Transit 19 Jam di Muscat: Al Qaboos dan Hadiah Tiga Buah Buku

IMG_20190602_101446-01

Salah satu tujuan utama saya di Muscat adalah Masjid Al Qaboos. Masjid kebanggaan Oman ini dibangun oleh Sultan Al Qaboos dengan uangnya sendiri. Makanya masjid ini dinamakan sesuai nama si sultan Konon, butuh waktu 6 tahun 4 bulan untuk membangunnya karena materialnya impor. Seluruh dinding dan lantainya dibuat dari batu pualam India berwarna putih.

Halaman depannya dihiasi deretan taman, yang sayangnya saat saya datang, sebagian taman sedang diperbaiki.

Bagian dalamnya juga tak kalah indah. Karpet Iran melapisi seluruh lantainya. Di langit-langit tergantung chandelier, yang kata penjaganya, merupakan chandelier terbesar di dunia.

2019_0708_08514400-01


2019_0708_08522200-01.jpeg

Baca Juga: Transit 19 Jam di Muscat Oman: Menikmati Free Hotel dari Oman Air

Karena di area luar masjid luar biasa panas (38 derajat dan saya ga bisa minum karena bulan puasa!), saya ngadem di dalam masjid. Tapi penjaga masjid malah menyuruh saya ke Islamic Center. Katanya “daripada ngadem di sini, mending di sana bisa dapet buku dan hadiah”. Denger kata buku gratis langsung saya meluncur ke sana segera.

Islamic Center Al Qaboos dibagi dua section: woman and man. Jika datang bareng keluarga akan diarahkan ke man section, sementara kalau wanita sendirian kayak saya akan diarahkan ke woman section.

Di woman section ada beberapa orang wanita berpakaian serba hitam. Yang satu berkaca mata usia 50 tahunan, satu wanita keturunan india, satu lagi wanita muda yang cantik. Semuanya bisa berbahasa Inggris dengan fasih.

Ya, mereka semua mesti berbahasa Inggris karena Islamic Center ini adalah tempat pengenalan agama Islam. Turis muslim dan non muslim bisa masuk dan berdiskusi di sini. Saat saya datang, ada seorang turis yang saya ga tau dari mana asalnya, yang sedang bertanya soal Islam dan kemudian diskusi tersebut diakhiri dengan pemberian al quraan yang sudah ada terjemahannya dalam bahasa Inggris.

Bule kedua datang dengan anaknya. Dari spanyol dan mau tahu soal Islam. Si ibu kacamata lalu ngasih mereka buku: Islam and Christiany as Seen in The Bible.

Saya jadi iri. Saya lirik deretan buku di rak. Di sana banyak buku tentang Islam dalam beberapa bahasa. Melihat lirikan saya, dan muka mupeng saya sepertinya, ibu berkacamata menyuruh saya membaca-baca, dan mengambil buku yang saya suka untuk dibawa pulang.

Saya ambil tiga buku: buku yang sama dengan bule Spanyol tadi, buku karangan Zakir Naik: The Concept of God in Major Religion, dan The Quran and Modern Science. Sebenernya pengan ambil beberapa buku lagi, tapi kok kesannya maruk banget.

Sambil ngadem, saya ngobrol sebentar dengan mereka. (Baca: mereka nanya, saya jawab). Mereka antusias banget nanya ketika tau saya dari Indonesia, karena menurut mereka “wow you come from country that have biggest islamic population in the world”.

Sebenernya obrolannya seru, tapi berhubung saya mesti check out dari hotel dan balik ke bandara, terpaksa mesti keluar dari masjid itu.

Saya janji akan balik ke sana ketika transit kedua kali di Muscat. Dan mereka bilang akan nyediain makanan khas Oman, kurma, dan air zam-zam. Tapi ternyata, diare menghadang saya sehingga saya mesti ngendon di bandara Muscat selama 19 jam.

Ga jodoh namanya…


Cara menuju Al Qaboos:

– Dari bandara, naik bus jurusan merah Ruwi. Harga 1 riyal. Turun di halte Al Qaboos (Grand Moqsue). Lalu jalan sekitar 700m.

– Kalau terpaksa naik taksi, gunakan aplikasi Otaxi. Harganya sepertiga dari harga taksi biasa.

Comments

  1. masjid ini keren!
    dan hampir rata2 masjid disana emang keren!
    di banda Aceh ada masjid Oman juga. sebuah masjid yang dibangun oleh negara oman sebagai bentuk toleransi tsunami

  2. MasyaAllah kak masjidnya megah dan indah banget yah. Ngambil fotonya pun bagus banget jadi sangat-sangat menggambarkan keindahan disana. Semoga kelak saya bisa kesan yaa kak, Aamiin

  3. Masya Allah. Ternyata, gak cuma masjidnya aja yang indah. Islamic centre-nya juga mengagumkan. Semoga aja semua islamic centre di manapun bisa begini. Biar mencerminkan kalau Islam memang agama yang ramah

  4. Dibangunnya pakai dana pribadi? MasyaAllah, keren sekali sultannya. Masjidnya emang megaaaahhh bangeeettt. Sering lihat foto masjid ini. Tapi baru tahu kalau non muslim pun boleh masuk. Jadi sarana dakwah juga untuk mereka yang ingin tahu tentang Islam ya.

  5. Mbak, pasti seneng banget ya di Masjid dengan arsitektur megah begini, ditambah bisa ngadem dan dapat buku di Islamic Center. Waktu transit 19 jam tapi cuma di satu tempat, berarti mbak menikmati banget destinasinya. Jadi penasaran nih.

  6. Masjidnya megaaahhh banget! Pualam putih, kandelar terbesar, pantas butuh waktu lebih dari 6 tahun untuk dibangun.

    Wew, 700 meter di tengah cuaca yang terik lumayan sih, kayaknya baiknya pagi-pagi ya.

  7. Wah baik sekali mereka bagi2 buku. Bebas pilih pula. Dan Islamic center seperti ini jadi perwakilan Islam yg baik & ramah kepada semua orang. Bagus banget Mesjidnya

  8. Wah, batu pualamnya dari India ya masjid ini dan candelier-nya terbesar di dunia ck..ck..ck. Ga nyangka ternyata di sini non muslim pun boleh masuk bahkan berdiskusi tentang Islam. Apalagi orang2nya fasih berbahasa Inggris. Lagi berpuasa ya mbak Rahma jadi ga minum di siang puanasnya nampwol hehehe. Tapi happy ya dapat hadiah tiga buku gratis sebagai kenang2an. Ga kebayang rasanya 19 jam di Muscat pasti ga akan terlupakan 🙂 Nice story.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!