan sensasi naik kereta di India, dan mengirit biaya perjalanan yang mulai membengkak, kami mengambil opsi ini. Sayangnya membeli tiket kereta di India ternyata caranya tak mudah, walau ternyata setelah dijalani, tak terlalu susah juga.

Begini cara membeli tiket kereta di India.

1. Buka situs cleartrip.com. Situs ini melayani pembelian online semua rute kereta India. Sebenarnya, situs resmi pemerintah IRCTC (Indian Railway Catering & Tourism Corporation) juga menyediakan jasa pembelian online tiket kereta India, namun pembayarannya hanya bisa menggunakan kartu kredit American Express. Sementara situs cleartrip menerima semua jenis kartu.

2. Buat akun di situs ini terlebih dahulu, bisa dengan memasukkan email atau connect ke facebook. Saya sih menyarankan jangan connect ke facebook, lebih baik daftar via email aja.

3. Setelah buat akun, coba booking tiket kereta. Masukkan kota tujuan yang ingin dibooking. Akan keluar sederetan kereta yang bisa dipilih. Pilih aja yang sesuai waktu yang diinginkan, lalu tekan “check availability”.

Untuk menuju Sikkim, saya harus naik kereta ke New Jaipaiguri. Ada beberapa kereta yang berangkat ke sana. Kami akhirnya memilih Darjeeling Mail karena menurut info, ini kereta terbaik. Hahaha…enggak juga sih, sebenarnya kami pilih kereta ini karena cocok dengan jadwal kami. Darjeeling berangkat pukul 22.00 dan sampai jam 8 pagi, sementara kereta yang lain ada yang berangkat lebih awal, ada pula yang berangkat lebih malam.

4. Nah, ga seperti di negara lain, untuk booking kereta di India, kita harus punya akun IRCTC. Akun ini bisa  didapatkan dengan mengisi formulir yang keluar begitu tombol check availability ditekan.

5. Isi formulir yang ada. Untuk nama, mereka minta dua kata tapi tak lebih dari 13 huruf. Teman saya punya nama hanya satu kata, jadi di kata keduanya saya isi saja dengan inisialnya. Untuk nomer telepon, mereka minta nomer telepon di India. Nomer telepon ini akan digunakan untuk mengirim SMS OTP (semacam sms untuk verifikasi). Kalau punya nomer India, silakan isi. Kalau tak punya, jangan khawatir, isi saja dengan nomer telepon asal-asalan, yang penting berawalan 9 dan jumlahnya 10 angka, misalnya 9123456789. Zip kode, isi saja asal-asalan juga, toh tak akan berpengaruh.

6. Setelah register, akan ada email balasan dari care@irctc.co.id. Email pertama isinya semacam pemberitahuan kalau registrasi berhasil. Abaikan saja. Email kedua, berisi user id dan password akun, serta pernyataan soal mobile verification code yang akan dikirim via mobile phone. Ada pula link yang bisa diklik, tapi ingat yaa: “jangan klik link-nya!”.

7. Ini yang bikin ribet. Untuk “meresmikan” akun IRCTC, perlu mobile verification code. Nah, kode ini akan dikirimkan via nomer handphone yang tadi dimasukkan ke formulir. Karena nomer tadi adalah nomer asal-asalan, yang harus dilakukan adalah mengirim “email cinta” kepada IRCTC customer care (care@irctc.co.in), disertai attachment berupa scan paspor. Emailnya isinya cuap-cuap aja, minta dikirimkan SMS OTP dan Email OTP. Yang penting ada nama lengkap, tujuan, dan scan paspor yang ga lebih dari 1MB.

8. Setelah itu, mereka akan mengirimkan beberapa email lagi. Email pertama isinya soal mereka telah menerima imel kita dan akan ditindaklanjuti. Email kedua, baru deh berisi mobile verification code (SMS OTP). Biarkan saja dulu hingga menerima email ketiga dengan subject “SUCCESSFUL REGISTRATION….”. Di email ini ada Email OTP.

Berapa lama email ini didapat? Tergantung tingkat keberuntungan, sepertinya. Ada yang dapat sekitar 3 hari, ada yang dalam hitungan jam sudah dapat balasan. Saya, yang keberuntungannya di tengah-tengah saja, mendapat email ini sekitar 1 hari kemudian.

9. Lihat sampai ke bagian bawah email, hingga melihat tulisan ” in order to verify for partner website……” dan ada link. Klik link tersebut. Jika tak bisa, coba klik ini http://www.cleartrip.com/trains/irctc/account/activate. Yang perlu diingat, kode OTP ini semacam kode sekali pakai. Jadi jangan pakai untuk mengaktifkan akun di tempat lain selain di cleartrip.

Kesalahan ini yang saya alami. Karena di email pertama sudah ada link, saya mengganggap itu adalah link untuk mengaktifkan akun IRCTC. Memang benar, tapi hanya untuk akun di website resmi IRCTC. Dan, karena OTP saya sudah terpakai, saya tak bisa mengaktifkannya lagi via cleartrip. Alhasil, saya harus mengirim email ulang ke pihak IRCTC dan mengulangi proses ini dari awal. :((

10. Setelah selesai, langsung deh bisa booking kereta di India.  Oiya, pemesanan kereta ini hanya bisa dibuka di atas jam 12 waktu India. Jam 8-12, sistemnya ditutup.

11. Setelah selesai, pihak cleartrip akan mengirim imel reservasi. Jika statusnya confirmed, artinya masalah Anda beres. Tinggal tunggu hingga hari H. Tapi jika statusnya WL alias waiting list seperti saya, yang harus dilakukan adalah mengecek status setiap saat, masih single atau udah double #eh.

Gimana, ribet kan?

PS: sebelum membeli tiket kereta India ini, saya lagi-lagi berguru dari situs favorit saya: seat61