(Jadi) Raksasa di Negeri Kurcaci

Alkisah, di sebuah hutan yang luas hidup keluarga raksasa yang baik hati. Mereka bahagia di sana. Namun suatu hari, sang anak raksasa bernama Toro ingin berjalan-jalan. Ia bosan berada di hutan terus menerus. Ia berjalan ke luar hutan, menyusuri pantai, dan akhirnya sampai di sebuah negeri kecil, negeri kurcaci.


“Wow, hebat!” ujarnya. Ia tak mengira negeri kurcaci yang kecil ini begitu menakjubkan. Gedung-gedung megah berarsitektur indah yang tingginya sama dengan lututnya tampak di sana. Rumah mungil berwarna-warni pun hadir di kota kecil itu, membuat sang raksasa tambah girang. “Lucu…lucu” ucapnya berkali-kali.  


 

Toro pun meneruskan perjalanannya. Ia melihat gereja Gothic, istana raja, stadion olahrarga, lapangan tenis, dan banyak hal lainnya. Ia juga berjumpa dengan para nelayan yang sedang mengambil ikan, para pekerja di penambangan minyak lepas pantai, para pekerja di pabrik lampu dan para kurcaci yang berjalan di pedestrian. Semuanya serba mungil.


Tiba-tiba ia berhenti. “Hmm…bau apa ini?” tukasnya sambil berjalan ke sumber bau itu. Ternyata, bau sedap itu berasal dari sebuah bangunan kecil berwarna coklat. Di depannya ada sebuah truk pengangkut dengan dua orang pekerja. Toro melongok ke dalamnya, tampak olehnya para pekerja yang sedang membuat makanan berwarna kekuningan. “Goedemiddag, ini keju edam, ” kata kurcaci pekerja. “Makanan khas negara kami.”


Sang raksasa mengambil satu keju, lalu duduk di area terbuka. Keju yang enak itu ia nikmati sambil melihat transportasi di negeri kurcaci. Ia melihat kereta mungil yang bergerak amat cepat, keluar dari stasiunnya, melewati sebuah jembatan yang ternyata bisa diangkat. Ia pun melihat sebuah pesawat yang lepas landas dari bandara.


Di ujung negeri, ia melihat sebuah area yang dikelilingi oleh kanal.  Di kiri-kanan kanal terdapat bangunan indah. Perahu-perahu sibuk menyusuri kanal itu. “Kereen..” gumamnya. Tak jauh dari situ ia melihat sebuah bangunan tinggi kecil di dekat sungai. Di bagian atas bangunan itu terdapat bilah-bilah kayu yang berputar. “Apa ini ya?” tanyanya. “Itu kicir angiiiin…” teriak seorang kurcaci kecil yang ada di kakinya. “Dipakai untuk memompa air ke lauut, soalnya tempat kami ini dulu banjiiir”.


Toro amat takjub. Negeri mungil ini amat lengkap, menakjubkan dan indah. Ia sangat senang dengan perjalanannya hari ini.  Ia berjanji dalam hati, suatu hari nanti ia akan membawa teman-temannya berkunjung ke negeri yang bernama Madurodam ini.

miniatur Belanda

Mungkin salah satu teman yang akan dibawa Toro mengunjungi negeri Madurodam adalah aku. Setelah mendengar cerita perjalanan Toro, aku sangat ingin berkunjung ke sana, sehingga aku bisa menjadi raksasa di negeri kurcaci.


Toro bilang, Madurodam adalah sebuah miniatur Belanda. Letaknya di Schevingen, Den Haag. Kota mini ini sengaja dibuat untuk mengenang George Maduro, tentara muda yang tewas karena penyakit tipus di Kamp Konsentrasi, pada saat perang dunia kedua berlangsung. Banyak yang bilang, kalau tak sempat berkeliling Belanda, cukuplah datang ke tempat ini saja.


Kota ini keciil sekali. Semuanya dibuat dengan ukuran hanya 1/25 bangunan aslinya. Makanya, semua orang yang berkunjung ke sini akan tampak seperti raksasa di tengah-tengah kota, seperti halnya yang terjadi pada Toro. Walaupun kecil, Madurodam dibangun seperti layaknya kota betulan. Bangunan-bangunan dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Warnanya, bentuknya dan detail-detail (seperti jendela, pintu) dibuat sangat mirip. Pohon-pohon yang digunakan pun diambil dari pohon asli yang dikecilkan. Untuk menjaga agar pohon tingginya tidak melebih 60 cm, pohon-pohon itu dipangkas dan dirawat secara intensif. Kalau dibiarkan begitu saja, pasti pohon itu akan menjulang melebihi tinggiku!


Seperti yang Toro ceritakan, di Madurodam dapat ditemui bangunan-bangunan terkenal di Belanda. Ada gereja Gothic, Dam Palace dan Dam Square, Basilica St John, Jembatan Erasmus dari Rotterdam, Museum Rijk Amsterdam, dan banyak yang lainnya.  Ada pula pelabuhan, lapangan udara, stasiun. Uniknya, benda-benda di sana, seperti kereta api, mobil dan perahu bisa bergerak-gerak sehingga tampak seperti kota betulan.

Inovasi yang Jadi Contoh negara Lain

Menurut kurcaci di negeri Madurodam, kotanya itu menjadi inspirasi bagi negara lain. Banyak miniatur kota dibuat setelah mereka mengunjungi Madurodam. Ada Italia di Minatura, Window of The World di Shanghai, Tobu World Park di Japan. Konon Taman Mini Indonesia Indah di negeri Indonesia dibuat karena sang penggagas (Ibu Tien Suharto) amat terkesan dengan negeri kurcaci ini.


Oya, kurcaci juga memberi tahu Toro siapa yang telah membangun kota tercintanya ini. Namanya S.J Bouma. Ia membangun kota Madurodam dengan amat baik dan teliti. Itu disebabkan, Delft University of Technology, tempat ia menuntut ilmu desain selama ini selalu menempanya dengan ilmu-ilmu hebat. Universitas teknik ini telah menghasilkan banyak lulusan besar, misalnya saja Jacobus Henricus Van Hoff, seorang ahli kimia yang berkali-kali mendapat nobel. Selain Delft, para calon arsitek dan calon sarjana ilmu teknik dapat juga belajar di  berbagai universitas di Belanda. Di sana terdapat Technische Universiteit Delft, University of Groningen, dan Fontys University of Applied Sciences.


Toro, janji ya. Aku yang diajak ke kota kurcaci. Aku ingin jadi raksasa seperti kamu.Dat moet erg leuk zijn (itu pasti menyenangkan ya..)


PS: gambar-gambar diambil dari http://commons.wikimedia.org/wiki/Category:Madurodam

18 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!