Backpacker ke Penang (part 2): Bukit Bendera yang Tak Berkibar

Salah satu tujuan wisata di Penang adalah Bukit Bendera. Tapi ternyata, buat saya, bukit bendera ini tak seindah yang digembar-gemborkan.

Sebenarnya, saya sampai di Penang sore hari. Rencananya setelah check-in di Tune Hostel Penang dan ngaso sebentar, saya akan pergi ke menjelajah sebagian Georgetown, lalu menuju Gourney Drive untuk menikmati kuliner khas Penang.

Tapi, rencana hanya tinggal rencana. Hujan turun dengan semena-mena, menyisakan saya yang hanya bisa bengong di dalam kamar. Alhasil, sore hingga malam hari, saya hanya bisa memandangi pet shop yang terlihat dari jendela kamar, plus makan nasi goreng Thailand yang saya beli dari warung di sebelah hotel. Nasib!!

Untung, esok hari langit amat bersahabat. Pagi-pagi saya langsung balas dendam. Saya langsung berangkat ke Bukit Bendera, yang katanya salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Penang. Katanya….

Dari Komtar, saya naik bus Rapid Penang No 204 menuju Bukit Bendera. Tiketnya seharga 2.7RM dengan waktu tempuh sekitar 40 menit. Dari mana saya tau rute ini? Dari bertanya. Hehehe…saya sebenarnya tidak mempersiapkan itenerary dan informasi apapun ketika ke sini. Saya bahkan tidak browsing-browsing tentang Penang, seperti yang seharusnya saya lakukan. Pokoknya prinsip saya, kali ini tripnya mengalir saja, informasinya saya akan gunakan GPS alias Gunakan Penduduk Setempat saja. Kalau nyasar, ya sudahlah…

P1140063
papan petujuk LED di Komtar

Komtar Bus Stasion terletak di kolong Kompleks Komtar. Ada beberapa line bus di sana, dan bagusnya, ada papan LED besar berisi petunjuk bus yang dicari berada di line berapa dan akan berapa lama lagi sampai di Komtar. Tapi, LED ini rasanya tak berbeda jauh dengan LED di halte transjakarta yang suka PHP alias pemberi harapan palsu. Kalau lihat di LED, bus 204 seharusnya sampai di Komtar dalam waktu 3 menit, tapi 3×5 menit menunggu, bus yang dinanti baru tiba.

Seperti bus-bus lainnya di Malaysia, bus Rapid Penang ini cukup baik kondisinya. Bus ber-AC yang lega dengan jendela-jendela besar yang bersih sehingga bisa melihat ke luar dengan jelas. Untuk membayarnya, cukup sebutkan tujuan, lalu masukkan uang pas ke kotak khusus. Mesti uang pas, karena si kotak tak bisa memberikan kembalian. Ada 4 tarif, RM1,4; RM2; RM2,7; dan RM3,4 tergantung jarak tujuan. Makin jauh, makin mahal tarifnya.

Baca Juga: Backpacker ke Penang (part 4): Menjelajah George town dengan Bus

Nah, dengan menaiki bus 204 saya sampai di bukit bendera. Karena berniat membuat sebuah tulisan tentang tempat ini, saya membeli tiket trem untuk naik ke atas. Harganya lumayan mahal, sekitar RM30. Dengan harga segitu, ekspektasi saya tinggi. Saya pikir, saya akan mendapatkan pemandangan seperti di The Peak, Hongkong, atau paling tidak seperti di menara KL. Tapi yang saya liat, hanya pohon dan pohon. Yaa, pemandangannya tertutup pohon!

P1140109
trem menuju Bukit Bendera. Ini satu-satunya spot terbaik di Bukit Bendera

Buat masyarakat sekitar, tempat ini (mungkin) tempat yang bagus. Buktinya, waktu saya ke sana, banyak sekali masyakarat yang berwisata ke sini. Yang berpasangan, menuju ke dek tempat mereka memasang gembok cinta ala Korea. Yup, benar-benar ala Korea. Bukan hanya gembok cintanya, tapi bangku di dek itu dibuat persis dengan bangku yang ada di dek cinta Seoul Tower.

Duplikat dek cinta di Seoul Tower
Duplikat dek cinta di Seoul Tower

Buat saya, yang bagus hanya tremnya saja, karena jalurnya menanjak ke atas. Mirip-mirip dengan trem di The Peak atau furnikular di Instanbul. Cuma itu saja. Selebihnya, tak ada istimewanya.

Karena tak mendapatkan apa-apa di sana, saya akhirnya turun, bergegas menuju tujuan saya selanjutnya: Kek Lok Si Temple. Saya kembali menaiki bus 204. Baru saja pantat ini duduk, bus berhenti di Pasar Ayer Itam dan sang supir langsung berteriak ke saya. “You belok dari sini, you tanya saja pintu masuknya.”

Sebenarnya saya amat lapar dan dekat situ ada laksa yang amat terkenal: Laksa Ayer Itam. Tapi saya tak ingin makan itu karena saya tak yakin kehalalannya. Ya, meskipun Penang adalah bagian dari negara Malaysia yang dipenuhi Muslim, banyak makanan tak halal di sini. Sepertinya, laksa ini salah satunya.

Karena teramat lapar, akhirnya saya menggagalkan kunjungan saya di kuil terbesar di Penang ini. Selain lapar–saat itu sudah jam 2–sebenarnya faktor lain yang membuat saya malas ke sana adalah saya tiba-tiba bosan dengan kuil. Ditambah lagi pintu masuk yang amat jauh dari tempat turun bus, dan tulisan di situs travelfish yang mengatakan tempat ini tak terlalu bagus. Ya, sudahlah. Lebih baik saya kembali ke kota dan makan!

Cara Menuju Bukit Bendera:

  • Naik bus no 204 dari Komtar dengan harga 3.4 RM
  • Tiket masuk Bukit Bendera (tram) 30RM

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!