17 Tip untuk Female Solo Traveler

0608-2019-073790341487907171925-01
Gur E Amir Moseloum, Samarkand

Di tahun 2020 ini, Alhamdulillah saya telah menginjakkan kaki di 41 negara di dunia. Suatu hal yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Hampir setengah negara itu saya kunjungi sendiri, alias solo travelling. Terakhir, setahun lalu, saya solo travelling selama sebulan ke Turki, Georgia, Azerbaijan, dan Uzbekistan.

Baca juga: Tip Backpacking ke Negara Kaukasus

Kok bisa? Gimana tip solo Travelling? Itu yang selalu ditanyakan ke saya.

Jujur, awalnya saya melakukan solo travelling itu karena terpaksa. Di tahun 2008, saya dapat undangan liputan dari salah satu hotel di Macau, dan karena saya kepingin banget ke Hongkong (yang cuma perlu naik ferry dari Macau), saya nekat sendirian ke Hongkong. Dari situ lah daya ketagihan buat solo travelling.

Enak ternyata.

Kenapa Doyan Solo Travelling?

Design by: canva

Saya bukan anti jalan rame-rame. Seringkali juga saya melakukannya. Tapi solo travelling ini semacam me time buat saya. Paling nggak, setahun sekali, saya mesti melakukannya sekali.

Menurut saya nih, banyak kelebihan solo travelling dibanding jalan sendirian.

1. Saya bebas banget nentuin jadwal perjalanan saya.

Ga mesti kompromi dengan teman perjalanan. Mau diam lama di satu tempat, bisa. Mau ganti destinasi di menit-menit terakhir, juga suka-suka saya.

Misalnya aja waktu saya solo travelling ke Eropa Timur tiga tahun lalu. Saya memutuskan ganti destinasi dari tadinya mau menjelajah Jerman dulu sebelum ke Eropa TImur, ganti menjadi menuju Barcelona demi melihat Sagrada Familia. Kalau ramean, mana mungkin keputusannya secepat itu.

2. Melatih saya untuk berkomunikasi dengan orang yang baru saya temui.

Dulu saya suka malas ngobrol sama orang lain apalagi yang baru kenal. Setelah solo travelling, saya lebih terbuka dan gampang ngobrol dengan orang baru.

3. Melatih mandiri pastinya dan ngelatih rasa percaya diri.

saat solo travelling, mau ga mau semua harus dikerjain sendiri. Jadi terbiasa ga bergantung pada orang lain.

4. Melatih buat mengambil keputusan dengan cepat.

Katanya, perusahaan di luar negeri ada yang minta riwayat solo travelling seseorang ketika melamar kerja lho, karena katanya yang bisa solo travelling adalah orang yang bisa jadi karakter kuat. Katanyaa…

5. Lebih fokus terhadap destinasi, dan kesempatan ketemu orang lokal lebih besar.

Kalau jalan rame-rame kan biasanya asik sendiri dengan grup, jadi ga berusaha interaksi dengan orang lokal. Kalau solo travelling, mau ga mau interaksi dengan orang lokal.

Ga Enaknya saat Solo Travelling

Ga enaknya saat solo travelling Juga ada pastinya.

1.  Ga ada yang motoin.

Walau pake tripod, susah juga kadang-kadang. Kalau ada teman bisa diminta tolong untuk foto berbagai angle, walaupun belum tentu hasilnya lebih bagus dari pake tripod sih…

2. Kekurangan lainnya adalah, ga bisa curhat kalau ada sesuatu hal yang bikin bete.

Dan kalau ada hal yang krusial, mesti dipecahin dan dipikirin sendiri. Seperti misalnya (amit-amit) ketinggalan pesawat. Kalau ada temen, kan bisa nangis bareng, kalau sendiri ya mesti nangis sendiri.

3. Yang paling sedih kalau ke tempat romantis.

Gimanaa gitu liat orang gandengan tangan, sementara saya cuma gandengan tas.

4. Kadang lebih mahal karena nggak bisa share cost.

Misalnya nih, saat saya ke Uzbekistan. Dari bandara ke tengah kota ga ada angkutan publik, mau ga mau naik taksi. Nah, karena sendirian, biaya taksi mesti saya tanggung sendiri. Beda kalau saya jalan berdua, ongkos taksi bisa dibagi dua.

Banyak pengalaman menyenangkan yang saya temui selama solo travelling, antara lain selalu dapat teman baru dari berbagai negara. Nah, agar gampang ketemu temen baru, saya senengnya nginep di dormitori yang satu kamar beramai-ramai, bukan kamar privat. Buat irit juga sih karena kamar privat harganya jauh lebih mahal.

Baca Juga: Solo Backpakcing ke Azerbaijan: Ditolak Cewek Ukraina di Penginapan

Saat solo travelling, alhamdulillah saya juga sering mendapat bantuan dari orang yang baru saya kenal. Di Hongkong misalnya, saya ditraktir makan oleh TKW dan di Macau saya diajak ke markas mereka yang rahasia (karena byk TKW ilegalnya). Deg-degan abis, takut saya ikutan ketangkep karena lagi banyak razia saat itu. Di Uzbekistan, sering dapat makanan gratis dari para pedagang di pasar. Banyak serunya.

Baca Juga: Wisata ke Macau: Masuk ke Markas TKW

Tip Solo Travelling

Tentu aja, saat solo Travelling, saya melakukan beberapa persiapan. Ini yang sebaiknya dilakukan:

1. Bikin itenerary sebaik mungkin.

Apalagi kalau baru awal-awal solo travelling. Bikin yang rinci, sampai ke biayanya. Ini yang ideal banget.

Sekarang ini, saya masih bikin itenerary walau ga detail banget. Itenerary saya sekarang ini biasanya  hanya berupa rincian kota mana yang saya tuju, naik apa ke sana, naik apa ke penginapan. Tujuan wisata di kota itu biasanya baru saya cari setibanya di penginapan, atau saat menunggu di airport.

2. Survey.

Cari tahu peraturan dasar di negara itu, terutama menyangkut traveler.

Misalnya, di Uzbekistan harus menginap di penginapan karena akan ditanyakan ketika keluar, atau misalnya di Jepang akan ada badai sehingga ada kemungkinan kereta dicancel, atau di Singapura nggak boleh lagi menginap di Airbnb karena dianggap ilegal dan bisa kena denda, dsb.

3. Install aplikasi yang membantu.

Biasanya saya pakai:
–  Google map dan movit buat nyari jalan
– Google translator buat nanya-nanya kalau datang ke negara yang bahasanya bukan Inggris
– Rome2rio untuk cari rute transportasi antarkota
– Beberapa aplikasi lokal di negara itu seperti naver map di korea, bus tracker di taiwan, dsb.
– Saya juga install aplikasi taksi online di negara itu, jaga-jaga kalau butuh taksi.

Baca juga: 8 Aplikasi yang Penting Saat Wisata ke Turki

4. Gugling kemungkinan scam/penipuan di destinasi tujuan.

Bisa liat di blog orang, atau di travelscam.org. Banyak scam di mana-mana.

Misalnya di Bangkok, seringnya ada supir tuk-tuk yang bilang Grand Palace tutup lalu diajak keliling naik tuk-tuk dan dipaksa beli barang di sebuah toko. Atau di Vietnam, penjual buah dengan ramahnya ngasih keranjangnya buat foto, dan kemudian si turis disuruh bayar mahal.

Atau di Paris ada scam pura-pura minta tandatangan dan akhirnya nyopet. Di Praha, ada penjual lukisan palsu yang pura-pura lukisannya terinjak turis dan minta ganti dengan harga mahal.

5. Install aplikasi safe travel dari kemenlu.

Di situ ada nomer telp penting yang bisa dihubungi. Oiya, catet juga nomer kbri/konsulat yang bisa dihubungi.

6. Beli SIM Card

Sekarang ini udah banyak banget sim card dan mifi yang bisa ngebantu biar ga nyasar dan gampang nyari informasi.

Bisa dibeli di indonesia (di tokopedia, klook.id, dsb) atau di negara tujuan. Harganya biasanya lebih murah beli di negara tujuan, tapi butuh waktu lagi untuk pasang-pasang di hape.

7. Tetap Waspada

Untuk keamanan, terutama cewe, jangan langsung mengiyakan ajakan jalan bareng dari orang yang baru dikenal di jalan. Apalagi di negara yang terkenal perayu maut kayak di Turki dan Kashmir, India.

Tapi jangan juga menutup kemungkinan untuk kenalan traveler baru. Pake feeling aja.

8. Sederhana

Jangan pake baju yang terlalu mencolok. Low profile aja. Kita kan mau jalan-jalan, bukan mau fashion show.

9. Jaga Uang

Simpen uang dan paspor di money belt (bisa gugling kayak apa bentuknya). Dan pisahin ke beberapa tempat.

10. Scan semua dokumen penting

Dokumen yang harus discan: paspor, akte, kartu keluarga, kartu nama, pas foto, dan taro di email. Ini buat antisipasi kalau (amit-amit) paspor hilang.

Baca Juga: Saat Kehilangan Paspor di Luar Negeri

11. Saya tergabung dalam couchsurfing. Dulunya sih suka nebeng nginep di rumah mereka, namun sekarang ini lebih milih buat ketemuan aja. Paling nggak, ada orang lokal yang saya kenal di sana.

12. Walaupun negaranya aman, saya menghindari pulang terlalu malam lewat jalan sepi. Kecuali ada teman yang terpercaya.

13. Cari temen di hostel. Jangan ragu buat nyapa, sok akrab aja. Tawarin cemilan dari Indonesia (saya seringnya nawarin Indomie) Kalau kayaknya cocok, ajak jalan bareng. Lumayan kaan ada yang motoin dan share ongkos.

14. Ngobrol ama orang lokal. Saya sering dapet insight lokasi oke dari orang lokal. Misalnya di Bukhara Uzbekistan, saya tau ada pasar lokal yang murah banget gara-gara dikasih tau orang lokal. Orang lokal biasanya juga lebih tau restoran murah tapi enak. Tapi tetep ya, waspada selalu.

15. Pernah berasa kesepian? Pernah banget, apalagi kalau perjalanannya panjang, lebih dari tiga minggu. Kalau begini biasanya saya ga keliling, saya diem aja di satu tempat sampe mood balik.

16. Ga bisa bahasa Inggris? Ga masalah. Saya pernah ketemu traveler cewek dari Jepang yang udah keliling 30 negara Asia. Dan dia sama sekali ga bisa bahasa Inggris! Dia cuma mengandalkan google translate.

17. Takut nyasar? Nyasar malah seru lho, malah kadang bisa ketemu hal baru yang ga terduga. Kayak waktu di Lisse, Belanda. Saya salah naik sepeda. Alhasil saya nyasar ke area perumahan dan malah nemu ladang tulip yang bagus. Lagipula sekarang udah ada mifi, jadi soal nyasar bisa diantisipasi.

Baca Juga: Solo Travelling ke Uzbekistan: Cinta dalam Sepotong Roti dan Segelas Ceri

Comments

  1. emang kalo solo traveling ngeri2 sedep. tapi aku lebih suka solo traveling karena suka2 kita meski ada sudah ada jadwal. terakhir solo traveling ke korsel yang ada malah janjian keliling seoul sama orang indo yang lagi liburan juga meski beda hostel kita bisa janjian di subway station.

    kalo nyasar alhamdulillah engg pernah krn ngandelin gmaps dan warga lokal. apalagi pas solo travelling ke langkawi orang2 nya super duper ramah2 banget disana.

    Gusti aku pengen travelling lagi…

    after covid reda pengen ke chiang mai sepertinya seru pas baca blog nya.

  2. Aku? Solo traveling? Oh no..no.. bisa nangis di pojokan kamar hahahaha 😀 Makanya salut banget sama Mbak Rahma ini ke mana2 percaya diri nih uwooooowww….. keren!

    1. Wkwk, aku pernah berasa sedih kok pas solo travelling. Tapi bantaran doang, abis itu cari cara buat balikin mood lagi.

  3. Sya pertama solo traveling ke SG th 2017, ya walaupun itu cuman SG tapi rasanya tetap was-was kalau pertama kali. Benar mbak, yang paling menyesakkan kalau solo traveling itu adalah kesasar, saya pernah salah naik bus, malah menjauh dari lokasi yang sya tuju, padahal sudah malam sekali. Lalu sya akhirnya turun di halte random, dan tanya orang-orang di halte tersebut, baru deh disarankan untuk naik MRT saja. Hahahah…

    Semoga covid segera berlalu, sehingga bisa traveling lagi..

    1. Seru tapinya kan nyasar. Walau deg-degan.

      Kalau sekarang ini nyasar aku pasrah aja, asal bukan saat mau ke bandara atau stasiun. Takut ketinggalan pesawat, kereta atau bus. Dan bukan malem-malem, ngeri sedap kalau malem nyasar.

  4. Hooh, walaupun aku pake kamera yang bisa diliat dan diremote dari hape, tetep aja anglenya ga sebanyak dan sebagus kalau ada yg fotoin ya

  5. Gaenaknya solo traveling yang paling ngganggu adalah ga ada yang fotoin sih kalau buat saya :”))

    Btw keren bangeet sih mbaaa uda pernah solo traveling ketempat yang jauh jauh gituuuu

  6. Kak, aku ikutan miris baca bagian gak enaknya solo traveling nomor 3 wkwkwkw. Tapi ya tetep aja, solo traveling tuh seru, sih. Aku baru coba sekali dan pengin coba lagi. Nanti ah pas kelar COVID-19, cuss ke tempat-tempat baru lainnya 😀

      1. Mbak umurnya bukannya sekitar 30-40 tahunan kah? Baru tau aku mbak masih jomblo hehe… Keep on travelling!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!