India, Aman Ga Sih? Aman, Asal…

Ini yang kerap ditanyakan kepada saya, dan juga seringkali saya tanyakan, ketika akan berkunjung ke negeri asal Sakhrukh Khan ini.

Jujur, saya bingung menjawabnya. Saya pergi ke arah India Utara, Sikkim dan Darjeeling, daerah pegunungan yang relatif bersih dan aman. Saya hanya mampir sebentar di Kolkata, daerah yang asli India.

Satu hari setengah di Kolkata membuat saya mengambil kesimpulan ini: India aman asal….

Asal bersama teman lelaki

Ya, saya baru berani ke India bersama kawan saya. Saya tak berani menginjakkan kaki di sana jika hanya bersama kawan wanita saya, apalagi seorang diri.

Ada kejadian begini: saya sedang asyik memfoto sehingga tertinggal di belakang kawan saya. Tak jauh, hanya sekitar 5m. Tapi kemudian, ada seorang laki-laki yang mendekati saya, lalu mengatakan “Hey, I love you”. Saya langsung lari mendekat ke teman saya, tak berani lagi berada jauh darinya.

Kejadian lainnya, saya dan kawan saya iseng mencari oleh-oleh di salah satu pasar terbesar di Kolkata. Saya berjalan di sebelah kawan saya. Benar-benar di sebelahnya. Tapi kemudian, tangan saya ditarik oleh seorang pemuda yang duduk di depan toko. Ketika saya melirik marah ke arah dia, dia malah tersenyum. Senyum nakal.

Asal pilih makanan di toko

Kolkata bak Jakarta, di mana-mana ada pedagang kaki lima menajajakan makanan. Walau lapar, saya menahan diri. Kawan saya yang bolak-balik India pernah berpesan: jangan sentuh makanan kaki lima kalau tak mau kena diare dan hepatitis seperti dia.

Jelas saya menuruti nasehatnya. Di Kolkata saya hanya makan di restoran dan membeli kue di toko. Walau sekali membeli es kelapa di pedagang tua di pinggir jalan. Di Sikkim dan Darjeeling, baru saya berani menyantap makanan di mana-mana. Di pasar, di pinggir jalan, di toko, di restoran, saya santap semua.

Perut saya baik-baik saja, kok.

Jadi, kenapa mesti takut ke India?

Comments

  1. Jadi keinget kisah eksekutif kantor saya yg berasal dr india, dia cerita, kehidupan di india sangat keras, jauh lebih keras dibandingkan indonesia. Sebagai contoh, utk urusan makanan, memang india lebih bnyk memiliki menu variant makanan, tapi mayoritas makanan india itu, lebih kearah spicy & bumbu-bumbunya sangat kuat. Atasan saya itu, mengaku, walaupun dia org india & dibesarkan dgn kehidupan selayaknya org india, tapi malah gak cocok sama makanan khas / asli india, karna lambungnya yg lemah. Bahkan dia pernah diomeli sama ibunya, karna susah makan , karna masakan ibunya yg cenderung spicy & strong, yah, khas masakan india pada umumnya, walaupun begitu, ibunya terkadang membuat menu makanan khusus utk dia, karna diantara keluarganya, cuman dia yg lambungnya lemah

    Apalagi, walaupun dia india, tapi keluarganya seorang muslim, susah nyari makanan halal disana, apalagi terkadang, kaum ekstrimis hindu / konservatif hindu, terkadang juga rasis terhadap kaum muslim, apalagi klo yg awalnya dari kasta bawah & kemudian penganut muslim, wah, berat kata dia. Double minoritas dah. Soal pekerjaan pun, sangat susah nyari di india, apalagi utk lulusan sarjana (S1) / master (S2) bidang IT, sangat bejibun disana, hny yg benar-benar “ahli” & “sangat berkompeten” yg bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan india, ya karna disana sangat surplus lulusan IT, jadinya, perusahaan sana, sangat ketat dlm menjaring para lulusan IT. Makanya ada anekdot di kalangan org india, “org india jiwanya IT, karna bnyk enginner IT berasal dr sana” , “sementara utk badannya, org chinnese lah ahlinya, karna utk hardware komputer, chinna lah ahlinya”

  2. Jangan parno gitu, Anila. Tetep pergi aja, asal tetep waspada. Di semua negara, termasuk Indonesia, pasti ada orang yang jahat.

  3. Ada juga solo traveler cewek yang jalan sendirian dan aman-aman aja. Tapi kalau menurut saya, mending bareng temen cowok deh…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!