Begini Ternyata Rasanya Nonton Bola di Kandang Arsenal

Tube yang kami naiki dari Westminster menuju Arsenal Tube Station, stasiun yang terdekat dengan Emirates Stadium, ternyata sudah penuh oleh ratusan manusia berkaos merah bertuliskan “Fly Emirates” di depannya. Kebanyakan adalah laki-laki muda, walaupun ada pula segelintir wanita dan anak-anak usia sekolah. Tujuan kami semua sama hari itu, menonton pertandingan Arsenal melawan Blackburn Rovers yang diadakan di stadion kebanggaan para The Gooners.

Di depan stasiun, keadaan tak jauh berbeda, penuh dengan lautan The Gooners. Mereka mengobrol, membeli makanan, bir, minuman soda, serta syal dan scarf bergambar dua senjata, lambang Arsenal.  Tak beda dengan di Indonesia ternyata, banyak juga pedagang kaki lima di sana. Mereka memenuhi trotoar dari stasiun hingga ke pintu gerbang stadion.

P1260103
Pedagang kaki lima

Pertandingan dimulai jam 17.30. Langit masih sangat terang karena saat itu sudah bulan Maret, sudah masuk musim semi. Jam 17.00, setengah jam sebelum pertandingan sudah ada pengumuman yang meminta para penonton untuk masuk ke dalam stadion. Saya dan Keshie melirik tiket, memastikan di mana kami harus masuk. Emirates Stadium ini terdiri dari 4 section dan tiap section memiliki belasan pintu.  Ada 4 tier dan tiap tier punya ratusan block. Membuat kami bingung.

Arsenal Stadium memang stadion yang cukup besar. Kapasitasnya sekitar 60.361 kursi dan merupakan stadion terbesar keempat di Inggris. Selain lapangan pertandingan, di sini juga terdapat museum, toko dan kafe. Akhirnya setelah nyasar masuk toko (dan beli barang diskon), kami sampai juga di tempat pintu masuk. Penjaga  bertubuh besar memberi kode ke kami untuk menscan tiket kami ke pintu masuk, agar gerbang di depan kami terbuka.

Ia juga menjelaskan di mana kami mesti duduk. Rupanya kami mendapat tempat duduk di sisi kiri gawang. Saya, yang belum pernah masuk ke stadion bola selain Senayan, langsung kegirangan karenanya.

Kami mendapat tempat duduk di tengah, tak terlalu atas. Tapi juga tak di bawah. Dari tempat duduk kami ini, pemain tak terlihat jelas. Apalagi kami berdua sejatinya bukan penggemar liga inggris sehingga tak tahu siapa saja yang berlaga di sana. Untung ada papan score besar yang menzoom wajah-wajah dan nama pemain sepanjang pertandingan.

P1260120.JPG
Keshie, travelmate yang bareng ke London

P1260109.JPG

P1260111.JPG
Cafe dan restoran di lantai 2

Pertandingan berjalan alot. Tak ada gol yang tercipta di babak pertama. Namun semua orang di tempat saya tetap duduk tenang sepanjang pertandingan. Tak ada yang berusaha berdiri, apalagi menaikkan kaki di kursi. Mereka hanya sesekali berdiri berteriak ketika pemain arsenal nyaris membobol gawang Blackburn Rovers. Saya melihat sekeliling, di tribun lain terlihat sama. Yang atraktif hanya di tribun sebelah kiri, yang mungkin terdiri dari para hooligan yang fanatik.

Ketika turun minum, sebagian besar penonton keluar, menuju ke kafe yang ada di lantai 2 Emirates Stadium. (Ya, ada banyak cafe dan restoran di lt 2). Tapi saya, bersikeras tetap di tempat karena saya penasaran apa sebenarnya yang terjadi di lapangan saat istirahat. Ternyata, begitu para pemain masuk ke ruang ganti, petugas menyerbu lapangan, merapikan kembali rumput-rumput di tengah lapangan yang tercopot saat permainan. Lalu setelah itu, sprinkler otomatis menyirami seluruh lapangan. Di dekat gawang, para pemain cadangan berlatih. Di sudut lain, Gunnersaurus Rex, mascot Arsenal berbentuk T-rex beratraksi sambal mengajak para penonton menyanyikan mars Arsenal.

Suara speaker dari komentator kemudian berbunyi, layar skor di ujung kiri kemudian menyala, menyoroti gambar seorang yang ternyata memenangkan hadiah malam itu: sebuah jersey bertanda tangan pemain Arsenal. Penonton bersorak-sorai.

Tak lama, suara teriakan penonton terdengar makin riuh. Rupanya para pemain Arsenal sudah kembali ke tengah lapangan untuk melanjutkan 30 menit sisa permainan.

P1260145.JPG
Rumputnya disiram lagi saat istirahat

Dukungan dari penonton rupanya tak cukup untuk membuat gol. Kedudukan hingga wasit meniupkan peluit panjangnya tak berubah: 0-0. Penonton di kanan kiri saya berteriak kecewa, katanya karena skor itu, Arsenal tak bisa menjadi juara musim itu. Rupanya, di saat yang sama, pesaing terberat saat itu, Manchester United memenangkan pertandingan dan berhasil menyabet trophy juara liga musim itu.

Saya mengajak kawan saya lekas pulang. Kekalahan Arsenal membuat saya takut kalau nanti terjadi kerusuhan seperti halnya yang sering saya lihat saat pertandingan di Indonesia. Namun rupanya, yang terjadi sebaliknya. Seluruh penonton memang kecewa, namun mereka tetap pulang dengan tenang dan akrab, seperti tak terjadi apa-apa. Yel-yel tetap berkumandang sepanjang jalan. Bahkan mereka tetap mengantri dengan  tertib di depan stasiun, walaupun antriannya sudah sepanjang 3km. Luar biasa!

Baca Juga: 7 Atraksi Menarik dan Gratis di London

 

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!