Hey, I’m (Not) Malaysian

Punya muka Melayu dan memakai jilbab menyebabkan saya kerap disangka warga Malaysia. Bukan hanya di luar negeri jiran itu, di Malaysia dan bahkan di Indonesia pun saya mendapat sangkaan serupa. Tak masalah sebenarnya, tapi kadang-kadang, saya gemas jadinya.

Memang, orang asing sulit membedakan warga Malaysia dengan Indonesia. Karena muka dua bangsa ini mirip, mereka mengira Indonesia dan Malaysia sama saja.

Ini saya alami saat di Kamboja, sewaktu ingin membeli tiket bus dari Phnom Penh ke Siam Reap. Si petugas travel menanyakan dari mana asal saya. Saat saya menjawab Indonesia, dia langsung mengangguk tanda mengerti sambil berkata, “oh, great country. Want to go there someday” Saya sudah senang saja karena ada yang memuji negara saya, sampai kemudian saya menerima tiket di tangan dan melihat di kolom kewarganegaraan diisi dengan: Malaysian. 😀

Di Malaysia pun, saya kerap disangka orang Malaysia. Sebagai pengguna setia Airasia, saya jadi sering lewat di Kuala Lumpur. Sekadar jalan-jalan ke Little India, membeli sambosa dan teh tarik yang nikmat, atau menuju KL Central untuk membeli nasi lemak, atau iseng main ke Ikea Damansara (sewaktu ikea Indonesia belum ada). Nah, saat di KL itulah, saya selalu bertaruh pada diri saya sendiri, berapa orang turis asing yang akan bertanya jalan kepada saya. Dan saya selalu menang taruhan. Tak pernah satu kalipun saya bergerak di jalanan Kuala Lumpur tanpa ditanya soal arah. Padahaal saya kan sama bingungnya dengan mereka.

Yang lebih membuat saya geli, warga Malaysia sendiri selalu mengira saya kawan sebangsanya. Saya pernah distop oleh ibu-ibu di tengah KL Central dan ditanyai tentang “letak parkir kereta” (yang baru saya sadari kemudian bahwa artinya dia menanyakan tempat parkir mobil :D). Padahal jelas-jelas saya sedang celingukan mencari di mana peron LRT Kelana Jaya berada.

Pernah pula seorang kakek-kakek yang duduk di sebelah saya di monorail menanyakan nama stasiun berikutnya. Walaupun sebenarnya saya tahu jawabannya, saya iseng, sengaja menggeleng kepala dan kemudian membuka peta supaya terlihat seperti turis. Tapi ternyata cara ini tak berhasil. Dia tetap berpikir saya orang Malaysia, hanya berasal dari kota lain. Hahaha…kualat ngerjain kakek-kakek.

Di Petrosains KLCC, mas-mas penjaga yang masih muda dan berkacamata menjelaskan peraturan ke saya dengan bahasa Melayu yang sangat cepat. Padahal, teman Indonesia saya yang berada di tepat depan saya mendapat penjelasan dalam bahasa Inggris. Setelah saya melongo tanda tak mengerti, baru dia sadar dan bilang, “Oh, you tak cakap Melayu ya?”

Yang lebih lucu, di negara sendiri, saya sering juga disangka orang Malaysia. Di Bali, pedagang-pedagang souvenir selalu berteriak ke saya “One ringgit, one ringgit, Miss. Cheap lah..” Pernah juga, saya sedang duduk di pantai Kuta bersama seorang teman, tiba-tiba sekelompok anak ABG dari Jawa Tengah mendatangi kami dan bertanya “I’m sorry, Bu Cik. Do you speak English?

Saya cuma bisa nyengir !!

Btw, saya tidak disangka orang Malaysia hanya di Iran. Mereka selalu menyangka saya orang Thailand dan Philipin atau China (padahal mataku ga ada sipit-sipitnyaa). Usut punya usut, ternyata masyarakat sana memang lebih mengenal bangsa China. Asia selain Arab, ya China. Sementara, mereka tahu soal Thai dan Philipine karena banyak pekerja dari dua negara itu di sana.

Comments

  1. Di malaysia, brunei, thailand dan kamboja mah saya sering dikira org lokal. Bahakan di thailand klo gak disanka penduduk lokal dikira sy dr filipina euy..

    Hahahaha. Enaknya punya muka random asia begini mah selalu dpt harga lokal tuhh.. bahkan di thailand pernah dibolehin masuk ke wat pho tanpa bayar krn sy dikira fotografer thailand yg lg tugas karena lihat saya bawa2 kamera DSLR. Wkwkwkwkw

  2. ya sama nih… saya travel di bali lombok juga suka dikira orang malaysia, di singapore juga.. bahkan pas umroh wkt transit di bandara abu dhabi, antri toiletnya disuruh baris di bagian org malaysia..

    1. Wkwkwk……emang orang luar susah bedain Malaysia ama Indonesia. Skrg sih saya udah dalam taraf pasrah. Abis muka kita mirip, sama-sama Melayu..

  3. Sebagai orang jawa campur china & arab, kalao keluar negri, orang pasti salah menebak asal negara saya.
    Saat di korea penjual kacang bilang ‘sawasdeeka’ krn saya dikira orang Thailand dan saat belanja di Myeongdong penjualnya bilang Merhaba krn sy dikira dr Turki. Ketika umrah saya diajak ngomong bla bla pret sama ABG2 Turki krn dikira orang Turki. Bahkan parahnya lagi waktu saya lomba tingkat Asia di Surabaya (kampung saya sendiri) saya malah dikira panitia & delegasi lain dr Malaysia kalo saya org Philipina ! *gubrak

  4. Betul tu mbak, saya di Vietnam saya dan temen2 dikira orang Malaysia, sama orang sana dan orang Indonesia sendiri. Di Kamboja apalagi. Malay Malay Malaysia. Cuma di Thailand aja kayaknya yg kurang, karena disana orang selatan juga berjilbab dan bermuka melayu. tapi tetep klau lewat di toko oleh2 disapa pakai bahasa malaysia..
    Jengkel hati ini disangka orang Malaysia, Mau gimana lagi hahaha

    1. Hahaha…gue jengkel sih enggak. Emang nasib muka melayu banget. Lama-lama jadi biasa, malah kalo di KL sekarang jadi suka pura-pura jadi warga lokal biar dapet harga murah…:D

  5. alaikum salam wr wb,
    rahasianya apa ya? hehehe…ga ada rahasia2an.
    yang penting nekat dan berani. Saranku, kalau mau mulai ke luar, pertama2 pilih tempat yang deket2 dulu dan gampang, misalnya singapura. Cari temen kalau ga berani sendirian. Selanjutnya baru de ke tempat yang lebih jauh, lebih jauh lagi, dan lebih jauuh.
    Sering2 juga buka web airasia, dan ikutan milis2 backpacker buat dapetin info2 dan tip2.

    Met jalan2 ya…

  6. assalamualaikum, aku iri bngt ama mbak…
    enak bisa jalan2 puter2 dunia…
    ya apa mbak biar bisa jalan2 kyk gitu??
    aku jg pingin mbak….

  7. salam kenal juga mas fauzi,
    Betul. Dengan jalan2 ke berbagai tempat, kita bukan hanya bisa ngeliat tempat-tempat indah. Tapi juga banyak pengalaman, yang nggak akan dilupain. Uang abis buat jalan2? Bisa dicari lagi, tapi pengalaman yg didapet akan jauh lebih berharga dibanding uang itu sendiri. Bener kan Mas? (hehe..filosofis banget ya gue…)

  8. enak kali ya bisa sering jalan-jalan,ketemu dengan tempat, wajah, suasana dan segala sesuatu yang baru dan berbeda. Ada banyak pengalaman yang bisa dijadikan bahan dalam banyak hal pula. salam kenal.

  9. @anonim: hahaha…nasibmu sama seperti temen jalanku tuh. Karena matanya sipit, sering diajak ngomong bhs mandarin. Muka kita kudu distempel “Made in Indonesia” kali ya..

  10. senasib aq selalu dikira chinese krn mataku sipit pipi rada tembem.kita tempel bendera merah putih yok mbak spy jadi indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!